Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Gangguan penghidu akan terjadi bila ada Keluhan nyeri atau rasa tekanan di daerah
yang menghalangi sampainya partikel sinus yang terkena merupakan cirikhas
bau ke reseptor saraf atau ada kelainan sinusitis akut, serta kadang-kadang nyeri
pada n.olfaktorius, mulai dari reseptor juga terasa di tempat lain (referred pain).
sampai pusat olfaktorius.Macam-macam Nyeri pipi menandakan sinusitis maksila
kelainan penghidu : nyeri di antara atau di belakang kedua bola
- Hiposmia : daya penghidu berkurang mata menandakan sinusitis etmoid
- Anosmia : daya penghidu hilang
nyeri di dahi atau seluruh kepala
menandakan sinusitis frontal
- Parosmia : sensasi penghidu Pada sinusitis sfenoid nyeri dirasakan di
berubah
verteks, oksipital, belakang bola mata dan
- Kakosmia : halusinasi bau daerah mastoid
Pada sinusitis maksila kadang-kadang ada
nyeri alih ke gigi dan telinga.
Apakah hubungan sakit gigi dengan keluhan pasien?
Hubungan karies gigi dengan terjadinya sinusitis maksilaris odontogen
Penyebab sinusitis maksilaris akut ialah rhinitis akut, infeksi faring seperti
faringitis, adenoiditis, tonsillitis akut, infeksi gigi rahang atas P1, P2, serta Ml,
M2, M3 (dentogen), berenang dan menyelam, trauma dapat menyebabkan
pendarahan mukosa sinus paranasal, barotrauma dapat menyebabkan nekrosis
mukosa. Antrum maksila mempunyai hubungan yang sangat dekat dengan akar
gigi premolar, molar atas dan sering terlihat pada pemeriksaan radiologi oral
dan fasial. Hubungan ini dapat menimbulkan masalah klinis, seperti infeksi yang
berasal dari gigi dan fistula oroantral dapat naik ke atas dan menimbulkan
infeksi sinus.Sinusitis maksilaris diawali dengan kuman pada karies masuk ke
sinus. Proses inflamasi ini akan menyebabkan gangguan drainase sinus.
Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan rhinoskopi
anterior dan oropharynx?
Konca hipertropi: terjadi pembasaran konka karna adanya peradangan
Masa bening dan licin: has dari pholip hidung dan rhinitis jamur
Secret kental: adanya infeksi bakteri anaerob
Phos nasal drip: sekresi cairan berlebihan pada hidung disebabkan oleh
peradangan
Molar gangrene: kematian jaringan karna tidak adanya vaskularisasi
dan nutrisi pada gigi karna infeksi yang lama
Apa saja pemeriksaan penunjang yang diperlukan
pada kasus ini?
transiluminasi Endoskopi nasal Radiologi Pemeriksaan penunjang
lainnya:
•Pemeriksaan sederhana •Dapat menilai kondisi rongga Merupakan pemeriksaan 1. Sitologi nasal, biopsi,
terutama untuk menilai hidung, adanya sekret, patensi tambahan yang umum pungsi aspirasi dan
kondisi sinus maksila. kompleks ostiomeatal, ukuran dilakukan, meliputi X-foto bakteriologi.
•Pemeriksaan dianggap konka nasi, udem disekitar posisi Water, CT-scan, MRI dan 2. Tes alergi
bermakna bila terdapat orifisium tuba, hipertrofi USG. CT-scan merupakan 3. Tes fungsi mukosiliar :
perbedaan transiluminasi adenoid dan penampakan modalitas pilihan dalam kliren mukosiliar, frekuensi
antara sinus kanan dan kiri. mukosa sinus. menilai proses patologi dan getar siliar, mikroskop
•Indikasi endoskopi nasal yaitu anatomi sinus, serta untuk elektron dan nitrit oksida.
evaluasi bila pengobatan evaluasi rinosinusitis lanjut 4. Penilaian aliran udara
konservatif mengalami bila pengobatan nasal (nasal airflow)
kegagalan. Untuk rinosinusitis medikamentosa tidak 5. Tes fungsi olfaktori:
kronik, endoskopi nasal memberikan respon. Ini threshold testing
mempunyai tingkat sensitivitas mutlak diperlukan pada 6. Laboratorium :
sebesar 46 % dan spesifisitas rinosinusitis kronik yang akan pemeriksaan CRP ( C-
86 %. dilakukan pembedahan. reactive protein)
Rangkuman Permasalahan
Sinusitis
Infeksi virus
Sinusitis akut bisa terjadi setelah
adanya infeksi virus pada saluran
pernafasan bagian atas (misalnya Infeksi Jamur: menyebabkan
Rhinovirus, Influenza virus, dan sinusitis akut pada penderita
Parainfluenza virus). gangguan sistem kekebalan,
Bakteri contohnya jamur Aspergillus.
Jika sistem pertahanan tubuh menurun atau
drainase dari sinus tersumbat akibat pilek
atau infeksi virus lainnya, maka bakteri yang
Peradangan menahun pada saluran
sebelumnya tidak berbahaya akan hidung
berkembang biak dan menyusup ke dalam
sinus, sehingga terjadi infeksi sinus akut.
Penyebab pada Sinusitis Kronik
Sinusitis akut yang sering kambuh atau tidak sembuh
Alergi
Karies dentis ( gigi geraham atas )
Septum nasi yang bengkok sehingga menggagu aliran mucosa.
Benda asing di hidung dan sinus paranasal
Tumor di hidung dan sinus paranasal.
Tanda dan Gejala
Sinusitis secara Sinusitis maksila Sinusitis etmoid Sinusitis frontal Sinusitis Sinusitis Kronis
umum akut akut akut sphenoid akut
Hidung Demam, pusing Sekret kental di Demam Nyeri di bola Flu yang sering
tersumbat ingus kental di hidung dan sakit kepala mata kambuh
Nyeri di daerah hidung nasofaring yang hebat pada sakit kepala ingus kental
sinus hidung nyeri di antara siang hari, tetapi terdapat sekret dan kadang-
Sakit Kepala tersumbat dua mata berkurang di nasofaring kadang berbau
Hiposmia / nyeri tekan pusing. setelah sore hari selalu terdapat
anosmia ingus mengalir sekret kental ingus di
Hoalitosis ke nasofaring penciuman tenggorok
Post nasal drip kental kadang- berkurang. terdapat gejala
yang kadang berbau di organ lain:
menyebabkan dan bercampur misalnya rematik,
batuk dan sesak darah. nefritis,
pada anak bronchitis,
bronkiektasis,
batuk kering, dan
sering demam.
Patofisiologi
Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium sinus dan lancarnya klirens mukosiliar
(mucociliary clearance) di dalam KOM.
Mukus juga mengandung substansi antimicrobial dan zat-zat yang berfungsi sebagai mekanisme
pertahanan tubuh terhadap kuman yang masuk bersama udara pernafasan Organ-organ yang
membentuk KOM letaknya berdekatan bila terjadi edema, mukosa yang berhadapan akan
saling bertemu sehingga silia tidak dapat bergerak ostium tersumbat terjadi tekanan
negative di dalam ronga sinus mula-mula serous-> transudasi. Kondisi ini biasa dianggap
sebagai rinosinusitis non-bacterial dan biasanya sembuh dalam beberapa hari tanpa pengobatan.
Bila kondisi ini menetap, secret yang terkumpul dalam sinus merupakan media baik untuk
tumbuhnya dan multiplikasi bakteri Secret menjadi purulen rinosinusitis akut
bacterialmemerlukan terapi antibiotic.
Jika terapi tidak berhasil (misalnya karena ada factor predisposisi), inflamasi berlanjut
hipoksia bacteri anaerob berkembang Mukosa makin membengkak dan ini merupakan rantai
siklus yang terus berputar sampai akhirnya perubahan mukosa menjadi kronik yaitu hipertrofi,
polipoid atau pembentukan polip dan kista Keadaan ini mungkin diperlukan tindakan operasi.
Diagnosa
1. Urinalisis
Leukosuria atau piuria: Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5
kemih.
2. Bakteriologis
Mikroskopis : satu bakteri lapangan pandang minyak emersi. 102 -103
Tes kimiawi : tes reduksi griess nitrate berupa perubahan warna pada uji carik.
Rinoskopi anterior
Rinoskopi posterior
Transiluminasi
X Foto sinus paranasalais : Kesuraman, Gambaran “airfluidlevel”,
Penebalan mukosa
Penatalaksanaan
Istirahat yang cukup dan udara disekitarnya harus bersihdengan kelembaban
yang ideal 45-55%
Antibiotika ayang adekuat palingsedikit selama 2 minggu
Analgetika untuk mengatasi rasa nyeri
Dekongestan untuk memperbaiki saluran yang tidak boleh diberikan lebih dari
pada 5hari, karena dapat terjadi Rebound congestion dan Rhinitis
redikamentosa. Selain itu pada pemberian dekongestan terlalu lama dapat
timbul rasa nyeri, rasa terbakar,dan kering karena arthofi mukosa dan
kerusakan silia
Antihistamin jikaada factor alergi
Kortikosteoid dalam jangka pendek jika ada riwayat alergi yang cukup parah.
RHINITIS ALERGI
DEFINISI
Rhinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi
alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitisasi dengan
alergen yang sama serta dilepaskannya suatu mediator kimia ketika
terjadi paparan ulangan dengan alergen spesifik tersebut
ETIOLOGI
Rhinitis alergi dan atopi secara umum disebabkan:
Lingkungan
Genetik:
- 20 – 30% semua populasi
- 10 – 15% anak semuanya atopi
- Apabila kedua orang tua atopi, maka risiko atopi menjadi 4 kali lebih besar atau
mencapai 50%.
Adapun alergen yang biasa dijumpai berupa alergen inhalan yang masuk
bersama udara pernapasan:
- debu rumah, tungau, kotoran serangga, kutu binatang, jamur, serbuk sari, dan
lain-lain.
Epidemiologi
Rhinitis alergi merupakan bentuk yang paling sering dari semua
penyakit atopi, diperkirakan mencapai prevalensi 5-22%.
Rhinitis alergi telah menjadi problem kesehatan global, mempengaruhi
10% sampai lebih dari 40% seluruh penduduk dunia.
Patofisiologi
Rinitis alergi merupakan suatu penyakit inflamasi yang diawali dengan
tahap sensitisasi dan diikuti dengan reaksi alergi Reaksi alergi terdiri
dari 2 fase:
- immediate phase allergic reaction atau reaksi alergi fase cepat (RAFC)
berlangsung sejak kontak dengan alergen sampai 1 jam setelahnya
- late phase allergic reaction atau reaksi alergi fase lambat (RAFL)
berlangsung 2-4 jam dengan puncak 6-8 jam (fase hiperreaktivitas)
setelah pemaparan dan dapat berlangsung 24-48 jam.
Pada kontak pertama dengan alergen atau tahap sensitisasi, makrofag atau monosit yang berperan sebagai sel
penyaji (Antigen Presenting Cell/APC) akan menangkap alergen yang menempel di permukaan mukosa hidung.
Setelah diproses, antigen akan membentuk fragmen pendek peptida dan bergabung dengan molekul HLA kelas II
membentuk komplek peptida MHC kelas II (Major Histocompatibility Complex) yang kemudian dipresentasikan pada
sel T helper (Th 0). Kemudian sel penyaji akan melepas sitokin seperti interleukin 1 (IL 1) yang akan mengaktifkan Th0
untuk berproliferasi menjadi Th1 dan Th 2. Th 2 akan menghasilkan berbagai sitokin seperti IL 3, IL 4, IL 5, dan IL 13.
IL 4 dan IL 13 dapat diikat oleh reseptornya di permukaan sel limfosit B, sehingga sel limfosit B menjadi aktif dan akan
memproduksi imunoglobulin E (IgE). IgE di sirkulasi darah akan masuk ke jaringan dan diikat oleh reseptor IgE di
permukaan sel mastosit atau basofil (sel mediator) sehingga kedua sel ini menjadi aktif. Proses ini disebut sensitisasi
yang menghasilkan sel mediator yang tersensitisasi. Bila mukosa yang sudah tersensitisasi terpapar alergen yang
sama, maka kedua rantai IgE akan mengikat alergen spesifik dan terjadi degranulasi (pecahnya dinding sel) mastosit
dan basofil dengan akibat terlepasnya mediator kimia yang sudah terbentuk (Performed Mediators) terutama
histamin. Selain histamin juga dikeluarkan Newly Formed Mediators antara lain prostaglandin D2 (PGD2), Leukotrien
D4 (LT D4), Leukotrien C4 (LT C4), bradikinin, Platelet Activating Factor (PAF) dan berbagai sitokin. (IL3, IL4, IL5,
IL6,GM-CSF (Granulocyte Macrophage Colony Stimulating Factor) dan lain-lain. Inilah yang disebut sebagai Reaksi
Alergi Fase Cepat (RAFC).
Klasifikasi
INTERMITEN (KADANG-KADANG)
BERDASARKAN DERAJATNYA
Ringan Sedang-berat
Bila gejala kurang dari 4 hari/minggu
atau kurang dari 4 minggu. Bila tidak ditemukan Bila terdapat satu atau
gangguan tidur, gangguan lebih dari gangguan
aktivitas harian,bersantai, tersebut pada derajat
berolahraga, belajar, ringan.
Persisten/menetap bekerja, dan hal-hal lain
yang mengganggu.