Anda di halaman 1dari 18

Perubahan umum pertanian dan

penyusutan keanekaragaman
hayati

Oleh Kelompok 8
Cintia Chairani 17045052
Dinda Sekar Wangi 17045056
Yosi Ardiana 17045175
 
I. Perubahan umum
pertanian
 
Salah satu wujud perubahan dalam pertanian yang
paling umum adalah perubahan iklim.
Perubahan iklim adalah masalah yang serius pada abad 21
ini. Para peneliti menyimpulkan bahwa perubahan iklim
bukan merupakan proses alami tapi juga merupakan
intervensi dari aktivitas manusia dimuka bumi. Sektor
pertanian akan sangat sensitif terkena dampak
perubahan iklim karena sektor pertanian bertumpu pada
siklus air dan cuaca untuk menjaga produktivitasnya.
A. Konsep Perubahan Iklim dan
Pertanian
Iklim berbeda dengan cuaca. Iklim mengacu pada
perilaku cuaca jangka panjang, termasuk dinamikanya

Perubahan iklim dicirikan oleh berubahnya dinamika dan


besaran dan atau intensitas unsur-unsur iklim yang
cenderung menjadi lebih tinggi atau lebih rendah.

Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap perubahan iklim


yaitu radiasi matahari, deviasi orbit bumi, gerak
lempeng tektonik, perilaku vulkanik, dan konsentrasi gas
rumah kaca. Diyakini bahwa aktivitas manusia secara
langsung maupun tidak langsung menyebabkan
komposisi atmosfer bumi berubah, antara lain terjadinya
peningkatan konsentrasi gas-gas rumah kaca (GRK) yang
drastis.
B. Iklim Pertanian
Iklim mempengaruhi produksi pangan, karena itu
penerapan klimatologi pada pertanian sangat penting
mengingat setiap jenis tanaman pada berbagai
tingkat pertumbuhan memerlukan kondisi iklim
berbeda-beda.
Kerjasama ahli klimatologi dan ahli pertanian akan dapat
mengemukakan gagasan baru yang sangat bermanfaat
bagi peningkatan produksi nasional dan kesejahteraan
bangsa.
Sebagai contoh di Inggris serangan cacing hati pada
ternak domba dan sapi ternyata dipengaruhi oleh
kelembapan permukaan rumput selama musim panas,
karena kondisi semacam ini yang memungkinkan
perkembangan dari jenis siput sebagai binatang perantara,
dan penyakit hati pada ternak tergantung pada adanya
jenis siput ini
C. Dampak Perubahan Iklim
terhadap Sektor Pertanian
Perubahan iklim diyakini akan berdampak buruk terhadap
berbagai aspek kehidupan dan sektor pembangunan,
terutama sektor pertanian dan dikhawatirkan akan
mendatangkan masalah baru bagi keberlanjutan produksi
pertanian, terutama tanaman pangan. Pada masa
mendatang, pertanian akan dihadapkan pada beberapa
masalah serius, yaitu

1) penurunan produktivitas dan produksi yang tentunya


membutuhkan inovasi teknologi untuk mengatasinya,

2) degradasi lahan dan air yang mengakibatkan soil sickness,


penurunan tingkat kesuburan, dan pencemaran

3) variabilitas dan perubahan iklim yang mengakibatkan banjir dan


kekeringan

4) alih fungsi dan fragmentasi lahan pertanian


Perubahan iklim global berdampak nyata
pada produksi tanaman pangan. Secara
global, perubahan iklim diproyeksikan dapat
menurunkan produksi tanaman, terutama di
wilayah pertanian yang terletak di lintang
rendah akan mengalami dampak
negatif. Dampak negatif tersebut dikarenakan
wilayah lintang rendah memiliki suhu udara
yang berada pada batas toleransi tanaman (di
bawah 10 derajat celcius dan di atas 29
derajat celcius)
II. Permasalahan Pengelolaan
Keanekaragaman Hayati di
Indonesia
A. STRATEGI NASIONAL PENGELOLAAN
KEANEKARAGAMAN HAYATI

Untuk mengelola keanekaragaman hayati Indonesia


memerlukan strategi nasional sebagai alat bantu agar
semua pihak dalam melaksanakan tugasnya
mengupayakan pelestarian pemanfaatan
keanekaragaman hayati, sehingga pembangunan yang
berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dapat
dilaksanakan.

Dalam strategi nasional ini asas yang dianut adalah


pemanfaatan ilmu dan teknologi, diversifikasi
pemanfaatan dan keterpaduan pengelolaan.
Pemerintah telah berupaya agar laju penyusutan
keanekaragaman hayati dapat dikurangi dengan
menyisihkan areal hutan alami untuk kawasan
pelestarian.

Di dalam areal tersebut keanekaragaman hayati


diharapkan dapat dipertahankan secara in situ
(habitat asli).

Pelestarian secara in situ nerupakan cara


yang ideal, namun pada kenyataanya perlu
dilengkapi dengan pelestarian secara ex situ.
Di Indonesia kebun raya, kebun binatang,
kebun koleksi dan sebagainya telah
berkembang sejak lama. Sayangnya, lahan
tempat pelestarian ex situ itu sering tergusur
untuk peruntukan lain. Oleh karenanya,
pelestarian ex situ perlu dimantapkan dan
perpaduan pemanfaatannya dengan keperluan
lain perlu diwujudkan.
D. Keberlanjutan Dana Desa
Untuk Pembangunan Nagari
Tanggung jawab pengelolaan keanekaragaman hayati
tidak hanya terletak di tangan pemerintah, tetapi juga
semua pihak. Pada saat ini banyak pihak yang terkait
dengan penanganan pelestarian dan pemanfaatan
keanekaragaman hayati. Untuk itu perlu disepakati
pembagian kerja antar semua unsur, sehingga
pemborosan energi danwaktu dapat dihindari.

Pemerintah berkewajiban mengembangkan peraturan


perundang-undangan yang mengatur pemanfaatan dan
pelestarian keanekaragaman hayati serta melaksanakan
bagian yang menjadi kepentingan nasional/umum.Pihak
swasta tidak hanya berkepentingan untuk
memanfaatkannya, tetapi juga
berkewajiban untuk memelihara serta menyeimbangkan
kepentingan dan kewajiban.
Agaknya tidak ada satupun negara lain di dunia ini yang
memiliki kawasan perlindungan yang begitu luas,
dibandingkan Indonesia, meskipun pada kenyataannya
tingkat degradasi biodiversitas di Indonesia demikian
tinggi.

Untuk itu sudah waktunya bagi setiap


orang Indonesia memawas diri dan
mencari relung yang dapat difungsikan
untuk memungkinkan ikut berkiprah
dalam menyelamatkan keanekaragaman
hayati.
Keberhasilan pelaksanaan strategi
nasional konservasi keanekaragaman
hayati sepenuhnya terletak ditangan
setiap individu bangsa Indonesia.
THANKYOU
PERTANYAAN
1.

Anda mungkin juga menyukai