Anda di halaman 1dari 20

Pencegahan

Resiko Penularan
Hepatitis B dan
HIV/AIDS
Kelompok 5 :
1. Debby Aniestia M (P1337424415001)
2. Rizki Amalia W (P1337424415005)
3. Amanda Via M (P1337424415008)
4. Lulu Hidayati (P1337424415033)
5. Risqi Yuliyanti (P1337424415036)
6. Yudiafina Hasna S(P1337424415048)
Pencegahan Resiko
Penularan Hepatitis B
Pengertian Hepatitis

Hepatitis adalah istilah umum


yang berarti radang hati. “Hepa”
berarti kaitan dengan hati,
sementara “itis” berarti
radang(seperti di atritis,
dermatitis, dan pankreatitis).
Penyebab Hepatitis

• Racun dan zat kimia seperti alkohol


berlebihan;
• Penyakit yang menyebabkan sistem
kekebalan tubuh menyerang jaringan
sehat dalam tubuh, yang disebut
sebagai penyakit autoimun; dan
• Mikroorganisme, termasuk virus. 
Upaya Pencegahan dan
Pengobatan Hepatitis

Primary
Prevention

Secondary
prevention

Tertiary
preventio
n
a. Primary Prevention

Primary prevention atau upaya


pencegahan primer merupakan upaya
pencegahan yang dilakukan sebelum suatu
penyakit terjadi. Upaya ini umumnya
bertujuan mencegah terjadinya penyakit
dan sasarannya adalah faktor penyebab,
faktor penjamu, serta lingkungan.
Primary prevention ini dapat dilakukan dengan dua
cara, yaitu:
• health promotion
Health promotion atau promosi kesehatan
merupakan salah satu upaya preventif yang dapat
dilakukan untuk mencegah penyakit hepatitis.
Adapun bentuk-bentuk pencegahan-nya adalah
sebagai berikut :
 Pendidikan atau penyuluhan kesehatan
 Mengubah perilaku
 Mengubah gaya hidup
 Meningkatkan kesadaran
• general & specific protection.
General and specific protection atau
perlindungan khusus terhadap penularan hepatitis
dapat dilakukan dengan 2 cara :
b. Secondary prevention

Secondary prevention atau upaya


pencegahan sekunder merupakan upaya
pencegahan yang dilakukan saat proses
penyakit sudah berlangsung tetapi
belum timbul tanda atau gejala sakit.
Pada pencegahan sekunder termasuk
upaya bersifat diagnosis dini dan
pengobatan segera (early diagnosis and
prompt treatment)
c. Tertiary Prevention
Tertiary prevention atau upaya pencegahan
tersier merupakan upaya pencegahan yang
dilakukan saat proses penyakit sudah lanjut.
Tujuannya adalah untuk pencegahan cacat dan
komplikasi, bertambahnya penyakit, dan
kematian. Sedangkan, sasarannya adalah
penderita penyakit itu sendiri.
Untuk meminimalisir kondisi cacat dan kerier
ketika pasca-patogenesis, dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu disability limitation dan
rehabilitation.
1. Disability limitation
Disability Limitation atau pembatasan
kecacatan berusaha untuk menghilangkan
gangguan kemampuan berfikir dan bekerja
yang diakibatkan oleh penyakit hepatitis. Yang
termasuk dalam disability limitation :
• Pencegahan terhadap komplikasi dan
kecacatan
• Pengadaan dan peningkatan fasilitas
kesehatan dengan melakukan pemerikasaan
lanjut yang lebih akurat
• Penyempurnaan pengobatan agar tidak terjadi
komplikasi
2. Rehabilitation
Rehabilitasi adalah usaha untuk mencegah terjadinya akibat
samping dari penyembuhan penyakit & pengembalian fungsi
fisik, psikologik dan sosial. Dalam penyembuhan penyakit
hepatitis, proses rehabilitasi meliputi:
a.Rehabilitasi mental
Yaitu agar bekas penderita dapat menyesuikan diri dalan
hubungan perorangan dan social secara memuaskan
b.Rehabilitasi social vokasional
Yaitu agar bekas penderita menempati suatu
pekerjaan/jabatan dalam masyarakat dengan kapasitas kerja
yang semaksimal-maksimalnya sesuai dengan kemampuan
dan ketidakmampuannya.
c. Rehabilitasi aesthetis
Usaha rehabilitasi aesthetis perlu dilakukan untuk
mengembalikan rasa keindahan, walaupun kadang-kadang
fungsi dari alat tubuhnya itu sendiri tidak dapat
dikembalikan
B. Pencegahan resiko
penularan HIV/AIDS
Pengertian HIV/AIDS
HIV/AIDS adalah salah satu penyakit yang
harus diwaspadai karena Acquired
Immunodeficiency Syndrome ( AIDS) sangat
berakibat pada penderitanya. Acquired
immunodeficiency syndrome(AIDS)
merupakan sekumpulan gejala penyakit
yang menyerang tubuh manusia setelah
sistem kekebalannya dirusak oleh virus
HIV(Human Immunodeficiency Virus).
Pencegahan dan Pengobatan HIV/AIDS

Cara mengurangi resiko penularan HIV/AIDS :


• Hindari sentuhan dengan cairan tubuh penderita
yang membawa virus, darah, muntahan, tinja,
dan air seni.
• Jangan memakai alat apapun yang terkena darah
penderita atau kemungkinan bisa terkena darah
penderita, silet cukur, gunting kuku, jarum, sikat
gigi, dan lain- lain.
• Selalu mencuci tangan dengan air bersih dan
sabun setiap kali sehabis beraktifitas.
• Selalu berhubungan seks dengan kondom
terutama di saat subur.
• Praktikkan seks yang aman ketika sedang tak
subur.
4 pilar pencegahan penularan
HIV dari ibu ke bayi menurut
WHO
WHO mengupayakan 4 (empat) program atau pilar
untuk mencegah terjadinya penularan HIV dari ibu
ke bayi, yang dilaksanakan secara konferhensif
yaitu :
• Prog 1 : Mencegah terjadinya penularan HIV pada
perempuan usia reproduktif.
• Prog 2 : Mencegah kehamilan yang tidak
direncanakan pada ibu HIV positif.
• Prog 3 : Mencegah terjadinya penulisan HIV dari
ibu hamil HIV positif ke bayi yangdikandungnya.
• Prog 4 : Memberikan dukungan psikologis, sosial,
dan perawatan kepada ibu HIV positifbeserta bayi
dan keluarganya.
Penanggulangan HIV/ AIDS
a. Upaya Promotif
Upaya promotif yang bisa dilakukan untuk
menanggulangi HIV/ AIDS antara lain :
• Pelayanan promotif : meningkatkan
Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE)
tentang HIV/ AIDS.
• Promosi Perilaku Seksual Aman (Promoting
Safer Sexual Behavior).
• Promosi dan disteribusi kondom (Promoting
and Distributing Condom).
• Norma Sehat di tempat kerja : tiadak merokok,
tidak mengonsumsi Napza.
• Menggunakan alat suntik yang aman
(Promoting and Safer Drug Injection Behavior).
b. Upaya Preventif
Untuk mencegah HIV/AIDS, konsling
merupakan satu- satunya cara untuk
mempromosikan berbagai perubahan
perilaku masyarakat. Untuk jangka
panjang diharapkan masyarakat akan mau
mengadopsi perubahan perilaku yang
berisiko.
c. Upaya Kuratif
Upaya kuratif dapat dilakukan dengan car sebagai
berikut (Depkes, 2004) :
1) Mencegah dan mengobati IMS (Infeksi
Menular Seksual)
2) Menyediakan dan Tranfusi darah yang aman
3) Mencegah komplikasi dan penularan terhadap
Persalinan Yang Aman Bagi
Ibu Hamil HIV Positif
Untuk terlaksananya persalinan yang aman perlu
direkomendasikan kondisi- kondisi berikut ini :
• Ibu hamil yang HIV positif perlu mendapatkan
konseling sehubungan dengan keputusannya
sendiri untuk melahirkan bayi secara operasi
secsio secaria ataupun dengan persalinan
normal,
• Pelaksanaan persalinan, baik secara operasi
secsio secaria maupun persalinan normal, harus
memperhatikan kondisi fisik dari ibu hamil HIV
positif,
• Tindakan menolong persalinan ibu hamil HIV
positif, baik secara operasi secsio cesaria
maupun persalinan normal, harus mengikuti
Hatur Nuhun

Anda mungkin juga menyukai