Anda di halaman 1dari 14

FILSAFAT KETUHANAN DALAM

ISLAM
1. Filsafat Ketuhanan Dalam Islam
Secara harfiah, kata filsafat berasal dari kata Philo yang berarti cinta, dan kata Sophos
yang berarti ilmu atau hikmah.Dengan demikian, filsafat berarti cinta terhadap ilmu atau
hikmah.Al-Syaibani mengatakan bahwa filsafat bukanlah hikmah itu sendiri, melainkan
cinta terhadap hikmah dan berusaha mendapatkannya, memusatkan perhatian padanya
dan menciptakan sikap positif terhadapnya. Selanjutnya ia menambahkan bahwa filsafat
dapat pula berarti mencari hakikat sesuatu, berusaha menautkan sebab dan akibat, dan
berusaha menafsirkan pengalaman-pengalaman manusia.Dengan demikian filsafat
adalah suatu kegiatan atau aktivitas yang menempatkan pengetahuan atau kebikasanaan
sebagai sasaran utamanya.
Keimanan dalam Islam merupakan aspek ajaran yang fundamental, kajian ini harus
dilaksanakan secara intensif. Keimanan kepada Allah SWT, kecintaan, pengharapan,
ikhlas, kekhawatiran, tidak dalam ridho-Nya, tawakkal nilai yang harus ditumbuhkan
secara subur dalam pribadi muslim yang tidak terpisah dengan aspek pokok ajaran yang
lain dalam Islam.

Jadi, filsafat Ketuhanan dalam Islam bisa diartikan juga yaitu


kebijaksanaan Islam untuk menentukan Tuhan, dimana Ia sebagai
dasar kepercayaan umat Muslim.
A. SIAPAKAH TUHAN ITU?
Perkataan ilah, yang diterjemahkan “Tuhan”, dalam Al-Quran
dipakai untuk menyatakan berbagai obyek yang dibesarkan atau
dipentingkan manusia, misalnya dalam QS Al-Qashasha ayat 38,
perkataan ilah dipakai oleh Fir’aun untuk dirinya sendiri:

Contoh ayat tersebut di atas menunjukkan bahwa perkataan ilah bisa


mengandung arti berbagai benda, baik abstrak (nafsu atau keinginan
pribadi) maupun benda nyata (Fir’aun atau penguasa yang dipatuhi
dan dipuja). Perkataan ilah dalam Al-Quran juga dipakai dalam bentuk
tunggal (mufrad: ilaahun), ganda (mutsanna: ilaahaini), dan banyak
(jama’: aalihatun).
Dalam ajaran Islam diajarkan kalimat “laa ilaaha illa Allah”. Susunan
kalimat tersebut dimulai dengan peniadaan, yaitu “tidak ada Tuhan”,
kemudian baru diikuti dengan penegasan “melainkan Allah”. Hal itu berarti
bahwa seorang muslim harus membersihkan diri dari segala macam Tuhan
terlebih dahulu, sehingga yang ada dalam hatinya hanya ada satu Tuhan,
yaitu Allah SWT.
Untuk lebih jelas memahami tentang siapakah Allah, DR. M. Yusuf Musa
menjelaskan dalam makalahnya yang berjudul “Al Ilahiyyat Baina Ibnu
Sina wa Ibnu Rusyd” yang telah di edit oleh DR. Ahmad Daudy, MA
dalam buku Segi-segi Pemikiran Falsafi dalam Islam. Beliau
mengatakan : Dalam ajaran Islam, Allah SWT adalah pencipta segala
sesuatu ; tidak ada sesuatu yang terjadi tanpa kehendak-Nya, serta tidak
ada sesuatu yang kekal tanpa pemeliharaan-Nya. Allah SWT mengetahui
segala sesuatu yang paling kecil dan paling halus sekali pun. Ia yang
menciptakan alam ini, dari tidak ada kepada ada, tanpa perantara dari
siapa pun. Ia memiliki berbagai sifat yang maha indah dan agung.
B. Sejarah Pemikiran Manusia
1. Pemikiran Barat
tentang Tuhan
Dalam literatur sejarah agama, dikenal teori evolusionisme, yaitu teori
yang menyatakan adanya proses dari kepercayaan yang amat sederhana,
lama kelamaan meningkat menjadi sempurna. Teori tersebut mula-mula
dikemukakan oleh Max Muller, kemudian dikemukakan oleh EB Taylor,
Robertson Smith, Lubbock dan Javens. Proses perkembangan pemikiran
tentang Tuhan menurut teori evolusionisme adalah sebagai berikut:
a. Dinamisme
Menurut paham ini, manusia sejak zaman primitif telah mengakui adanya
kekuatan yang berpengaruh dalam kehidupan. Mula-mula sesuatu yang
berpengaruh tersebut ditujukan pada benda.Kekuatan yang ada pada benda
disebut dengan nama yang berbeda-beda, seperti mana (Melanesia), tuah
(Melayu), dan syakti (India).
b. Animisme
Oleh masyarakat primitif, roh dipercayai sebagai sesuatu yang aktif sekalipun
bendanya telah mati. Oleh karena itu, roh dianggap sebagai sesuatu yang
selalu hidup, mempunyai rasa senang apabila kebutuhannya dipenuhi.
c. Politeisme
Kepercayaan dinamisme dan animisme lama-lama tidak memberikan
kepuasan, karena terlalu banyak yang menjadi sanjungan dan pujaan. Roh
yang lebih dari yang lain kemudian disebut dewa. Dewa mempunyai tugas
dan kekuasaan tertentu sesuai dengan bidangnya.
d. Henoteisme
Politeisme tidak memberikan kepuasan, terutama terhadap kaum
cendekiawan. Lama-kelamaan kepercayaan manusia meningkat menjadi
lebih definitif (tertentu). Satu bangsa hanya mengakui satu dewa yang
disebut dengan Tuhan, namun manusia masih mengakui tuhan (ilah)
bangsa lain. Kepercayaan satu tuhan untuk satu bangsa disebut dengan
Henoteisme (Tuhan Tingkat Nasional).
e. Monoteisme
Kepercayaan dalam bentuk Henoteisme melangkah menjadi Monoteisme.
Dalam Monoteisme hanya mengakui satu Tuhan untuk seluruh bangsa dan
bersifat internasional. Bentuk Monoteisme ditinjau dari filsafat Ketuhanan
terbagi dalam tiga paham, yaitu: deisme, panteisme, dan teisme.
2.  Pemikiran Umat Islam
Pemikiran terhadap Tuhan yang melahirkan Ilmu Tauhid, Ilmu Kalam, atau Ilmu
Ushuluddin di kalangan umat Islam dan berbagai macam aliran yang timbul karena
perbedaan al quran dan hadis.Sebagian Umat Islam memahami dengan pendekatan
antara kontektual dengan tektual sehingga lahir aliran yang bersifat antara liberal
dengan tradisional. Aliran-aliran tersebut yaitu :
a) Mu’tazilah
Merupakan kaum rasionalis di kalangan muslim, serta menekankan pemakaian akal
pikiran dalam memahami semua ajaran dan keimanan dalam Islam. Dalam
menganalisis ketuhanan, mereka memakai bantuan ilmu logika Yunani, satu sistem
teologi untuk mempertahankan kedudukan keimanan. Mu’tazilah lahir sebagai
pecahan dari kelompok Qadariah, sedang Qadariah adalah pecahan dari Khawarij.
b) Qodariah
Berpendapat bahwa manusia mempunyai kebebasan dalam berkehendak dan
berbuat. Manusia sendiri yang menghendaki apakah ia akan kafir atau mukmin dan
hal itu yang menyebabkan manusia harus bertanggung jawab atas perbuatannya.
c) Jabariah
Berteori bahwa manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam berkehendak dan
berbuat. Semua tingkah laku manusia ditentukan dan dipaksa oleh Tuhan. Aliran ini
merupakan pecahan dari Murji’ah
d) Asy’ariyah dan Maturidiyah
adalah kelompok yang mengambil jalan tengah antara Qodariyah dan
Jabariyah.Pada prinsipnya aliran-aliran tersebut di atas tidak
bertentangan dengan ajaran dasar Islam. Oleh karena itu umat Islam
yang memilih aliran mana saja diantara aliran-aliran tersebut sebagai
teologi mana yang dianutnya, tidak menyebabkan ia keluar dari Islam.
Menghadapi situasi dan perkembangan ilmu pengetahuan sekarang ini,
umat Islam perlu mengadakan koreksi ilmu berlandaskan al-Quran dan
Sunnah Rasul, tanpa dipengaruhi oleh kepentingan politik tertentu.
2. PEMBUKTIAN WUJUD TUHAN
1. Keberadaan Alam semesta, sebagai bukti adanya Tuhan
2. Argumentasi Qur’ani
# Q.S al-Ankabut ayat 61-63
# Q.S al-Jasyiah (45): 24
# Q.S Ali-Imran ayat 62
# Al-Fatihah ayat 2
3. PROSES TERBENTUKNYA IMAN
Benih iman yang dibawah sejak dalam kandungan memerlukan pemupukan yang
berkesinambungan.Demikian pula halnya dengan benih iman. Berbagai pengaruh
terhadap seseorang akan mengarahkan iman/kepribadian seseorang, baik yang datang
dari lingkungan keluarga, masyarakat, pendidikan, maupun lingkungan termasuk
benda-benda mati seperti cuaca, tanah , air, dan lingkungan flora serta fauna.Pengaruh
pendidikan keluarga secara langsung maupun tidak langsung, baik yang disengaja
maupun tidak disengaja amat berpengaruh terhadap iman seseorang. Pada dasarnya,
proses pembentukan iman juga demikian. Diawali dengan proses perkenalan,
kemudian meningkat menjadi senang atau benci. Mengenal ajaran Allah SWT adalah
langkah awal dalam mencapai iman kepada Allah SWT. Jika seseorang tidak mengenal
ajaran Allah SWT, maka orang tersebut tidak mungkin beriman kepada Allah SWT.
Disamping proses pengenalan, proses pembiasaan juga perlu diperhatikan, karena
tanpa pembiasaan, seseorang bisa saja semula benci berubah menjadi senang.
Seorang anak harus dibiasakan untuk melaksanakan apa yang diperintahkan Allah dan
menjauhi hal-hal yang dilarang-Nya, agar kelak setelah dewasa menjadi senang dan
terampil dalam melaksanakan ajaran-ajaran Allah.
4. KEIMANAN DAN KETAKWAAN
Penjelasan Iman :
Kata iman berasal dari Bahasa Arab, yaitu amina-yukminu-imanan yang secara etimologi berarti yakin
atau percaya. Dalam surat Al-Baqarah 165, yang artinya “Adapun orang-orang yang beriman amat sangat
cintanya kepada Allah”.Iman kepada Allah berarti percaya dan cinta kepada ajaran Allah, yaitu Al-Qur’an
dan Sunnah Rasul.Iman atau kepercayaan merupakan dasar utama dalam memeluk suatu agama karena
dengan keyakinan dapat membuat orang untuk melakukan apa yang diperintahkan dan apa yang dilarang
oleh keyakinannya tersebut atau dengan kata lain iman dapat membentuk orang jadi bertaqwa.
Berbicara masalah keimanan , kita bisa melihat takaran keimanan seseorang dari tanda-tandanya
seperti :
• Jika menyebut atau mendengar nama Allah SWT hatinya bergetar, dan berusaha agar
Allah SWT tidak lepas dari ingatannya.
• Tertib dalam melaksanakan shalat dan selalu melaksanakan perintahnya
• Memelihara amanah dan menepati janji
Manfaat dan pengaruh Iman dalam kehidupan manusia :
• Iman melenyapkan kepercayaan kepada kekuasaan benda
• Iman menanamkan semangat berani menghadapi maut
• Iman memberikan ketentramann jiwa
• Iman mewujudkan kehidupan yang baik
• Iman melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen
Penjelasan Tawakal :
Kata taqwa berasal dari waqa-yaqi-wiqayah, yang berati takut, menjaga,
memelihara, dan melindungi. Taqwa dapat diartikan memelihara keimanan yang
diwujudkan dalam pengamalan ajaran agama islam secara utuh dan konsisten
(istiqomah).
Dalam surat Al-Baqarah :117 Allah menjelaskan ciri-ciri orang yang bertaqwa,
yang secara umun dikelompokkan menjadi lima indikator ketaqwaan.
• Iman kepada Allah, iman kepada Malaikat, Kitab-kitab dan para nabi, iman
kepada hari kiamat, serta qada dan qadar dengan kata lain instrumen
ketaqwaan yang pertama ini dikatakan dengan memelihara Fitrah Iman.
• Mengeluarkan harta yang dikasihinya kepada kerabat, anak yatim, orang-
orang miskin, orang-orang yang putus di perjalanan, Atau dengan kata lain
mencintai umat manusia.
• Mendirikan shalat, puasa dan zakat
• Menepati janji
• Sabar disaat kepayahan, dan memiliki semangat perjuangan
Keterkaitan Antara Keimanan Dan Ketakwaan
Keimanan dan ketaqwaan tidak dapat dipisahkan dan pada hakikatnya
keduanya saling memerlukan. Artinya keimanan diperlukan manusia agar
dapat meraih ketakwaan. Karena setiap perbuatan atau amalan yang
baik, akan diterima oleh Allah tanpa didasari oleh Iman.Semua bentuk
ketakwaan seperti salat, puasa, zakat, dan haji merupakan bagian dan
kesempurnaan iman seseorang.
Keterkaitan antara iman dan taqwa ini, juga disampaikan oleh Rasulullah
dalam sabdanya: “Al imanu’uryanun walibasuhu at-taqwa” (iman itu
telanjang dan pakaiannya adalah taqwa). Maksud hadits ini adalah iman
harus diikuti dengan melakukan amal saleh (taqwa). Iman tanpa disertai
amal saleh maka imannya masih telanjang tanpa pakaian.
Wassalamualaikum wr.wb

Anda mungkin juga menyukai