Anda di halaman 1dari 9

MKWU4221

PENDIDIKAN TERBUKA DAN JARAK JAUH


Membuka Akses Pendidikan Tinggi bagi Semua
Making Higher Education Open to All

Sesi 6
Budaya Akademik dalam islam

Arief Rifkiawan Hamzah


Apresiasi pada ilmu
Wahyu Al-quran yang turun pada masa awal mendorong Q.S. Al-'Alaq [68]: 1-5, Al-Qalam, [68]: 1-5
manusia untuk memperoleh ilmu pengetahuan.

Tugas Manusia sebagai khalifah Allah di bumi akan Q.S. Al-Baqarah [2]: 30-31.
sukses kalau memiliki ilmu pengetahuan.

Muslim yang baik tidak pernah berhenti untuk Q.S. Thaha [20]: 114, Az-Zumar [39]: 9.
menambah ilmu.

Orang yang berilmu akan dimuliakan oleh Allah SWT. Q.S. Al-Mujaadilah [58]: 11, Faathir [35]: 27-28,
Ilmu mengukuhkan iman dan amal

• Ilmu dapat memperkuat keimanan, karena segala hal ciptaannya


bisa diketahui oleh orang-orang berilmu. Mereka melihat
kehebatan dan kecanggihan semua ciptaan Allah yang sangat
beragam.
• Ilmu juga dapat menuntut orang melangkah pada jalur yang benar.
Misalkan berhenti ketika lampu merah, jalan terus ketika lampu
hijau. Shalat harus suci dari hadas dan baju serta tempatnya juga
harus suci dari najis.
• Ilmu juga bisa bermanfaat jika keimanan tetap teguh dalam
hatinya, dan diaplikasikan dalam perbuatan. Jadi ketiganya saling
menguatkan untuk bisa melahirkan peradaban yang baik.
KARAKTERISTIK MUSLIM YANG BERBUDAYA
AKADEMIK
• Berpikir rasional adalah ciri utama ajaran Islam, maka Al-quran
menganjurkan setiap orang untuk membumikan budaya akademik, yaitu
menggunakan tradisi keilmuan yang didasarkan prinsip-prinsip rasionalitas.
• Dalam surat Ali-Imran/3: 190-191 telah disebutkan bahwa seorang muslim
yang memiliki karakter berbudaya akademik disebut dengan istilah ulul
albab yang secara kebahasaan mengandung arti "orang-orang yang memiliki
akal yang mumi". Dalam ayat tersebut jelas dinyatakan bahwa mereka
memiliki paling tidak dua karakter yaitu: “Orang yang selalu mengingat Allah
SWT dalam keadaan berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring” dan
“Mereka selalu memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi”.
etos kerja
• Dua tugas pokok manusia yaitu: 1) Manusia bertugas sebagai khalifah di muka bumi; 2)
Manusia bertugas untuk mengabdi (beribadah) kepada Allah.
• Meningkatkan Etos Kerja dengan cara: Pertama, manajemen waktu; seorang muslim
dituntut untuk dapat mempergunakan waktu seefektif mungkin untuk dapat diisi
dengan segala bentuk aktivitas yang baik, terlebih apabila sedang mengerjakan satu
pekerjaan. Berkali-kali kita temukan ayat yang berisi sumpah Allah SWT dengan
menggunakan waktu seperti, wal 'ashri, wadh-dhuha, wal-laili, wannahari. Hal ini
mengandung pesan bahwa setiap orang yang ingin sukses harus dapat
mempergunakan waktu sebaik mungkin. Karena waktu adalah modal terbaik. Kedua,
bekerja sesuai bidang dan kompetensinya. Etos kerja seseorang akan berlipat apabila
pekerjaan yang dia lakukan memang pekerjaan yang sesuai dengan bidang dan
kompetensinya. Ketiga, istikomah beribadah mahdlah dan ghairu mahdlah (sosial).
sikap terbuka
• Sikap positif selanjutnya yang harus dimiliki oleh seseorang yang
ingin berhasil dalam kehidupannya adalah sikap terbuka atau jujur.
• Islam sangat menekankan supaya manusia bersikap jujur. Di antara
ayat-ayat yang memerintahkan supaya bersikap jujur di antaranya
adalah di surat Al-Ahzab/33: 70 “Hai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kamu kepada Allah dan Katakanlah Perkataan yang
benar”.
• Surat At-Taubah/9: 119 “Hai orang-orang yang beriman
bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-
orang yang benar”.
bersikap adil
• Adil dalam aspek Aqidah; Untuk menelusuri makna adil dalam aqidah ini
dapat digunakan antonim dari keadilan yaitu kezaliman. Al-quran
menyebut bahwa syirik adalah kezaliman yang terbesar, hal ini antara
lain disebutkan dalam Q.S. Luqman/31: 13.
• Dalam aspek syari'ah khususnya yang berkaitan dengan muamalah Al-
quran menekankan perlunya manusia berlaku adil. Sebagai contoh Q.S.
Al-Baqarah/2: 282.
• Dalam aspek akhlak keadilan dituntut bukan hanya kepada orang lain
namun juga kepada diri sendiri. Ayat-ayat di bawah ini memberikan
gambaran hal tersebut di Q.S. Al-An'aam/6: 152.
Dimensi-dimensi keadilan

• "Kesamaan" sebagai dimensi keadilan


• ''Keseimbangan'' sebagai dimensi keadilan
• Lawan kezaliman sebagai dimensi keadilan
SELAMAT MENGIKUTI

Anda mungkin juga menyukai