Anda di halaman 1dari 21

Pengkajian syok dan

tingkatan pendarahan
DEFINISI
Secara patofisiologis syok merupakan gangguan hemodinamik
yang menyebabkan tidak adekuatnya hantaran oksigen dan
perfusi jaringan Gangguan hemodinamik tersebut dapat berupa
penurunan tahanan vaskuler sitemik terutama di arteri,
berkurangnya darah balik, penurunan pengisian ventrikel dan
sangat kecilnya curah jantung.
SYOK HIPOVOLEMIK

Syok hipovolemik merujuk keada suatu keadaan di mana terjadi kehilangan


cairan tubuh dengan cepat sehingga terjadinya multiple organ failure akibat
perfusi yang tidak adekuat. Syok hipovolemik ini paling sering timbul
setelah terjadi perdarahan hebat (syok hemoragik).
Syok hipovolemik pada umumnya terjadi pada negara dengan mobilitas
penduduk yang tinggi karena salah satu penyebabnya adalah kehilangan
darah karena kecelakaan kendaraan. Sebanyak 500.000 pasien syok
hipovolemik pada wanita karena khasus perdarahan obsetri meninggal
pertahunnya dan 99% terjadi pada negara berkembang. Sebagian besar
penderita meninggal setelah beberapa jam terjadi perdarahan karena tidak
mendapat perlakuan yang tepat dan adekuat
Penyebab
Dehidrasi karena berbagai sebab (muntah, diare yang sering/frekuensi,

peritonitis)
Luka bakar (grade II-III & luas luka bakar >30%)
Perdarahan (trauma dengan perdarahan, non-trauma (perdarahan post partum

/ HPP massif, KET-kehamilan ekstra-uterina terganggu)).


PATOFISIOLOGI PERDARAHAN
Perdarahan akan menurunkan tekanan pengisian pembuluh darah rata-
rata dan menurunkan aliran darah balik ke jantung. Hal inilah yang
menimbulkan penurunan curah jantung. Curah jantung yang rendah
di bawah normal akan menimbulkan beberapa kejadian pada
beberapa organ:
 Mikrosirkulasi
 Neuroendokrin
 Kardiovaskular
 Gastrointestinal
 Ginjal

Klasifikasi Tingkat perdarahan berdasarkan persentase volume


darah yang hilang:
 Perdarahan derajat I (kehilangan darah 0-15%)
• Tidak ada komplikasi, hanya terjadi takikardi minimal.
• Biasanya tidak terjadi perubahan tekanan darah, tekanan nadi, dan frekuensi
• pernapasan.
• Perlambatan pengisian kapiler lebih dari 3 detik sesuai untuk kehilangan darah sekitar
10%
 Perdarahan derajat II (kehilangan darah 15-30%)
• Gejala klinisnya, takikardi (frekuensi nadi>100 kali permenit), takipnea,
• penurunan tekanan nadi, kulit teraba dingin, perlambatan pengisian kapiler, dan anxietas
ringan .
• Penurunan tekanan nadi adalah akibat peningkatan kadar katekolamin, yang
• menyebabkan peningkatan resistensi pembuluh darah perifer dan selanjutnya
• meningkatkan tekanan darah diastolik.
 Perdarahan derajat III (kehilangan darah 30-40%)
• Pasien biasanya mengalami takipnea dan takikardi, penurunan tekanan darah
• sistolik, oligouria, dan perubahan status mental yang signifikan, seperti kebingungan atau
agitasi.
• Pada pasien tanpa cedera yang lain atau kehilangan cairan, 30-40% adalah jumlah
kehilangan darah yang paling kecil yang menyebabkan penurunan tekanan darah sistolik.
• Sebagian besar pasien ini membutuhkan transfusi darah, tetapi keputusan untuk pemberian
darah seharusnya berdasarkan pada respon awal terhadap cairan.
 Perdarahan derajat IV (kehilangan darah >40%)
• Gejala-gejalanya berupa takikardi, penurunan tekanan darah sistolik,
tekanan nadi menyempit (atau tekanan diastolik tidak terukur),
berkurangnya (tidak ada) urine yang keluar, penurunan status mental
(kehilangan kesadaran), dan kulit dingin dan pucat.
• Jumlah perdarahan ini akan mengancam kehidupan secara cepat.

 
 Jangan memberi cairan apapun pada mulut penderita contoh
Berikut Hal Atau Langkah Untuk Memberi Pertolongan Pertama Pada Penderita:

memberi minum
 Periksa ABC (airway, breathing, circulation)
 Buat pasien merasa nyaman dan hangat, hal ini dilakulan agar

mencegah hipotermia pada pasien


 Bila ditemukan adanya cedera pada kepala, leher atau punggung

jangan memindahkan posisinya


 Apabila tampak adanya perdarahan eksternal maka segera lakukan

penekanan pada lokasi perdarahan dengan menggunakan kain atau


handuk, hal ini dilakukan untuk meminimalisir volume darah yang
terbuang. Jika dirasa perlu kain atau handuk dapat diikatkan
 Jika ditemukan benda tajam masih menancap pada tubuh penderita

jangan dicabut hal ini ditakutkan akan menyebabkan perdarahan


hebat
 Beri sanggaan pada kaki 45° atau setinggi
30 cm untuk meningkatkan peredaran
darah. Saat akan dipindahkan ke dalam
ambulans usahakan posisi kaki tetap sama
 Jika adanya cedera pada kepala atau leher
saat akana dinaikan menuju ambulan
berulah penyangga khusus terlebih dahulu.
 Field Care
Saat bantuan medis datang dan penderita
dibawa menggunakn ambulan, berikan
oxygen pada pasien untuk
mempertahankan suplai oksigen ke
PRINSIP PENATALAKSANAAN

Prinsip Penatalaksanaan syok hipovolemik meliputi


mengembalikan tanda-tanda vital dan hemodinamik kepada
kondisi dalam batas normal kondisi tersebut dipertahankan dan
dijaga agar tetap pada kondisi satabil. Penatalaksanaan syok
hipovolemik tersebut utamakan terapi cairan sebagai pengganti
cairan tubuh atau darah yang hilang. Jika ditemukan oleh
petugas dokter atau petugas medis, maka penatalaksanaan syok
harus dilakukan secara komprehensif. tindakan selanjutnya
adalah adalah menghentikan trauma penyebab perdarahan yang
terjadi dan mencegah perdarahan berlanjut.
PENGKAJIAN SYOK
Pengkjian Primer
 Airway
 Jalan nafas dan prenafasan tetap merupakan prioritas pertama, untuk

mendapatkan oksigenasi yang cukup. Tambahan oksigen diberikan bila


perlu untuk menjaga tekanan O2 antara 80 – 100 mmHg.
 Breathing
 frekuensi napas, apakah ada penggunaan otot bantu pernapasan, retraksi

dinding dada, adanya sesak napas. Palpasi pengembangan paru, auskultasi


suara napas, kaji adanya suara napas tambahan seperti ronchi, wheezing,
dan kaji adanya trauma pada dada.
 Sirkulasi dan kontrol perdarahan
 Prioritas adalah : kontrol perdarahan luar, dapatkan akses vena yang cukup
besar dan nilai perfusi jaringan. Perdarahan dan luka eksternal biasanya
dapat dikontrol dengan melakukan bebat tekan pada daerah luka, seperti di
kepala, leher dan ekstremitas. Perdarahan internal dalam rongga toraks dan
abdomen pada fase pra RS biasanya tidak banyak yang dapat dilakukan.
PSAG (gurita) dapat dipakai mengontrol perdaran pelvis dan ekstermitas
inferior, tetapi alat ini tidak boleh mengganggu pemasangan infus.
Pembidaian dan spalk-traksi dapat membantu mengurangi perdarahan pada
tulang panjang.
 Disability – Pemeriksaan Neurologis
 Pemeriksaan neurologis singkat yang dilakukan adalah menentukan tingkat
kesadaran, pergerakkan bola mata dan reaksi pupil, fungsi motorik dan
sensorik. Data ini diperlukan untuk menilai perfusi otak
Intervensi keperawatan yang dapat Dilakukan pada pasien perdarahan antara
lain:
 Kaji jumlah kehilangan volume cairan dan mulai lakukan penggantian cairan sesuai

order. Pastikan golongan darah untuk pemberian terapi transfusi


 Kaji AGD/Analisa Gas Darah, jika pasien mengalami cardiac atau respiratory arrest

lakukan CPR
 Berikan terapi oksigen sesuai order. Monitor saturasi oksigen dan hasil AGD untuk
 mengetahui adanya hypoxemia dan mengantisipasi diperlukannya intubasi dan

penggunaan ventilasi mekanik. Atur posisi semi fowler untuk memaksimalkan


ekspansi dada. Jaga pasien tetap tenang dan nyaman untuk meminimalkan
kebutuhan oksigen
 Monitor vital sign, status neurologis, dan ritme jantung secara berkesinambungan.

Observasi warna kulit dan cek capillary refill


 Monitor parameter hemodinamik, termasuk CVP, PAWP, dan cardiac output, setiap

15 menit, untuk mengevaluasi respon pasien terhadap treatmen yang sudah


diberikan
 Monitot intake dan output.pasang dower cateter dan kaji urin output setiap jam. Jika

perdarahan berasal dari gastrointestinal maka cek feses, muntahan, dan gastric
drainase Jika output kuranng dari 30 ml/jam pada pasien dewasa pasang infuse,
tetapi awasi adnya tanda kelebihan cairan seperti peningkatan PAWP. Lapor dokter
jika urin output tidak meningkat
 Berikan transfuse sesuai lorder, monitor
Hb secara serial dan HCT
 Berikan Dopamin atau norepineprin I.V.,
sesuai order untuk meningkatkan
kontraktilitas jantung dan perfusi renal
 Awasi tanda-tanda adanya koagulopati
seperti petekie, perdarahan, catat segera
 Berikan support emosional
 Siapkan pasien untuk dilakukan
pembedahan, jika perlu.
Pengkajian syok
1. Pengkajian primer
a. Airway : jalan nafas dan pernafasan tetap
merupakan prioritas utama
b. Breathing : frekuensi nafas apakah ada
penggunaan otot bantu pernafasan, retraksi
dinding dada, adanya sesak nafas.
Palpasi : pengembangan paru
Auskultasi : suara nafas, kaji adanya suara
nafas tambahan seperti ronchi, weezing dan
kaji adanya trauma pada dada
c. Sirkulasi dan kontrol perdarahan :
prioritas adalah : kontrol perdarahan luar,
dapatkan akses vena yang cukup besar
dan nilai perfusi jaringan. Perdarahan
eksternal biasanya dapat dikontrol
dengan melakukan balut tekan pada
daerah luka, seperti dikepala, leher dan
ekstremitas. Perdarahan internal dalam
rongga thorak dan abdomen biasanya
dilakukan di rumah sakit.
d. Disability : pemeriksaan neurologis
adalah menentukan tingkat kesadaran,
pergerakan bola mata dan reaksi pupil,
fungsi motorik dan sensorik.
2. Pengkajian sekunder
a. Identitas pasien
b. Keluhan utama
c. Riwayat kesehatan sekarang
d. Riwayat kesehatan dahulu
e. Riwayat kesehatan keluarga
f. Pemeriksaaan fisik
1) Kulit : suhu raba dingin
2) Tekanan darah
3) Status jantung
4) Status respirasi
5) Status mental
6) Fungsi ginjal
7) Fungsi metabolik
8) Sirkulasi
9) Keseimbangan asam-basa
DIAGNOSA
 Penurunan curah jantung b/d
gangguan irama jantung
 Perfusi jaringan tidak efektif b/d
gangguan hipoventilasi
 Defisit volume cairan b/d kehilangan
volume cairan
TINGKATAN PERDARAHAN
KLASIFIKASI KLINIS PENGELOLAAN
KELAS 1 : kehilangan Takikardi min <100x/i Tidak perlu
volume darah <15% penggantian volume
cairan
KELAS 2 : kehilangan -Takikardi (100-120x/i) Penggantian volume
volume darah 15-30% -Penurunan pulse darah yang hilang
presure dengan cairan
-Penurunan produksi kristaloid sejumlah 2-
urine (20-30cc/jam) 4x volume darah
yang hilang
KELAS 3 : kehilangan -Takipnea (30-40x/i) Penggantian volume
volume darah 30-40% -Penurunan produksi darah yang hilang
urine (5-15cc/jam) dengan cairan
kristaloid dan darah
KELAS 4 : kehilangan -Takipnea (>35x/i) Penggantian volume
volume darah >40% -Takikardi (>140x/i) darah yang hilang
-Perfusi pucat, dingin, dengan cairan
basah kristaloid dan darah
TERIMAKASIH.......!!

Anda mungkin juga menyukai