Anda di halaman 1dari 41

PEMILIHAN AGREGAT

CARA PENILAIAN
AGREGAT
Menilai jenis agregat yang akan digunakan
sebagai bahan campuran beton, bergantung
pada beberapa aspek teknis dan ekonomis,
namun terutama:
Kualitasnya
Ketersediaannya
Harganya
Jenis konstruksi yang akan menggunakan
bahan tersebut
Secara teknis, penilaian bahan agregat
dipengaruhi antara lain oleh beberapa
aspek sebagai berikut:

1. Ukuran serta gradasinya


2. Kebersihannya
3. Kekerasannya
4. Kemulusannya
5. Bentuk butirnya
6. Bentuk permukaannya
Ukuran
Ukuran maksimum
maksimum agregat
agregat
Ukuran maksimum agregat yang optimum
untuk beton, berdasarkan pengalaman adalah
20 mm. Tetapi sering dipakai juga ukuran 10
mm atau 40 mm, malahan sampai 150 mm
digunakan pula untuk pembetonan massal.
Pada umumnya akan lebih ekonomis bila
dalam beton digunakan ukuran maksimum
agregat sebesar mungkin, karena dengan
demikian pemakaian semen dapat dikurangi,
sehingga harga beton menjadi semakin
murah, sedangkan panas hidrasi akan
berkurang. Namun ukuran maksimum agregat
dibatasi oleh berbagai aspek lain, yaitu:
Ukuran bagian konstruksi tidak boleh
kurang dari 4 kali ukuran maksimum
agregat.
Lapisan beton penutup harus lebih tebal
dari 3/2 kali ukuran maksimum agregat.
Ukuran agregat kasar tidak boleh lebih
besar dari 1/5 jarak terkecil antara
bidang-bidang samping dari acuan
(cetakan).
Tidak boleh lebih besar dari 3/4 kali jarak
bersih minimum diantara batang-batang
atau jaring tulangan.
Tidak boleh lebih besar dari 1/3 kali tebal
pelat.
Agregat dapat bergradasi baik, jelek
(bercelah), atau seragam, seperti gambar di
bawah ini:

Agregat bergradasi baik

Agregat bergradasi celah (gap graded)

Agregat bergradasi seragam (uniform graded)


Agregat yang bergradasi celah (gap graded) bukan berarti tidak dapat digunakan untuk beton. Kondisi
ini diteliti misalnya oleh D.A. Stewart (1951), dengan menggunakan agregat besar (40 mm) yang
seragam, yang dicampur dengan pasir halus. Hasil campuran ternyata menunjukkan rongga yang
minimal, di mana mortar dapat mengisi rongga-rongga secara efektif dan tidak berlebihan, sehingga
didapat beton dengan kekuatan yang memadai dan ekonomis.
Hasil penelitian (didukung pula oleh penelitian Plowman, 1956) menunjukkan pula bahwa beton yang
menggunakan agregat gap graded ternyata lebih mudah dipadatkan dalam waktu yang lebih cepat.
Namun demikian, agregat gap graded tidak
dianjurkan untuk digunakan secara umum, melainkan
hanya untuk suatu kondisi lokal yang khusus, dan
sebaiknya oleh mereka yang sudah berpengalaman
menggunakan komposisi campuran agregat
bergradasi celah.
Kebersihan Agregat

Agregat pada umumnya tidak bebas dari


bahan-bahan kotoran yang dapat:
Menyulitkan pembuatan serta
pengecoran beton
Menghasilkan beton yang tidak awet
atau beton yang permukaannya jelek
Mengurangi kekuatan beton
Bahan-bahan yang dapat mengotori
agregat antara lain:
 Lempung
 Lanau
 Plastik
 Arang batu
 Fragmen-fragmen kayu
 Garam-garam organik
 Bahan-bahan organik
lainnya
Lempung dan lanau
Lempung dapat menyusut atau mengembang
akibat absorbsi atau desorbsi air. Apabila
lempung merupakan bagian dari jenis suatu
batuan, maka batuan ini mudah menjadi
lapuk.
Kadar lempung dan lanau yang merupakan
fraksi-fraksi sangat halus dalam agregat,
harus dibatasi sampai suatu jumlah
maksimum yang tidak boleh dilewati (3 -
5%).
Lempung dan lanau menambah kebutuhan air
dalam suatu adukan beton, sehingga
kekuatan beton serta keawetannya akan
menurun.
Lempung dapat merupakan lapisan tipis pada
permukaan agregat, sehingga akan
mempengaruhi daya ikatan antara pasta
semen dan agregat.
Ikatan yang baik sangat diperlukan untuk
menjamin tercapainya kekuatan tekan serta
keawetan beton yang memadai.

Lempung dan lanau dapat mengurangi nilai


modulus elastisitas dari tiap-tiap individu
agregat, sehingga dapat berpotensi menambah
susut dan rangkak (creep) dalam beton.
Plastik

Plastik sering terdapat dalam agregat dan


dapat mengurangi kekuatan beton. Plastik
tidak stabil volumenya, jika mengalami
pengeringan dan pembasahan. Di samping itu,
plastik mudah terurai melalui lapisan-
lapisannya.
Fragmen-fragmen
kayu dan arang batu

Bahan-bahan ini menyebabkan pengurangan


kekuatan tekan beton dan permukaan beton
yang kotor.
Garam-garam
organik

Garam-garam organik seperti garam-


garam sulfat tidak mengurangi kekuatan
tekan awal, akan tetapi dapat berpotensi
merusak beton dalam jangka panjang
karena terjadi pengembangan (ettringite).
Bahan-bahan
organik
Dapat berupa bahan-bahan yang telah
membusuk, seperti humus atau tanah yang
mengandung bahan organik. Bahan-bahan ini
biasanya mengandung asam yang dapat
menghambat atau memperlambat
berlangsungnya hidrasi dari semen. Bahan-
bahan organik ini lebih sering dijumpai dalam
agregat halus dari pada agregat kasar.
Humus

Kekuatan tekan awal dipengaruhi secara


negatif oleh humus, akan tetapi setelah
lewat jangka waktu yang lama, kekuatan
beton itu akan dapat pulih kembali.
Gips

Butiran-butiran gips yang sangat halus akan


bereaksi sempurna dengan semen dan
kemudian mengembang. Oleh karena itu
hampir semua spesifikasi standar untuk
semen portland membatasi pembubuhan gips
sampai dengan 5% dari berat semen.
Walaupun demikian, butiran-butiran kasar
dari gips relatif tidak mcmbahayakan.
Bahan organik lainnya
Dapat dijumpai pula dalam agregat asalkan
jumlah ini tidak melebihi 1 % dari berat
semen, maka beton tidak dipengaruhi secara
negatif. Jumlah yang lebih besar dari
garam ini, seperti CaCl2 dapat menyerang
tulangan hingga berkarat. Untuk
mencegahnya, beton perlu dibuat padat
sedemikian hingga tidak mudah dimasuki air
dan zat asam. Jumlah lebih besar dari
garam-garam klorida lainnya, karbonat dan
phospat dapat menyebabkan permukaan
beton yang kotor berupa bintik-bintik
(deposit-deposit) putih.
Kekerasan Agregat

Diperlukan oleh karena pada waktu


pembuatan beton bahan-bahan ini harus
mengalami benturan dan gesekan yang keras
dalam mixer, demikian juga harus menerima
gesekan pada saat pengecoran dan
pemadatan. Agregat harus dapat menahan
pengausan, pecah, degradasi (penurunan
mutu) serta disintegrasi (penguraian).
Ketahanan agregat terhadap pengausan
dapat ditentukan dengan menggunakan
mesin pengaus Los Angeles. Penggunaan
alat ini dan cara melakukan pemeriksaan
ketahanan agregat terhadap pengausan
diterangkan secara terperinci dalam
ASTM C-131 dan AASHO T-96.
Kekuatan beton yang dibuat dari pasta semen
dan agregat, tidak dapat melampaui kekuatan
agregat tersebut. Karena ada perbedaan
antara modulus elastisitas dari butiran-
butiran agregat dan bahan pengikat (mortar)
pada beton, maka tegangan yang diderita
agregat dapat dua kali lebih tinggi dari
tegangan rata-rata yang dipikul oleh beton.
Pada titik-titik kontak, tegangan setempat
bahkan dapat lebih tinggi. Asalkan kekuatan
bahan agregat itu lebih besar dari tiga kali
kekuatan beton, maka yang menentukan
kekuatan tekan beton seringkali adalah
faktor-faktor ”bukan agregat” seperti
kekuatan pasta semen, atau ikatan antara
semen dan agregat.
Kebanyakan bahan agregat yang mulus
secara fisik dan kimia dapat mencapai atau
melebihi kekuatan tekan pasta semen. Bila
ingin dibuat beton yang berkekuatan sangat
tinggi, dapat digunakan jenis-jenis agregat
yang sangat keras seperti quarts, quartsit,
batuan volkanik yang padat, atau batuan
silika.
Modulus elastisitas agregat merupakan
salah satu faktor penting yang dapat
mempengaruhi sifat-sifat deformasi volume
beton. Beton bermutu tinggi yang
cenderung tidak banyak menyusut,
seharusnya dibuat dengan agregat yang
modulus elastisitasnya tinggi pula.
Jenis dan Kekerasan Agregat

Jenis agregat Kekuatan tekan [kg/cm2]


Granit 2650 - 1180
Falsit 5450 - 1240
Batu karang 3900 - 2080
Batu kapur 2490 - 970
Batu pasir 2490 - 460
Marmer 2520 - 530
Quartsit 4380 - 1290
Kemulusan Agregat

Suatu jenis agregat dianggap mulus secara


fisik, apabila tidak mengalami perubahan volume
besar akibat pemanasan atau pendinginan atau
pembasahan.
Batuan atau partikel-partikel dari batuan yang
secara fisik bersifat lunak, daya absorbsinya
besar, mudah dibelah, dan menyusut akibat
pengaruh air, tidak dapat digunakan sebagai
bahan agregat.
Beton yang menggunakan bahan seperti itu akan
rendah kekuatan tekannya, lemah ikatannya
antara mortar dan agregat, serta dapat timbul
retak akibat perubahan volume agregatnya atau
akibat susut.

Bilamana beton ini mengalami perubahan cuaca,


akan berpotensi timbul bisul-bisul pecah, yang
akhirnya dapat meninggalkan lubang-lubang kecil
pada permukaannya.
Yang termasuk kategori dalam bahan
tidak baik untuk agregat beton adalah:
x Jenis batu pasir yang mudah terurai
x Batuan yang mengandung lempung
x Batuan yang mengandung plastik dalam
jumlah banyak
x Batuan yang mengandung kristal-kristal
kasar
x Batu tulis
Yang juga dapat mempengaruhi kemulusan
fisik suatu agregat adalah derajat
porositasnya, di mana yang paling
mempengaruhi kemulusannya adalah
kebersambungan (kontinuitas) pori-pori serta
jumlahnya. Ruang-ruang pori akan mengurangi
volume bahan padat, mudah memasukkan air
serta larutan-larutan agresif, dan kemudian
menahannya di dalam beton.
Kekuatan tekan dan ketahanan terhadap
pengausan akan berkurang akibat porositas
agregat, demikian pula modulus elastisitas
bahan akan menurun dan akibatnya akan
menambah penyusutan. Oleh sebab itu daya
lawan butiran agregat terhadap penyusutan
pasta semen akan berkurang.
Bahan agregat yang lunak, berpori dengan daya
absorbsi besar, pada umumnya mempunyai
berat jenis yang rendah. Sebaliknya, bahan
agregat bermutu tinggi pada umumnya
mempunyai berat jenis yang tinggi pula.
Bentuk Butiran

Bentuk butiran sangat penting dalam


perencanaan suatu campuran beton.
Hampir semua sifat-sifat teknis dari beton
ditentukan oleh sifat fisik dan kimia bahan
agregat, sedangkan sifat ekonomi beton
banyak ditentukan oleh bentuk butiran dan
gradasi agregat.
Dalam suatu seri percobaan dengan
menggunakan butiran agregat kasar yang
bulat dan bersudut [Aman Subakti, 1995],
dengan keduanya bergradasi seragam, yang
kemudian dipadatkan dengan cara yang sama,
terbukti bahwa:
Dalam seri percobaan dengan
a. menggunakan agregat kasar berbentuk
bulat, jumlah rongga udara adalah
sekitar 34%.

Dalam seri percobaan dengan


b. menggunakan agregat kasar yang
bersudut, jumlah rongga udara adalah
sekitar 41%.
Dari hasil penelitian tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwa dibutuhkan lebih banyak
mortar untuk agregat bersudut dari pada
untuk agregat berbutir bulat. Tapi agregat
bersudut (kubikal) dapat memberikan ikatan
dengan pasta semen yang lebih baik.
Namun demikian agregat yang mengandung
banyak butiran-butiran panjang atau pipih
tidak dianjurkan untuk digunakan dalam
adukan beton.
Bentuk Permukaan

Bentuk permukaan yang kasar dari jenis-


jenis agregat tertentu dapat menghasilkan
beton dengan ketahanan gelincir (slip
resistance) yang besar.
Namun permukaan agregat yang kasar pada
umumnya akan membutuhkan air yang lebih
banyak.
KRITERIA

FINENESS MODULUS
&
SPECIFIC SURFACE
Sudah sejak lama dikenal bahwa FM (Fineness
Modulus) merupakan satu ciri spesifik dari suatu
susunan butiran agregat.

Palotas (Hungaria) pada tahun 1933 sudah


mempublikasikan hasil penelitian beton dari 13
macam agregat dengan gradasi yang sangat berbeda
tapi mempunyai nilai FM yang “sama”, ternyata
menghasilkan nilai slump dan kekuatan beton yang
hampir sama.
Gabungan
Pasir Kerikil
(40%:60%)
Ukuran
Kumulatif % Kumulatif % Kumulatif %
Saringan
Tertaha Tertaha Tertaha
Lewat Lewat Lewat
n n n

1½”
(40mm)
- 100 4 96 2 98
¾” (20mm)
- 100 49 51 29 71
3/8”
0 100 81 19 49 51
(10mm)
4 96 100 0 62 38
No. 4
15 85 100 0 66 34
(4,8mm)
37 63 100 0 75 25
No. 8
62 38 100 0 85 15
No. 16
85 15 100 0 94 6
No. 30
98 2 100 0 99 1
No. 50
No. 100
Modulus
Kehalusan 3,01 7,34 5,61
Sandor Popovics (1982) juga mendukung pendapat
bahwa FM dapat merupakan dasar ciri gradasi
agregat untuk digunakan dalam rancang campuran
beton.
Untuk keperluan rancang campuran, BS telah
memberikan suatu pedoman batasan maksimum
dan minimum FM.
Pembatasan Modulus Kehalusan

Modulus Kehalusan
Diameter Maksimum
Tipe Agregat
Agregat [mm] Maksimum Minimum
Agregat Halus 3.5 2.0
Agregat Kasar 20 6.9 6.0
40 7.5 6.9
75 8.0 7.5
150 8.5 8.0
Agregat Campuran 20 5.1 4.7
25 5.5 5.0
32 5.7 5.2
40 5.9 5.4
75 6.3 5.8
150 7.6 6.5
Modulus halus butir agregat halus berkisar
antara 1,5 – 3,8 (SNI 03-1750-1990)
Modulus halus butir agregat kasar berkisar
antara 6,5 – 7,5 (SNI 03-1750-1990)

Modulus halus butir agregat gabungan


disyaratkan berkisar antara 5,0 – 6,0 (SNI
03-1750-1990)

Anda mungkin juga menyukai