Anda di halaman 1dari 21

Pencegahan dan Penanganan

Komplikasi Transfusi Darah


TEXTBOOK READING
FADIL EFENDI AZIS
11120191022
Pendahuluan
Pengertian adanya perbedaan genetik antar individu, yang diungkapkan oleh
Landsteiner merupakan hal yang penting. Pengembangan antikoagulan,
pengawetan dan teknik pengerjaan yang steril, memungkinkan pengumpulan
dan penyimpanan darah untuk diberikan dikemudian hari. Adanya epidemi
acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) dan penularan infeksi oleh bahan
infeksius lain menyebabkan terjadinya revolusi kemajuan di bidang transfusi
medis
Komplikasi Transfusi
Potensi komplikasi transfusi darah itu banyak, tapi pada saat ini masalah

komplikasi hanya terdapat pada pasien yang perlu berulang-ulang mendapat

transfusi atau memerlukan sejumlah darah yang banyak. Reaksi imunologi ini

disebabkan oleh rangsangan aloantigen asing yang terdapat pada eritrosit,

leukosit, trombosit, dan protein plasma.


Komplikasi dapat Digolongkan
Menurut:

Komplikasi Non
Komplikasi Imunologi
Imunologi
Komplikasi Imunologi
Aloimunisasi kepada Antigen Transfusi

 Aloantibodi bereaksi terhadap antigen eritrosit, sedikit saja resipien dengan


multitransfusi berkembang menjadi aloantibodi eritrosit

 Aloantibodi bereaksi terhadap antigen leukosit, terdapat resipien yang ditransfusi


2 leukosit dan trombosit.

 Aloantibodi terhadap protein plasma, misalnya reaksi anafilaksis disebabkan


karena adanya anti-IgA antibodi
Reaksi Transfusi Hemolitik

Reaksi Transfusi Hemolitik Segera.


Klinis kebanyakan berupa timbulnya panas, dapat dengan menggigil. Dapat juga dengan cemas, nyeri
dada atau punggung, sesak napas, takikardia dan hipotensi

Reaksi Transfusi Hemolitik Tertunda


Biasanya lebih ringan dari yang segera dan terjadinya perusakan eritrosit terutama ekstravaskular.
Terjadi pada 2-10 hari sesudah transfusi.

Umumnya tidak ada terapi khusus, tapi pasien yang dengan reaksi berat diusahakan dilakukan hidrasi
Febris Non Reaksi Transfusi Hemolitik

Gambaran khas berupa menggigil lalu diikuti panas, terjadi umumnya dalam
waktu beberapa jam sesudah transfusi. Pening, mual muntah dapat terjadi.
Kadang reaksinya dapat berat, termasuk dengan keluhan pulmonal, tapi
umumnya reaksi ini ringan. Reaksi ini disebabkan oleh aloimunisasi terhadap
antigen leukosit dan trombosit.
Kerusakan Paru Akut karena Transfusi

Umumnya berupa respiratory distress berat yang tiba-tiba, disebabkan oleh


sindrom edema pulmonal non kardiogenik, mirip adult respiratory distress
syndrome. Menggigil, panas, nyeri dada, hipotensi dan sianosis, sebagaimana
umumnya edema paru, mungkin ada.
Reaksi Transfusi Alergi

Gambaran berupa urtikaria, skin rashes, spasme bronkus, angio edema sampai
renjatan anafilaksis. Untunglah kejadian renjatan anafilaksis transfusi yang berat
sangat rendah, karena reaksi ini dapat mengancam kehidupan.
Purpura Pasca Transfusi

Ini merupakan pengembangan trombositopeni yang mengancam kehidupan,


terjadi pada hari ke 5-10 sesudah transfusi. Ini disebabkan oleh berkembangnya
aloantibodi yang ditujukan kepada antigen khusus trombosit. Terapi
kortikosteroid mungkin bermanfaat.
Imunomodulasi yang Berhubungan dengan Transfusi

Transfusi darah alogenik tidak hanya berarti memberikan eritrosit, tapi juga
sejumlah efektor sel imun, produk sitokin, dan berbagai bahan, yang dapat
dikenali sistem kekebalan resipien sebagai antigen asing.
Penyakit Donor Cangkok Versus Host

Semua sel darahh mengandung immunocompetent T lymphocyte, bila


ditransfusikan ke resipien yang non imunokompeten, maka sel limfosit T ini akan
mempebanyak diri dan menyebabkan reaksi penolakan donor transplan (Reaksi
penolakan). Reaksi penolakan biasanya berupa panans, diikuti rash kulit berupa
eritema, makulopapula mulai dari sentral ke tepi
Komplikasi Non Imunologi
Kelebihan Cairan

Transfusi eritrosit atau plasma dapat menyebabkan Kelebihan cairan di dalam


sirkulasi. Pada anemia dengan gagal jantung, transfusi harus hati-hati karena
dapat menyebabkan edema paru yang berakibat fatal
Transfusi Masif

Hipotermia, Hipotermia terjadi bila sejumlah besar darah yang dingin diinfuskan. Anak
dan orang tua sensitive akan hal ini.

Pengaruh pengenceran, Transfusi dengan sejumlah besar produk darah menyebabkan


pengenceran trombosit dan factor koagulasi yang labil. Sejumlah pasien dengan sepsis,
renjatan dan koagulasi intravascular dapat memberat dengan pengaruh transfusi ini

Mikroembolisasi Paru, Seorang dengan transfusi sejumlah besar darah simpanan lalu
mengalami sindrom disfungsi pulmonal dengan hipoksia
Komplikasi Infeksi pada Transfusi
Darah
Hepatitis karena Transfusi

Virus Hepatitis B

Dengan ditemukannya HbsAg dan tes sera yang dikembangkan, maka penurunan angka kejadian
penularan lewat transfusi sangat dramatis.

Virus Hepatitis C

Anti HBc dan SGOT (AST) harus dilakukan untuk menurunkan transmisi hepatitis NANB (non A

non B). Setelah ditemukanya anti HCV maka tes AST untuk donor tak diperlukan lagi.
Virus Hepatitis D

Darah transfusi yang mengandung VHD menyebabkan seorang karier HbsAg yang benigna
menjadi hepatitis fulminan atau penyakit hati berat yang progresif. Karena VHD hanya dapat
ditularkan bila ada VHB, maka adanya seromarker VH B harus disingkirkan.

Virus Hepatitis A

Dalam praktek transfusi, transmisi hepatitis A ini tidak meyakinkan. Darah dapat mengandung
VHA bila diambil pada saat viremia fase asimptomatik.
Virus Hepatitis E

Menular secara ‘water borne’, menyebar seperti VHA, tidak bersifat kronik, makan tidak
beresiko ditularkan lewat transfusi.

Virus Hepatitis Non A-B

Sepuluh persen Hepatitis NANB tidak termasuk hepatitis C, dengan penelitian virus
tersebut, virus G, SEN dan TT. Transmisi lewat transfusi relatif sering, tapi bagaimanapun
kini tak terbukti virus ini menyebabkan hepatitis
Virus Human Immunodeficiency tipe 1 dan 2
Penularan lewat parenteral (transfusi), seksual dan perinatal

Virus Human T Lymphotropic I dan II


Tes donor, dengan memeriksa antibody pada V HTL I, tersedia ditahun 1988, ditahun
1997 FDA menginginkan tes untuk antibody pada V HTL II. Perkiraan infeksi lewat
transfusi sebesar 1 per 428.000 unit
Virus Sitomegalo
Sekarang ini insidens tertular virus Sitomegalo sangat rendah dengan menggunakan
komponen darah yang disimpan pada pasien dengan status imunologi normal. Penularan
dapat sangat ditekan dengan cara mengurangi sejumlah besar leukosit

Virus Esptein-barr
Sembilan puluh persen darah donor mempunyai antibody terhadap virus Epstein-Barr,
karena infeksi berhubungan dengan leukosit maka nampaknya akan aman dengan
menggunakan darah yang leukositnya dikurangi
Parovirus B19
Pada orang normal virus B19 ini menyebabkan penghentian akut produksi eritrosit yang
sembuh dengan sendirinya dalam 4-8 hari. Pada pasien yang dengan destruksi eritrosit,
hal ini dapat menyebabkan krisis aplastik akut.

Infeksi yang Disebarkan Artropoda


Virus West Nile, merupakan flavivirus, disebarkan oleh gigitan nyamuk, umumnya
menyebabkan panas,yang berat dapat dengan meningitis, ensefalitis atau paralisis flusid,
yang berat mungkin fatal. Virus ini dapat ditularkan lewat transfusi.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai