Anda di halaman 1dari 69

BETON MUTU TINGGI

HIGH STRENGTH CONCRETE


Beberapa cara meningkatkan kinerja beton menjadi
beton bermutu tinggi dan berkinerja tinggi

 Mengurangi porositas beton dengan cara


mengurangi air dalam adukan beton
 Menambahkan aditif mineral seperti
silicafume atau abu terbang
 Menambahkan serat (beton berserat)
 Beton dengan pemadatan mandiri (self
compacting concrete)
MIKROSILIKA
(Silica fume)
Mikrosilika

Mikrosilika (silicafume), yang merupakan produk sampingan


dari suatu proses industri Silicon Metal, adalah merupakan
bahan tambahan (aditif) yang sangat baik dan
berdayaguna tinggi untuk campuran beton, dalam tujuan
menghasilkan beton berkinerja tinggi.
 
Bila mikrosilika, yang bersifat pozzolan dengan ukuran
butiran yang sangat halus, dan pada umumnya mengandung
lebih dari 80 % SiO2 aktif, ditambahkan pada campuran
beton, ternyata akan dapat bereaksi dengan Ca(OH)2 yang
dihasilkan dari proses hidrasi C3S dan C2S, untuk
menghasilkan gel CSH yang baru (gel CSH-2).
2(3CaO.SiO2) + 6H2O 3CaO.2SiO2.3H2O (gel CSH-1) +
3Ca(OH)2

Ca(OH)2 + SiO2(SF) + H2O gel CSH-2

Jika kadar SiO2 di dalam mikrosilika sangat tinggi sehingga


masih terdapat kandungan SiO2 dalam mikrosilika yang
tidak terpakai dan berlebih pada reaksi primer SiO2,
maka kelebihan SiO2 masih bisa bereaksi dengan CSH-2,
untuk menghasilkan gel CSH-3 yang lebih padat sehingga
pasta semen akan semakin kuat, dan yang akan
meningkatkan juga daya lekat pasta semen dengan
agregat.
SiO2(SF) + gel CSH-2 gel CSH-3
Zona transisi beton tanpa mikrosilika [FIP-CEB]:
1. Permukaan kontak dengan agregat. 2. Matriks pasta
semen. 3. Celah. 4. Unsur Ca(OH)2. 5. Retak mikro.
Pengaruh MS (mikrosilika, s/c = 15%) pada
zona transisi beton berumur 28 hari.
MANFAAT PENAMBAHAN SILICA
FUME PADA KINERJA BETON
Secara umum, berdasarkan hasil-hasil penelitian yang
dilakukan, penggunaan mikrosilika sebagai aditif mineral
akan dapat memperbaiki banyak aspek dalam kinerja
beton, antara lain:
 
meningkatkan mutu beton
mengurangi panas hidrasi
meningkatkan kekedapan beton terhadap penetrasi air
meningkatkan ketahanan beton terhadap sulfat dan
klorida
mengurangi susut dan rangkak beton
meningkatkan keawetan (durability) beton.
Disamping itu, reduksi kalsium-hidroksida Ca(OH)2 di
daerah zona transisi (interface) oleh SiO2 mikrosilika akan
mengurangi juga unsur pembentuk ettringite dan
karenanya mengurangi sensitivitas beton terhadap korosi
oleh sulfat. Hal ini didukung juga oleh meningkatnya
kerapatan dan kekedapan beton karena terisinya pori-pori
beton oleh mikrosilika, terutama bila adukan beton diberi
juga plasticizer atau superplasticizer untuk meningkatkan
kelecakannya. Dengan demikian unsur-unsur yang agresif
seperti air yang mengandung garam sulfat akan sukar
merembes masuk dan menjadi tidak mudah menimbulkan
korosi pada beton.
Gambar skematik struktur pasta semen di dalam beton
segar berdasarkan (a). Semen Portland; (b). Semen
Portland + mikrosilika; (c). Semen Portland + super-
plasticizer; (d). Semen Portland + superplasticizer +
mikrosilika [FIP-CEB].
Pengaruh mikrosilika terhadap kuat tekan beton [Fxs].
Pengaruh MS pada kuat tekan beton 28 hari
untuk w/c dan w/(c+s) yang sama 0,33 [Bentur].
Pengaruh MS pada kuat tekan beton 28 hari (kubus),
plasticizer tidak berpengaruh [Sellevold et al].
Hubungan tegangan-regangan pasta semen, agregat,
dan beton pada: (a). Beton normal; (b). Beton bermutu
tinggi [Smeplass et al].
Abu terbang
Abu terbang atau fly ash, yang merupakan produk
sampingan dari suatu pro­ses pembakaran batu bara,
adalah juga merupakan bahan tambahan (aditif) yang baik
untuk campuran beton.
 
Bila mikrosilika, yang bersifat pozzolan dan mengandung
lebih dari 80% SiO2, maka abu terbang juga merupakan
bahan aditif yang bersifat pozzolan, namun dengan kadar
SiO2 aktif yang lebih rendah, yaitu sekitar 65%.
Walaupun demikian, bila abu terbang ditambahkan pada
campuran beton, ternyata akan bisa juga bereaksi dengan
Ca(OH)2 yang dihasilkan dari proses hidrasi C3S dan C2S
dengan air, untuk menghasilkan gel CSH baru (walaupun
dalam kadar yang lebih rendah).
Dengan demikian, penambahan abu terbang pada campuran
beton akan dapat juga meningkatkan kinerja beton seperti
pada penambahan mikrosilika, walaupun dalam kadar yang
lebih rendah (karena kualitas peningkatannya banyak
berhubungan dengan kadar SiO2 yang dikandungnya).
Namun kekurangan ini masih bisa diatasi dengan
memberikan dosis yang lebih tinggi pada penggunaan abu
terbang (sampai batas 20% dari berat semen berdasarkan
penelitian terdahulu). Disamping itu, ada satu keunggulan
pada abu terbang, yaitu nilai ekonomisnya, karena
bahannya mudah didapat di dalam negeri, dengan harga
yang lebih murah dibandingkan dengan mikrosilika.
Pozzofume
Untuk beton berkinerja tinggi, sebagai alternatif
penggunaan abu terbang, bisa digunakan pozzofume
sebagai aditif mineral. Pozzofume juga termasuk dalam
kelompok pozzolan, yang bisa diperoleh dari pengumpulan
gas hasil pembakaran batu bara.
 
Secara perilaku umum pozzofume sama dengan abu
terbang, hanya ada beberapa perbedaan, yang meliputi
ukuran partikel dan besarnya persentase kandungan silika
dan alumina. Pozzofume pada umumnya memiliki ukuran
butiran partikel yang lebih kecil dibandingkan abu terbang
biasa serta kandungan silika aktif lebih dari 70 %,
sehingga pozzofume juga disebut sebagai super fly ash,
dan baik sebagai bahan aditif untuk beton berkinerja
tinggi.
Faktor yang perlu diperhatikan pada produksi dan pelaksanaan
beton berkinerja tinggi
Ada beberapa faktor utama yang penting untuk
diperhatikan pada proses produksi dan pelaksanaan beton
berkinerja tinggi, yaitu:

(1).Rasio air semen (w/c) yang relatif rendah, merupakan


faktor yang paling menentukan dalam menghasilkan
beton bermutu baik dan berkinerja tinggi, dengan
tujuan untuk mengurangi seminimal mungkin porositas
beton yang dihasilkan. Pada beton bermutu tinggi atau
berkinerja tinggi, pengertian w/c lebih sering diartikan
sebagai water to cementitious ratio, yaitu rasio berat
air terhadap berat total semen dan aditif
cementitious, yang umumnya ditambahkan pada
campuran beton bermutu tinggi atau berkinerja tinggi.
(2). Jenis semen yang sesuai dengan kinerja yang
direncanakan
(3). Mutu agregat halus (pasir) dan agregat kasar yang
baik
(4). Penggunaan admixture dan aditif mineral yang sesuai
dalam kadar yang tepat, seperti:
• plasticizer (water reducer) atau superplasticizer
• bahan pelambat pengikatan awal (retarder)
• bahan percepatan pengikatan awal (accelerator)
• bahan anti wash-out untuk pengecoran di air
• aditif mineral yang bersifat cementitious:
- mikrosilika (silicafume)
- abu terbang (fly ash)
- pozzofume (super fly ash)
• serat sebagai bahan tambahan (fiber)
Dalam segala hal, penggunaan material yang bermutu dan
bahan tambahan yang sesuai merupakan faktor utama
dalam menghasilkan beton berkinerja tinggi.
BAHAN TAMBAHAN ADUKAN
BETON (Admixtures)
Alasan dari penggunaan bahan-bahan tambahan campuran
beton (additive dan admixture) adalah antara lain untuk
adukan beton segar (fresh concrete):

• Meningkatkan kinerja kelecakan atau workability


adukan beton tanpa menambah air
• Mengurangi penggunaan air dalam campuran beton
tanpa mengurangi workability
• Mempercepat pengikatan hidrasi semen atau
pengerasan beton
• Memperlambat pengikatan hidrasi semen atau
pengerasan beton
• Meningkatkan kinerja kemudahan pemompaan
(pumpability) beton
• Mengurangi kecepatan terjadinya slump loss
• Mengurangi susut plastis atau memberikan
sedikit pengembangan volume beton (ekspansi)
• Meningkatkan perilaku kohesif
• Mengurangi terjadinya atau kecepatan
terjadinya bleeding
• Mengurangi terjadinya segregasi.
Untuk beton yang sudah mengeras, bahan tambahan
campuran beton bisa digunakan untuk keperluan-keperluan
sebagai berikut:
• Meningkatkan kekuatan beton secara tidak
langsung
• Meningkatkan kecepatan pencapaian kekuatan
beton yang tinggi pada umur awal
• Mengurangi atau memperlambat panas hidrasi
pada proses pengerasan beton, terutama untuk
beton dengan pengerasan yang cepat atau
kekuatan awal yang tinggi
• Meningkatkan ketahanan beton terhadap korosi
• Meningkatkan keawetan jangka panjang beton
• Meningkatkan kekedapan beton (mengurangi
permeabilitas beton)
• Mengendalikan ekspansi beton akibat reaksi
alkali agregat
• Meningkatkan daya lekat antara beton baru dan
beton lama
• Meningkatkan daya lekat antara beton dan baja
tulangan
• Meningkatkan ketahanan beton terhadap abrasi
dan tumbukan
• Membuat beton berwarna.
Mengacu kepada klasifikasi ASTM C-494, dikenal 7 jenis
admixture sebagai berikut:

Tipe A : Water reducer atau plasticizer (WR)


Tipe B : Retarder
Tipe C : Accelerator
Tipe D : Water reducer – retarder (WRR)
Tipe E : Water reducer – accelerator
Tipe F : High range water reducer atau superplasticizer
(HRWR)
Tipe G : High range water reducer – retarder
(HRWRR).
Disamping itu, juga dikenal beberapa admixture lain yang
digunakan sebagai bahan tambahan campuran beton,
antara lain:

• Air entraining admixture (AE), pembentuk


gelembung udara berdiameter 1 mm didalam
beton atau mortar untuk mempermudah
pengerjaan beton saat pengecoran dan
menambah ketahanan awal pada beton
• Waterproofing admixture
• Bonding agent
• Gas forming (expanding) agent
• Coloring additive (pigment)
Plasticizer

Untuk mendapatkan beton dengan kelecakan yang tinggi


(flowable) tanpa mengurangi mutu kuat tekannya, bisa
digunakan plasticizer atau superplasticizer (untuk
keperluan kelecakan yang sangat tinggi), yang sering
disebut juga water reducer atau high range water
reducer, sebagai bahan tambahan campuran beton
(admixture).
 
Dalam hal ini, plasticizer atau superplasticizer yang
digunakan harus sesuai dengan spesifikasi ASTM-C.494
tipe A (untuk plasticizer) dan F (untuk superplasticizer).
Ketepatan dosis campuran tambahan plasticizer pada
umumnya perlu dibuktikan dengan membuat campuran
percobaan (trial mixes) dengan beberapa variasi dosis
penambahan plasticizer (atau superplasticizer), kecuali
bila memang telah dibuktikan dalam penelitian atau
pengalaman terdahulu, hingga mendapatkan hasil yang
optimal dalam memenuhi syarat kelecakan yang
direncanakan.
Accelerator
Dalam hal diperlukan suatu kinerja beton dengan
pengikatan hidrasi yang cepat dan kuat tekan awal yang
tinggi, seperti untuk keperluan pengecoran di dalam air
atau di laut, maka dapat digunakan accelerator.

Dalam hal ini penggunaan accelerator bisa memberikan


beberapa keuntungan:

• kuat tekan awal yang tinggi


• proses pembetonan yang lebih cepat dan aman
• pembongkaran bekisting/cetakan beton yang lebih
cepat/awal
• mengurangi pasta semen yang lepas keluar (wash-
out) ke dalam air pada proses pengecoran di air
• jangka waktu proteksi terhadap kerusakan beton
yang lebih singkat terhadap benturan-benturan
yang mungkin terjadi
• kompensasi terhadap pengaruh suhu dingin
terhadap pengerasan beton.

Dalam hal ini, accelerator yang digunakan harus sesuai


dengan standar ASTM-C.494 tipe C.
Ketepatan dosis campuran tambahan accelerator pada
umumnya juga perlu dibuktikan dengan membuat campuran
percobaan (trial mixes) dengan beberapa variasi dosis
penambahan accelerator, kecuali bila memang telah
dibuktikan dalam penelitian atau pengalaman terdahulu,
hingga mendapatkan hasil yang optimal dalam memenuhi
syarat kinerja yang direncanakan.
Retarder
Dalam hal diperlukan suatu kinerja beton segar dengan
waktu pengikatan awal yang lambat, seperti untuk
keperluan pengecoran struktur di bawah tanah dalam
volume yang sangat besar (seperti dinding diaphragma),
maka dapat digunakan retarder.
 
Dalam hal ini penggunaan retarder bisa memperpanjang
jangka waktu pengecoran beton, termasuk proses
pemadatannya, terutama untuk volume pengecoran yang
besar seperti pada pelaksanaan dinding diaphragma,
sehingga bisa dilakukan proses pengecoran yang menerus
dan mengurangi terjadinya cold joint. Demikian pula bila
pada saat pengecoran terjadi pergerakan dinding tanah
akibat tekanan hidrostatis beton segar, maka pergerakan
tanah tersebut juga lebih bisa ditolerir oleh beton yang
menggunakan retarder.
Disamping itu, penggunaan retarder juga bisa mengurangi
terjadinya konsentrasi panas hidrasi yang tinggi akibat
pengecoran volume beton yang besar, sehingga dengan
demikian akan mengurangi potensi terjadinya retak
thermal pada komponen beton.

Dalam hal ini, retarder yang digunakan harus sesuai


dengan spesifikasi ASTM-C.494 tipe B.
 
Ketepatan dosis campuran tambahan retarder pada
umumnya juga perlu dibuktikan dengan membuat campuran
percobaan (trial mixes) dengan beberapa variasi dosis
penambahan retarder. Walaupun demikian, penggunaan
retarder sebagai bahan tambahan perlu kiranya dibatasi
(terutama bila dijumpai pengaruh negatif pada kuat tekan
atau kinerja lainnya akibat penambahan) hanya untuk
keperluan kinerja beton segar yang benar-benar dituntut
dalam proses pengecoran yang lambat dan yang
memerlukan kinerja kelecakan yang seragam.
Bahan tambahan yang lain
Disamping additive dan admixture yang telah disebutkan di
atas, dalam teknologi beton modern, adanya berbagai
jenis bahan tambahan campuran beton merupakan suatu
kemajuan luar biasa dalam teknologi beton, karena
penambahan additive dan admixture tersebut ke dalam
campuran beton ternyata telah berhasil meningkatkan
kinerja beton hampir di semua aspeknya, yaitu kekuatan,
kemudahan pengerjaan (workability), keawetan, dan
kinerja-kinerja lainnya dalam memenuhi tuntutan teknologi
konstruksi modern.
 
Dalam hal ini, istilah aditif sering digunakan untuk bahan
tambahan berupa butiran yang sangat halus, sebagian
besar berupa mineral yang bersifat cementitious, seperti
abu terbang (fly ash), mikrosilika (silicafume), atau abu
slag besi (iron blast furnace slag), yang umumnya
ditambahkan pada semen sebagai bahan utama beton.
 
Dalam pada itu, istilah admixture lebih sering digunakan
untuk bahan tambahan campuran beton, yang ditambahkan
pada saat pengadukan beton, seringkali dicampurkan
bersama dengan air.
PERAWATAN BETON
Alasan perawatan beton

Curing atau perawatan beton adalah usaha untuk merawat


beton, dengan tujuan utama untuk menjaga kadar air (di
dalam beton) yang mencukupi (artinya dalam kuantitas
yang mencukupi untuk keperluan pertumbuhan optimal
kekuatan beton) serta temperatur yang normal, terutama
pada umur beton yang masih muda, agar terjadi proses
hidrasi yang sesempurna mungkin, sehingga kekuatan dan
kinerja beton dapat tumbuh dan tercapai secara optimal.
Sebagaimana diketahui, terjadinya proses pengerasan
beton adalah disebabkan oleh proses hidrasi semen.
Hidrasi semen adalah suatu proses reaksi semen dan air,
yang akan berlangsung dan terus tumbuh dalam waktu
yang cukup lama, dan merupakan reaksi kimiawi yang
mengeluarkan panas, sedemikian rupa sehingga akan
mengakibatkan penguapan air dari dalam beton. Penguapan
ini, pada kondisi tertentu, terutama pada pengecoran di
suhu yang panas, ternyata bisa mengakibatkan kekurangan
jumlah air yang dibutuhkan untuk pertumbuhan kekuatan
beton ke tingkat yang maksimum, disamping juga akan
meninggalkan rongga pori di dalam beton yang biasanya
akan menyusut pada saat air porinya menguap.
Bila proses penguapan air terjadi terlampau cepat, maka
selain bisa mempengaruhi proses pertumbuhan kekuatan
beton pada umur muda, juga bisa mengakibatkan
terjadinya susut beton yang berlebihan, sehingga
menimbulkan retak susut pada beton.
 
Disamping itu, pertumbuhan kekuatan beton juga akan
dipengaruhi oleh temperatur di dalam beton, yang banyak
dipengaruhi oleh suhu awal komponen material beton itu
sendiri, serta suhu udara luar pada saat produksi dan
pengecoran beton.
Karenanya perawatan beton merupakan suatu prosedur
yang penting dalam proses pelaksanaan suatu konstruksi
beton, terutama di daerah tropis yang umumnya bersuhu
udara panas, untuk agar bisa menghasilkan struktur
dengan kekuatan dan keawetan optimal seperti yang
diharapkan. Dalam hal ini, kekuatan dan kinerja beton
hanya akan tumbuh secara maksimal bila perawatan
dilakukan dengan baik dan benar, dan dilakukan sejak
umur beton yang dini.
Cara perawatan beton

Sebagaimana telah disebutkan di atas, bahwa perawatan


beton merupakan suatu proses yang sangat penting dalam
meminimisasi resiko permasalahan yang timbul sehubungan
dengan pelaksanaan beton di daerah tropis.
 
Ada beberapa cara perawatan beton yang sering
digunakan pada proses pengerasan atau pertumbuhannya,
seperti akan diuraikan di bawah ini.
Perawatan dengan air
Cara perawatan beton dengan menggunakan air merupakan
cara yang paling banyak dipakai. Namun demikian,
penggunaan cara ini perlu didukung oleh pertimbangan
ekonomi sehubungan dengan kondisi lapangan dan
tersedianya air di lokasi pekerjaan. Bila cara ini dipilih,
maka harus ada jaminan atas pengadaan air secara terus
menerus selama masa perawatan yang direncanakan,
dengan mutu air yang bebas dari bahan-bahan yang
agresif terhadap beton.
Disamping itu, pelaksanaan perawatan dengan air juga
harus menghindarkan terjadinya perbedaan temperatur
yang drastis antara bagian dalam beton dan bagian
luarnya, yang akan mengakibatkan timbulnya potensi retak
thermal di dalam beton. Karenanya suhu air yang
digunakan untuk perawatan beton perlu disesuaikan (dalam
arti kata jangan terlampau dingin) dengan tingkat suhu
yang diperkirakan terjadi di dalam beton.
 
Pada umumnya, suhu perawatan yang tinggi akan
menghasilkan peningkatan kekuatan beton pada umur awal,
namun sebaliknya bisa mengakibatkan penurunan kekuatan
beton pada jangka panjang (28 hari dan lebih).
Beberapa cara perawatan dengan menggunakan air adalah
sebagai berikut :

(a). Penyemprotan air.


(b). Penyelimutan dengan kain atau karung basah.
(c). Perendaman air.
(d). Pelapisan tanah atau pasir basah.
(e). Penumpukan jerami basah.

Perawatan perlu dilakukan untuk minimal 7 hari, atau lebih


cepat bila diyakini sudah tercapai kuat tekan beton
minimal 70% dari kuat tekan yang disyaratkan.
Perawatan dengan isolasi permukaan beton

Cara perawatan dengan menggunakan lapisan yang rapat


untuk menutupi permukaan beton bisa merupakan solusi
yang baik, karena cara ini bisa menghambat proses
menguapnya air pori dari dalam beton, disamping juga bisa
mengurangi resiko timbulnya perbedaan temperatur yang
menyolok antara bagian dalam beton dengan bagian
luarnya seperti bila menggunakan air dingin. Dengan
demikian cara ini, yang lebih bersifat sebagai isolator,
bisa mengurangi terjadinya potensi retak thermal di dalam
beton, terutama untuk proses pengecoran beton massa
yang bisa menimbulkan temperatur tinggi di dalam beton.
Disamping itu, cara ini seringkali lebih mudah dilaksanakan
karena tidak perlu secara terus menerus memperbaruinya
seperti bila menggunakan air, yang perlu selalu dibasahi.
Karenanya cara ini pada kondisi tertentu bisa merupakan
solusi yang lebih murah daripada cara perawatan dengan
air.
 
Dalam hal ini, beberapa material bisa digunakan untuk
keperluan perawatan ini, antara lain :

(a). Lembaran plastik.


(b). Kertas berserat, yang dilapisi dengan adhesif
bituminous.
(c). Lapisan pasir kering.
Perawatan dengan menggunakan membrane curing

Perawatan yang efektif pada permukaan jalan beton yang


baru selesai dicor bisa dilakukan juga dengan menggunakan
sejenis membrane curing, yang dilapiskan secara merata
setelah permukaan beton kering dari air. Dalam hal ini,
bahan membrane curing cair bisa disemprotkan secara
merata dengan menggunakan alat semprot khusus, dengan
jumlah semprotan sekitar 1 liter per 3 m2, atau sesuai
dengan petunjuk dari pembuat bahan tersebut.
Tujuan pemberian lapisan membrane adalah untuk menjaga
kadar air di dalam beton, terutama pada umur beton yang
masih muda, agar mencukupi untuk terjadinya proses
hidrasi yang relatif sempurna, sehingga kekuatan dan
kinerja beton dapat tumbuh dan tercapai secara optimal.

Anda mungkin juga menyukai