Anda di halaman 1dari 16

Gagal Ginjal Kronik dan Pemantauan Terapi

Obat Pasien Gagal Ginjal Kronik


Definisi

Penyakit ginjal kronis (PGK) atau gagal ginjal kronis (GGK)


adalah kondisi saat fungsi ginjal menurun secara
bertahap karena kerusakan ginjal. Secara medis, gagal
ginjal kronis didefinisikan sebagai penurunan laju
penyaringan atau filtrasi ginjal selama 3 bulan atau lebih
Klasifikasi
Gagal ginjal kronis selalu berkaitan dengan penurunan progresif GFR
(Glomerulo Filtration Rate). Stadium-stadium gagal ginjal kronis
didasarkan pada tingkat GFR yaitu:
a. Penurunan cadangan ginjal, yang terjadi apabila GFR turun 50%
dari normal
b. Insufisiensi ginjal, yang terjadi apabila GFR turun menjadi 20-35%
dari normal Nefron-nefron yang tersisa sangat rentan mengalami
kerusakan sendiri karena beratnya beban yang mereka terima
c. Gagal ginjal, yang terjadi apabila GFR kurang dari 20% normal
semakin banyak nefron yang mati
d. Penyakit ginjal stadium-akhir, yang terjadi apabila GFR menjadi
kurang dari 5% dari normal. Hanya sedikit nefron fungsional yang
tersisa. Di seluruh ginjal ditemukan jaringan parut dan atrofi
tubulus.
Klasifikasi gagal ginjal kronis berdasarkan derajat (stage) LFG (Laju
Filtrasi Glomerolus) dimana nilai normalnya adalah 125
ml/min/1,73 m2 yaitu :
Salah satu parameter yang biasanya
diperiksakan adalah kadar ureum dan
kreatinin serum
• Kreatinin : hasil perombakan • Ureum : Senyawa nitrogen non
kreatin senyawa berisi nitrogen protein dengan konsentrasi
yang terutama ada dalam otot tertinggi di dalam darah
• Kenaikan kadar kreatinin • Urea merupakan hasil ekskresi
menunjukkan adanya kerusakan terbesar dari metabolisme protein
fungsi ginjal, terutama • Setelah disintesis di dalam hati,
menyangkut fungsi glomerulus urea dibawa ke dalam darah
• Nilai normal : 0,6 – 1,3 mg/dL. menuju ginjal dan difiltrasi oleh
• Kreatinin serum > 1,5 mg/dL glomerulus.
menunjukkan telah adanya • Nilai normal : 20 – 30 mg/dL dan
gangguan fungsi ginjal. BUN 10 – 20 mg/dL
Regimen dosis
Furosemide
• Furosemid cukup cepat diserap dari saluran pencernaan ;
bioavailabilitas telah dilaporkan sekitar 60% sampai 70%,
tetapi penyerapan adalah variabel yang tidak menentu
• Sekitar 50% dari dosis furosemide yang diekskresikan tidak
berubah, sisanya akan dikonjugasi asam glukuronat di ginjal.
• Oleh karena itu, pada pasien dengan gagal ginjal, waktu paruh
plasma furosemide menjadi panjang karena ekskresi urin dan
konjugasi di ginjal berkurang
• Sekitar 50% dari dosis oral dan 80% dari infus atau dosis IM
diekskresikan dalam urin dalam waktu 24 jam; 69-97% dari
jumlah ini diekskresikan dalam 4 jam pertama
Regimen dosis Furosemide

 Efek furosemide telah diketahui dalam waktu 30


menit sampai 1 jam setelah dosis oral, konsentrasi
puncak pada 1 sampai 2 jam, dan berlangsung
selama sekitar 4 sampai 6 jam;
 setelah injeksi intravena efeknya jelas dalam sekitar 5
menit dan berlangsung selama sekitar 2 jam.
Furosemid diberikan secara oral, biasanya di pagi hari
Contoh Kasus
Seorang Pasien Ny. N.S berusia 71 tahun dengan berat badan 60 kg, tinggi
badan 160 cm datang kerumah sakit dengan keluhan pusing, lemas selama 1
minggu. Riwayat penyakit Hipertensi dengan konsumsi obat rutin amlodipin.
Diagnosa Gagal ginjal kronis dengan hipokalemia.
a. Data Subjektif
b.Pemeriksaan Laboratorium
c. Profil Penggunaan
Obat

d. Assessment and plan


(Identifikasi, Manajemen
and plan DRP)
Hasil dan Pembahasan

• Berdasarkan assesment pada form transfer pasien antar ruangan, rencana


terapi pasien adalah pemberian calsium bikarbonat 3x1, Omeprazole 2x1,
aminoral 3x1 , KSR dan KCLIV 3x1 hari.
• Tindakan medis nya yaitu pemeriksaan laboratorium dan hasil yang
diperoleh adalah pasien juga memiliki kadar ureum yang tinggi pada
tanggal 29 april 2019 yaitu 108 mg/dL dan pada tanggal 3 mei 2019
menurun menjadi 104 mg/dL
• Menurut algorithma penyakit ginjal nondiabetik (Dipiro et al., 2005),
pengobatan CKD ini dengan mengatur nutrisi (mengatur asupan protein),
mengatur tekanan darah, dan mengatur proteinurea.
• Pengobatan pasien Ny. N.S ini sudah sesuai dengan algoritma terapi
menurut Dipiro, yaitu memberikan asupan E 1890 kal, protein 0,8
mg/kgBB/hari atau 40 g, Na< 1000 mg. Dilakukan juga pembatasan makan
makanan yang rendah purin (diet).
• Furosemide yang diberikan bertujuan sebagai maintaining fluid balance
dikarenakan adanya kardiomegali yang disebabkan oleh hipertensi
• Aminoral untuk Gangguan fungsi ginjal kronis dengan GFRÂ 550
mL/minDigunakan untuk pasien yang menderita CKD dengan tujuan untuk
meningkatkan status protein dan nutrisi pada pasien gangguan fungsi ginjal dan
dapat digunakan sebagai nutrisi intradialisis dengan rasio AAE;AANE sesuai
dengan kebutuhan
• Untuk pengobatan dari pasien Ny. N.s ini seharusnya adalah dengan melakukan
terapi dialisis/hemodialisis karena memiliki nilai GFR <15 ml/menit/1,73m2.,
terdapat gejala uremia meliputi anoreksia, nausea, mual dan muntah, adanya
malnutrisi/hilangnya massa otot Kejadian DRPs

• Obat tidak efektif yaitu Omeprazole dapat menurunkan efek clopidogrel dengan
mempengaruhi enzim hati CYP2C19, dan adanya efek interaksi obat pada
femberian furosemide memngkinkan terjadinya kenaikan kadar asam urat
• Selain itu, DRP lain dari kasus ini adalah Obat tidak efektif atau pengobatan
gagal, dan efek obat tidak optimal dikarenakan kombinasi obat-obat atau obat
makanan tidak tepat termasuk kejadian interaksi obat.
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari pemantauan terapi obat pada pasien
Gagal ginjal Kronis sebagai berikut:
 Pasien perlu mengatur pola hidup sehat, terapi nutrisi untuk menjaga
berat badan tetap ideal, dan olahraga
 Adanya indikasi yang tidak diterapi dan obat tidak efektif atau
pengobatan gagal. Tanda-tanda vital yaitu TD diatas normal (fluktuaktif),
menunjukkan HT stage 2 140-159/100 mmHg.
Contoh kasus

Anda mungkin juga menyukai