Pleno Tutor 9 Skenario 2

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN PLENO

KELOMPOK TUTORIAL 9
Anggota :
1. Aradila Irsalina – 1318011020
2. Cindy Gustavia D – 1718011068
3. Dewi Tri Atmaningsih – 1718011141
4. Dion Pardameian H – 1758011051
5. Fasya Az zahra – 1718011015
6. Hanifa Nurusita W – 1718011139
7. James Abel P – 1718011087
8. Muhammad Hasta H – 1758011048
9. Mutiara Fauza – 1718011125
10. Nabila Setiyana – 1758011037
11. Winda Puspita Sari – 1518011164
Skenario “Gatal Selalu”

Seorang anak laki-laki 9 tahun berobat ke poli kulit RS Unila dengan


keluhan timbul bercak gatal pada lipat siku dan tangan kaki. Gatal tidak
tentu waktu. Keluhan disertai luka yang dirasakan sejak 3 minggu
terakhir. Keluhan serupa pernah dialami dan berulang sejak 2 tahun
lalu. Ibu pasien sering bersin-bersin bila terkena debu.
Pada pemeriksaan status lokalis fossa cubiti dan poplitea bilateral
ditemukan lesi plak eritematosa multiple sebagian difus Dengan
likenifikasi dan erosi multiple. Kulit tampak xerotic. Pada palmar
ditemukan hyperlinear bilateral. Uji dermatologi manual ditemukan
white dermografisme positif.
Dokter lalu melakukan penatalaksanaan holistic dan komprehensif
termasuk edukasi kepada pasien dan keluarga pasien.
STEP 1
1. Xerotic  kulit kering

2. White dermografisme  salah satu pemeriksaan


penunjang, menggores dengan scalpel tumpul pada kulit
seseorang. Garis yg muncul garis keputihan sebagai tanda
minor dermatitis atopic.

3. Hiperlinear bilateral  garis tangan tampak lebih jelas,


bukan garis alami telapak tangan, terutama di bagian ibu jari.

4. Likenifikasi  penebalan kulit, merupakan suatu respon


kulit akibat garukan yg cukup lama dan berulang.

5. Erosi multiple  kehilangan jaringan yg tidak melebihi s.


basalis.
STEP 2
01 Diagnosis kerja dan diagnosis
banding anak laki-laki tersebut?

02 Penyebab penyakit pasien?

03 Faktor risiko yang mempengaruhi


keadaan pasien?

04 Mekanisme timbulnya rasa gatal


pada pasien?
STEP 2
05 Hubungan ibu pasien bersin-bersin
dengan penyakit yang diderita
pasien?
06 Mengapa bercak gatal hanya timbul
pada daerah tersebut?

07 Interpretasi hasil pemeriksaan fisik


dan pemeriksaan penunjang?

08 Komplikasi yg bisa terjadi?


STEP 2
09 Penatalaksanaan holistic dan
komprehensif yg dilakukan?
STEP 3
01 Diagnosis kerja dan diagnosis
banding anak laki-laki tersebut?

Dermatitis Atopik

Anamnesis: KU Bercak gatal Tergantung fase, usia,


pada lipat siku dan tanngan manfes, dan lokasi.
kaki. Gatal tidak tentu waktu.
Keluhan penyerta disertai luka.
RPD sejak 2 tahun lalu. RPK
Dx Fase infantile: dermatitis
seboroik,
ibu pasien bersin-bersin akibat
debu. Fase anak: dermatitis
numularis, dermatitis
Pemeriksaan fisik: plak
eritematosa multipel DD traumatika,

Fase dewasa: liken simpleks


Pemeriksaan penunjang: kronikus
white dermografisme positif
DKA, DKI
02 Penyebab penyakit pasien?

GENETIK
• Gen 5q31-33

IMUNOLOGI

MULTI • Paparan alergen dari luar, terjadi


sensitisasi.
FAKTORIAL • Sel Langerhans megaktivasi sel T.
antigen masuk ke s.corneum. APC
mempresentasikan antigen ke sel T.
paparan kedua membentuk Th2. IL 5
meningkatkan fungsi eosinophil
(ekspresi dermatitis atopic).
• GM CSF meningkatkan igE.
• Ketika adapaparan lagi, menyebabkan
gatal dan kemerahan.
03
Faktor risiko yang
mempengaruhi keadaan pasien?

Lingkungan dan Gaya Hidup

• Asap rokok, peningkatan polusi udara,


kelembaban udara, allergen (tungau debu
rumah, serbuk sari buah, makanan)
62%
40% Psikologis

Health
75% • Rasa cemas menyebabkan gatal yg
31% hebat sehingga pasien menggaruk dan
menyebabkan likenifikasi.
04
Mekanisme timbulnya rasa gatal
pada pasien?

Hipersensitivitas Tipe 1 Saraf C Tidak bermielin Kulit Kering


Saraf C mendapat rangsangan, Terdapat diskontinuitas sel
Sel mast ber dreganulasi
rangsangan akan dikirim dalam bentuk keratinosit, sehingga bahan
sehingga melepaskan impuls ke hipotalamus kontra lateral. prurigenik merangsang
berbagai mediator seperti Kemudian dikirim ke korteks untuk di reseptor sehingga dapat
histamin, kinin, bradykinin. persepsikan, maka timbul rasa gatal. meningkatkan reaksi
hipersensitivitas.

Timbul Sensasi Sensitivitas Kulit


/Rasa Gatal Jika kulit tidak intak, allergen
akan masuk ke dalam kulit
melalui trauma-trauma.
Your Picture Here

Hubungan ibu pasien bersin-


05 bersin dengan penyakit yang
diderita pasien?

• DA memiliki hubungan yg erat dengan bronchitis atau asma.


• DA memiliki gen yg dapat meningkatkan sel Th2. sel th2
menghasilkan mediator GMCSF, GMCSF menghasilkan .

eosinophil. Mediator lainnya IL5 meningkatkan fungsi eosinophil.


• Pada DA, igE tinggi pada sirkulasi. Maka pada pasien DA
mudah muncul kekambuhan.

Modern Portfolio
Designed
Your Picture Here

Mengapa bercak gatal hanya


06
timbul pada daerah tersebut?

• Pada fase anak predileksi nya sering pada fossa cubiti dan
poplitea bilateral.
• DA juga dipengaruhi oleh lingkungan. Fossa cubiti dan poplitea .
menjadi lebih lembab, timbul alergi karena kepanasan. Pada DA
gatal karena daerah predileksi lebih kering/xerotic.
• Pada fase infantile muncul predileksi di wajah. Kemudian
merangkak, berjalan, dan trauma.

Modern Portfolio
Designed
07
Interpretasi hasil pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang?

• Pemeriksaan fisik
 Plak eritematosa multiple, xerotic, erosi multiple  DA fase anak (2-10
tahun) yg merupakan lanjutan dari fase infantile
 Predileksi pada fossa cubiti dan poplitea bilateral.
 Lesi keratosis

• Pemeriksaan penunjang
 Serum igE  meningkat  DA
 Skin prick test  identifikasi alergen pencetus
 Sel darah lengkap  diagnosis apakah ada imunodefisiensi
 White dermografisme positif  digores pada palmar pada pasien DA
muncul warna keputihan sekitar 2-3 menit.
08 Komplikasi yg bisa terjadi?

Penggunaan kortikosteroid yg berlebihan


menyebabkan atrofi kulit.

Infeksi sekunder karena garukan.


• Bakteri: ok s. aureus.
09 Penatalaksanaan holistic dan
komprehensif yg dilakukan?

• Obat topical
 Kortikosteroid dan antipruritus.
 DA basah : dikompres
 DA subakut: obat kocok
 DA kronis: salep kortikosteroid
 Prinsip: Semakin berat atau semakin akut maka semakin rendah
presentase obat spesifik yang digunakan.
• Umum
 Menghindari iritan seperti detergen, mencuci baju baru
(menghilangkan formaldehid),
 Setelah berenang membersihkan diri
 Menghindari faktor pemberat dari DA
 Memakai pelembab supaya kulit tidak kering. Sehingga tidak
terjadi desikasi (penguapan air pada kulit). Setelah mandi
gunakan emolien 4x/hari.
 Krim hidrofilik urea 10 %.
09 Penatalaksanaan holistic dan
komprehensif yg dilakukan?

• Obat sistemik
Antihistamin nonsedatif dan sedatif (efektif)

• Edukasi dan konseling pasien, keluarga dan orang2 sekitar mengenai


perjalanan penyakit. Dan diberitahu kalua DA merupakan penyakit
kronik residif yg tidak bisa disembuhkan tapi dapat ditekan.
STEP 4
Etiologi

Tatalaksana Pemeriksaan
dan edukasi fisik

Dermatitis
Atopik

Pemeriksaan
Komplikasi
penunjang

Patogenesis
STEP 5
1. Penegakkan diagnosis DA dengan
kriteria mayor dan minor

2. Perbedaan, Gejala klinis sampai Talak


DKA dan DKI

3. Penulisan resep

4. Prinsip dermatoterapi

5. Bentuk dan peresepan obat topikal


(krim, salep, gel,dll)
STEP 7
Your Picture Here

1. Penegakkan diagnosis DA
dengan kriteria mayor dan
minor

Menurut harifin-rajka :
• MAYOR .

• Pruritis
• Morfologi sesusai umur dan distribusi yg khas
• Bersifat kronik
• Riwayat atopi individu/keluarga

Modern Portfolio
Designed
Your Picture Here

1. Penegakkan diagnosis DA
dengan kriteria mayor dan
minor

• Minor
• Serosis
.
• Infeksi kulit
• Dermatitis nonspesifik
• Iktiosis  kegagalan dalam pembentukan keratin.
• Pytiriasis alba
• Whitedermografisme positif  muncul garis kemerahan seperti stretchmark.
• Konjungitvitis berulang
• Alergi makanan
• igE meningkat
• Modern
Muka Portfolio
pucat/eritem
• Designed
Dermatitis di papilla mammae
Your Picture Here

1. Penegakkan diagnosis DA
dengan kriteria mayor dan
minor

• Minor
• Cheilitis  inflamasi pada daerah bibir, batas antara mukosa dan kulit.
• Lipatan infraorbital dennie morgan lipatan seperti kelopak di bawah mata .

• Keratokonus  kornea berubah menjadi kerucut, lebih mennonjol ke depan


• Katarak supscapular di bagian anterior
• Orbita menjadi gelap
• Gatal bila berkeringat
• Intolerans terhadap wol atau pelarut lemak
• Aksentuasi perifolikuler
• Hipersensitiv terhadap makanan
• Perjalanan penyakit dipengaruhi oleh lingkungan atau faktor emosi
• TesModern Portfolio
kulit alergi tipe dadakan positif
• Designed
Awitan pada usia dini
Your Picture Here

1. Penegakkan diagnosis DA
dengan kriteria mayor dan
minor

Kriteria untuk bayi :


• Mayor .

• Riwayat keluarga
• Predileksi khusus di daerah diaper, muka
• Likenifikasi dermatitis

• Minor
• Periauricula fissure
• Serosis
Modern Portfolio
• Perifolikular accentutation
Designed
Your Picture Here

1. Penegakkan diagnosis DA
dengan kriteria mayor dan
minor

Kriteria William :
• Kulit gatal atau tanda garukan pada anak kecil
.
• Kriteria lebih sederhana dan praktis. Bisa ditemukan pada 50% pasien
• Lebih spesifik

• Ditambah
• Riwayat perubahan kulit kering di fossa cubiti, fossa poplitea bagian anterior dorsum pedis atau
di seputar leher. Termasuk juga pipi pada anak yg kurang dari 10 tahun
• Riwayat asma/hay fever
• Riwayat kulit kering sepanjang akhir tahun
Modern
• Dermatitis Portfolio
fleksural
Designed
• Awitan dibawah usia 2 tahun
2. Perbedaan, Gejala klinis sampai Talak DKA dan DKI

DKA DKI
definisi Reaksi sensitisasi pada suatu alergen Reaksi perdangan non imunologik.
etologi Alergen yg berukuran lebih kecil Bahan2 iritan seperti detergen, bahan kimia
sehingga mampu menembus lapisan (asam kuat dan basa kuat). Faktor
kulit  hipersensitivitas lingkungan: suhu, paparan bahan kimia.
Faktor individu: ketebalan kulit tiap usia.
jenis 1. Akut  akibat kecelakaan kerja yg tidak
menggunakan APD. Gejala: kulit pedih,
panas, terasa terbakar, eritem, edema, bulla
2. Kronik  oleh kontak kulit yg berulang
karena iritan lemah. Gejala klasik: kulit
kering, eritem, skuama, hyperkeratosis,
likenifikasi, tidak berbatas tegas.

patogenesis Kontak yg berulang Peradangan. Hapten merusak membrane.


Pelepasan sitokin  peradangan.
2. Perbedaan, Gejala klinis sampai Talak DKA dan DKI
DKA DKI

Pemeriksaan penunjang Patch test Patch test


Prick test Prick test
-eritem tidak tegas, dan -eritem tidak menghilang
menghilang
Komplikasi Infeksi sekunder Infeksi sekunder

Terapi -Menghindari kontak dengan - Menghindari kontak dengan


bahan alergi bahan iritan
- Kelainan kulit dikompres - Menggunakan kompres
dengan larutan air salicyl basah 5-15 menit selama
- Menggunakan krim KS topical 2x/hari
pada fase akut/ringan - Krim KS pada fase akut
- Antihistamin - Antihistamin

epidemiologi - Pada semua umur, terlebih yg


sudah ada kontak pertama - Pada semua umur
3. Penulisan Resep

dr. A
SIP : xxx.xxx.x.xxxx
Kedaton, Bandarlampung

Bandar Lampung, 28 Februari 2019

R/ Hidrocotisone asetat Tube No. I


m.f.cream
s.u.e

Pro : An. Nn Alamat : Kp. br


Umur :9
4. Prinsip Dermatoterapi
Dermato-terapi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari pengobatan penyakit kulit.
Penyakit kulit dapat diobati dengan bermacam-macam cara: topikal, sistemik, atau
intralesi. Bila cara-cara tersebut belum memadai, dapat digunakan cara-cara lain,
seperti radioterapi, sinar UV, pengobatan laser, krioterapi, bedah listrik, atau bedah
skalpel.

Yang menarik perhatian ialah kemajuan dalam bidang pengobatan topikal yang berupa
perubahan dari cara pengobatan nonspesifik dan empirik menjadi pengobatan spesifik
dengan dasar yang rasional.
4. Prinsip Dermatoterapi
Prinsip obat topikal secara umum terdiri atas 2 bagian, yaitu bahan dasar (vehikulum) dan bahan
aktif

A. Bahan Dasar (Vehikulum)


Secara sederhana bahan dasar dibagi menjadi cairan, bedak, dan salep. Di samping itu ada 2
campuran atau lebih bahan dasar, yaitu:
-          Bedak kocok (lotion), yaitu campuran cairan dan bedak
-          Krim, yaitu campuran cairan dan salep.
-          Pasta, yaitu campuran salep dan bedak
Linimen (pasta pendingin), yaitu campuran cairan, bedak dan salep.
4. Prinsip Dermatoterapi

B. Bahan Aktif

Alumunium Asetat Asam Borat

Asam Asetat Asam Salisilat


BAHAN
AKTIF

Asam Benzoat Asam Undesilenat


5. Bentuk dan peresepan obat topikal (krim, salep, bedak, dll)

CAIRAN

LINIMEN BEDAK

Topikal

KRIM/PASTA SALEP

BEDAK KOCOK
 Efek bedak ialah:
• Mendinginkan
• antiinflamasi ringan karena ada sedikit efek vasokonstriksi
• antipruritus lemah
•  mengurangi pergeseran pada kulit yang berlipat (intertrigo)
• proteksi mekanis

 Indikasi pemberian bedak: BEDAK


dermatosis yang kering dan superfisial
mempertahankan vesikel/bula agar tidak pecah, misalnya pada varisella dan
herpes zoster.

 Kontraindikasi pemberian bedak :


Untuk dermatitis yang basah, terutama bila disertai dengan infeksi sekunder.
 Prinsip pengobatan cairan ialah:
membersihkan kulit yang sakit dari debris (pus, krusta, dsb.) dan sisa-sisa obat
topikal yang pernah dipakai.
untuk terjadinya perlunakan dan pecahnya vesikel, bula, dan pustula.
 
 Hasil akhir pengobatan ialah:
keadaan yang membasah menjadi kering
permukaan menjadi bersih sehingga mikroorganisme tidak dapat tumbuh dan CAIRAN
mulai terjadi proses epitelisasi.
 
 Pengobatan cairan berguna juga untuk menghilangkan gejala,
misalnya 
rasa gatal, 
rasa terbakar, 
parestesi oleh bermacam-macam dermatosis.           
 Indikasi pemberian salep ialah:
dermatosis yang kering dan kronik

SALEP
Dermatosis yang bersisik dan berkrusta.

 Kontraindikasi salep :
Untuk dermatitis madidans. Jika kelainan kulit terdapat pada bagian badan
yang berambut, penggunaan salep tidak dianjurkan dan salep jangan dipakai di
seluruh tubuh.
     
 Indikasi bedak kocok:

BEDAK
dermatosis yang kering, superfisial, dan agak luas. Yang diinginkan ialah
sedikit penetrasi.
Pada keadaan subakut.

 Kontraindikasi:
dermatitis madidans KOCOK
daerah badan yang berambut.
 Indikasi kosmetik :
dermatosis yang subakut dan luas, yang dikehendaki ialah penetrasi yang lebih

KRIM
besar daripada bedak kocok.
Krim boleh digunakan di daerah berambut

 Kontraindikasi :
dermatitis madidans.
 Indikasi :
dermatosis yang agak basah.

 Kontraindikasi:
dermatosis yang eksudatif dan daerah yang berambut. Untuk daerah genital
PASTA
eksterna dan lipatan-lipatan badan pasta tidak dianjurkan karena terlalu
melekat.
 Indikasi:
dermatosis yang subakut

 Kontraindikasi:
dermatosis madidans
LINIMEN
 
Terima Kasih
DAFTAR PUSTAKA

Adhi Djuanda, dkk. 2011. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 6. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. p. 3-4, 7-8.
Kabulrahman. Penyakit Kulit Alergi. Semarang : Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro; 2003.h.10-12.5.
 
Kariosentono. DermatitisAtopik.Surakarta : Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) UNS dan UPT
Penerbitan dan Percetakan UNS; 2006.h.1-28.
 
Santosa H. Dermatitis atopik. Dalam: Akib AAP, Munasir Z, Kurniati N, penyunting. Buku ajar Alergi imunologi
anak. IDAI. 2010;2:234-442.
 
Cantani A. Atopic Dermatitis. In. Cantani A. Pediatric Allergy, Asthma and Immunology. 2010:473-5

Anda mungkin juga menyukai