0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
15 tayangan15 halaman
Dokumen tersebut memberikan panduan mengenai penulisan naskah untuk siaran radio agar terdengar seperti percakapan spontan meskipun tertulis. Beberapa poinnya adalah menulis sesuai cara berbicara, melakukan perbaikan bahasa, memberikan bimbingan ejaan kata sulit, dan menulis singkatan serta angka secara jelas.
Dokumen tersebut memberikan panduan mengenai penulisan naskah untuk siaran radio agar terdengar seperti percakapan spontan meskipun tertulis. Beberapa poinnya adalah menulis sesuai cara berbicara, melakukan perbaikan bahasa, memberikan bimbingan ejaan kata sulit, dan menulis singkatan serta angka secara jelas.
Dokumen tersebut memberikan panduan mengenai penulisan naskah untuk siaran radio agar terdengar seperti percakapan spontan meskipun tertulis. Beberapa poinnya adalah menulis sesuai cara berbicara, melakukan perbaikan bahasa, memberikan bimbingan ejaan kata sulit, dan menulis singkatan serta angka secara jelas.
“Tulis seperti apa yang hendak Anda bicarakan” atau “Tulis seperti apa yang hendak didengar”
WRITE THE WAY YOU TALK
Jadi, apa yang hendak Anda katakan itulah yang
muncul berupa tulisan di naskah. Tentu saja, tidak sama persis seperti cara dan gaya Anda berbicara sehari-hari, tetapi sudah melalui tahap pemolesan bahasa Indonesia yang menuntut “baik” dan “benar” Tahap Penulisan Bertutur Pikiran Dalam tahap ini, penulis naskah harus membaca dulu dan memahami apa yang hendak ia tulis, entah materi yang hendak ditulis ulang (rewrite) atau materi yang didapat waktu meliput di lapangan. Pada tahap ini, yang harus dilakukan : 1. Penulis naskah harus memilih topik apa yang akan menjadi inti informasinya. 2. Tentukan pula dampak apa yang hendak dicapai tulisan tersebut terhadap khalayak pendengar. Semakin tajam topik yang dipilih maka semakin mudah pula khalayak pendengar menangkap kehendak penulis naskah. Jika semakin melebar topik yang dipilih, maka penulis naskah membuat khalayak pendengar semakin tidak dapat menangkap maksud tulisan yang disiarkan Perkataan Sesudah tahap pertama selesai, penulis naskah dengan bersuara dapat menceritakan hal yang hendak dituliskan. Dalam keadaan ini, seakan-akan penulis naskah tengah berhadapan dengan seseorang. Tahap ini sebenarnya merupakan proses bagi penulis naskah untuk membuat tulisannya mencapai kondisi “bertutur”—sebagai tuntutan karya tulis untuk konsumsi telinga. Apakah penulis naskah tidak melaksanakan tahap “bertutur” tersebut maka dapat dipastikan tulisannya berbelok menjadi naskah tulisan untuk kebutuhan mata, bukan telinga Tulisan Jadi, apa yang diceritakan kepada seseorang secara imajinatif tadi, secara lengkap dijadikan tulisan. Mudahnya, apa yang diceritakan dengan suara keras tadi, sekarang diubah menjadi tulisan tanpa perubahan apapun. Jika anda membaca ulang hasil tulisan tersebut maka kesan dan isinya sama dengan apa yang dikatakan tadi, termasuk bunyi tulisan itu sama seperti orang yang sedang berbincang-bincang Perbaikan Tahap ini langkah terakhir untuk membaca naskah pada ruang siaran. Sesudah apa yang dikatakan tadi ditulis apa adanya, giliran penulis naskah untuk melakukan perbaikan- perbaikan. Karena tulisan tersebut bunyinya sama dengan percakapan sehari-hari, mungkin saja memuat kata-kata yang tidak lazim. Misalnya, istilah, slang, dan ungkapan yang hanya dimengerti oleh segelintir orang di sekitar anda. Apabila keempat tahap ini sudah dilakukan maka naskah siaran radio telah mencapai konsep karya yang auditif. Jadi, sewaktu naskah itu dibacakan oleh penyiar, reporter, atau newscaster, muncul kesan akrab dan personal yang dirasakan khalayak pendengar. Yang lebih penting khalayak pendengar tidak merasa seperti penyiar sedang membaca naskah, tapi lebih terkesan seperti sedang menceritakan sesuatu dengan spontan—padahal apa yang disampaikan itu semua tertulis dalam naskah. Kesan “tanpa naskah” dan seperti “sedang bercerita spontan” merupakan keunggulan radio yang harus dipenuhi. Bimbingan Ejaan Fonetik Tulis cara membaca kata sulit tersebut dalam tanda kurung— di belakang kata sulit itu. Misalnya : GUANTANAMA (GWAHN-TAH-NAH-MOH) – RIO DE JANEIRO (RIO-DE-HANEIROU) Untuk kemudahan, tulis cara membaca kata sulit dengan huruf besar atau kapital. Tulis bimbingan ejaan itu sesuai bunyi ucapan yang sesungguhnya sehingga siapapun yang membaca kata sulit itu tidak mendapat masalah. Garis bawahi bagian-bagian kata yang perlu ditekan ucapannya Patokan yang digunakan radio siaran untuk bimbingan ejaan fonetik adalah sistem teleks Kantor Berita Associated Press Menulis Singkat Nama, Gelar, dan Angka Masalah yang sering timbul dalam penulisan singkatan, antara lain : 1. Apakah singkatan yang diudarakan itu sudah dikenal khalayak pendengar atau tidak? 2. Kalau singkatan tersebut dibaca, apakah ada kata- kata yang bunyinya serupa, tapi punya makna/arti yang berbeda? 3. Lebih penting mana : memilih singkatan supaya lebih ringkas, tapi dengan risiko tidak mengerti atau lebih baik dipanjangkan, tapi jelas tertangkap maksudnya, meski butuh waktu yang lebih panjang? Penulisan Singkatan 1. Prinsip awal ketika penulis naskah menghadapi singkatan, tulis kepanjangannya dan jangan memberi kesempatan singkatan tampil 2. Peluang singkatan hanya dimungkinkan untuk yang sudah sangat lazim. Dengan dugaan semua orang pasti kenal singkatan tersebut, misalnya : Ir. (insyinyur), dr. (dokter), Prof. (profesor) 3. Untuk nama organisasi, lembaga, dan instansi sebaiknya di bagian awal dibaca lengkap dulu baru kemudian dibaca “designasi alfabetis”-nya. Misalnya, Perserikatan Bangsa-Bangsa atau PBB – Golongan Karya atau Golkar 4. Jangan singkat nama negara, nama negara bagian, nama provinsi, nama bulan, nama hari, nama hari- hari besar, gelar militer, gelar pemerintahan, gelar keagamaan, dan lain sebagainya. Misalnya, US atau USA untuk Amerika Serikat OH untuk Ohio X’MAS untuk Christmas JR atau SR untuk Junior atau Senior 5. Jangan pakai simbol sebagai pengganti kata. Misalnya : & untuk DAN # untuk NOMOR / URUTAN 6. Dalam penulisan, pisahkan huruf-huruf yang digunakan dalam singkatan dengan tanda penghubung (-) waktu setiap huruf disebutkan. Misalnya : Partai Demokrasi Indonesia (P-D-I) 7. Untuk penulisan singkatan yang menjadi satu kata, penulisannya harus disatukan, tidak dipisahkan tanda penghubung. Misalnya : Angkatan Bersenjata Republik Indonesia dengan ABRI Asuransi Tenaga Kerja dengan ASTEK Penulisan Nama 1. Hindarkan penulisan nama orang di awal naskah. Dalam keadaan itu, khalayak pendengar belum siap untuk mencerna informasi yang disampaikan sehingga nama tersebut sering tidak tertangkap khalayak 2. Tuliskan nama lengkap dan gelarnya untuk orang yang belum dikenal 3. Sebaliknya, tidak perlu menulis gelar dan nama lengkap untuk seseorang yang sudah sangat terkenal karena penulisan nama lengkap dan gelarnya menjadi mubazir ketika semua orang sudah tau hal itu 4. Jika nama seseorang terdiri dari beberapa kata, cukup ditulis nama yang biasa dipakai untuk memanggilnya dan selanjutnya nama tersebut disambung dengan nama keluarga. Penulisan Angka 1. Penulisan angka hanya dibutuhkan untuk angka yang perlu-perlu saja 2. Tidak direkomendasikan menulis daftar angka untuk urutan angka 3. Untuk angka yang besar dan terinci, buat pembulatan, seperti : sekitar, kurang lebih, hampir, sedikitnya, lebih dari, dsb.Misalnya : Rp. 3.122.555.890 (lebih dari 3,1 miliar rupiah) Rp. 156.775.280 (sekitar 156 juta rupiah) 4. Untuk angka yang tidak lebih dari 3 desimal, dapat ditulis dengan angka itu, bukan ejaan. Misalnya : angka 0 sampai 999 5. Untuk angka lebih dari 3 desimal, penulisannya harus dieja karena angka yang besar dan panjang menyulitkan pembaca naskah. Misalnya : Rp. 1.200.000 (satu koma dua juta) 10.000 (sepuluh ribu atau 10 ribu) 6. Eja setiap angka pecahan. Misalnya : ¾ (tiga perempat) – 1,2 (satu koma dua) 7. Mengenai keterangan uang, jangan gunakan simbol. Misalnya : $ untuk “dolar” 8. Untuk menyebutkan persentase, jangan dengan menulis tanda persen (%). Misalnya : 5% (lima persen) 9. Gunakan awalan “ke” di depan angka yang akan dibacakan, yang menunjukan bilangan urutan. Misalnya : ulang tahun X (ulang tahun ke-10)