Peraturan Per Undang2an Terkait
Peraturan Per Undang2an Terkait
Pasal 2
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi berlandaskan pada asas:
a. kejujuran dan keadilan;
b. manfaat;
c. kesetaraan;
d. keserasian;
e. keseimbangan;
f. profesionalitas;
g. kemandirian;
h. keterbukaan;
i. kemitraan;
j. keamanan dan keselamatan;
k. kebebasan;
l. pembangunan berkelanjutan; dan
m. wawasan lingkungan.
UU no 2 th 2017
Electricity for a Better Life
Penjelasan Pasal 47
Lingkup kerja meliputi hal hal berikut:
1) Volume pekerjaan, yakni besaran pekerjaan yang harus
dilaksanakan termasuk volume pekerjaan tambah atau kurang.
Dalam mengadakan perubahan volume pekerjaan, perlu
ditetapkan besaran perubahan volume yang tidak memerlukan
persetujuan para pihak terlebih dahulu.
Bagi pekerjaan perencanaan dan pengawasan, lingkup pekerjaan
dapat berupa laporan hasil Pekerjaan Konstruksi yang wajib
dipertanggungjawabkan yang merupakan hasil kemajuan
pekerjaan yang dituangkan dalam bentuk dokumen tertulis.
UU no 2 th 2017
Electricity for a Better Life
Pasal 15
Penjelasan UU no 2 th 2017
Ayat 2 Huruf a
Pekerjaan Konstruksi rancang bangun menunjukkan integrasi
penyediaan jasa antara Pekerjaan Konstruksi dengan Konsultansi
Konstruksi yang mencakup seluruh aspek penyelenggaraan Jasa
Konstruksi, tetapi tidak mencakup proses pengadaan.
UU no 2 th 2017
Electricity for a Better Life
Pasal 15
Penjelasan UU no 2 th 2017
Ayat 2 Huruf a
Pekerjaan Konstruksi rancang bangun menunjukkan integrasi
penyediaan jasa antara Pekerjaan Konstruksi dengan Konsultansi
Konstruksi yang mencakup seluruh aspek penyelenggaraan Jasa
Konstruksi, tetapi tidak mencakup proses pengadaan.
Penjelasan UU no 2 th 2017
UU no 2 th 2017
Electricity for a Better Life
Penjelasan UU no 2 Pasal 46
Ayat ( 2 )
Bentuk kontrak mengikuti delivery system penyelenggaraan
konstruksi yaitu antara lain:
rancang– penawaran–bangun (design-bid-build);
rancang–bangun (design-build);
perekayasaan pengadaan– pelaksanaan (engineering-
procurement-construction);
manajemen konstruksi; dan kemitraan..
Sistem pembayaran jasa mencakup antara lain: di muka, progress,
milestone, dan turnkey.
Sedangkan sistem perhitungan hasil pekerjaan mencakup antara
lain: lumsum, harga satuan, gabungan
harga lumsum dan harga satuan, presentase nilai, cost
reimbursable, dan target cost.
UU no 2 th 2017
Electricity for a Better Life
Penjelasan UU no 2 Pasal 46
Ayat ( 2 )
Bentuk kontrak mengikuti delivery system penyelenggaraan
konstruksi yaitu antara lain:
rancang– penawaran–bangun (design-bid-build);
rancang–bangun (design-build);
perekayasaan pengadaan– pelaksanaan (engineering-
procurement-construction);
manajemen konstruksi; dan kemitraan..
Sistem pembayaran jasa mencakup antara lain: di muka, progress,
milestone, dan turnkey.
Sedangkan sistem perhitungan hasil pekerjaan mencakup antara
lain: lumsum, harga satuan, gabungan
harga lumsum dan harga satuan, presentase nilai, cost
reimbursable, dan target cost.
UU no 2 th 2017
• Pasal 86
• (1)Dalam hal terdapat pengaduan masyarakat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 85 ayat (1) huruf
b akan adanya dugaan kejahatan dan/atau
pelanggaran yang disengaja dalam penyelenggaraan
Jasa Konstruksi, proses pemeriksaan hukum terhadap
Pengguna Jasa dan/atau Penyedia Jasa dilakukan
dengan tidak mengganggu atau menghentikan proses
penyelenggaraan Jasa Konstruksi
Pasal 88 UU no 2 th 2017 Penyelesaian Sengketa
1. Sengketa yang terjadi dalam Kontrak Kerja Konstruksi
2. diselesaikan dengan prinsip dasarnya:untuk mencapai
kemufakatan.
3. Dalam hal musyawarah para pihak sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tidak dapat dicapai suatu kemufakatan, para
pihak menempuh tahapan upaya penyelesaian sengketa yang
tercantum dalam Kontrak Kerja Konstruksi.
4. Da!am hal upaya penyelesaian sengketa tidak tercantum
dalam Kontrak Kerja Konstruksi sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), para pihak yang bersengketa membuat suatu
persetujuan tertulis mengenai tata cara penyelesaian sengketa
yang akan dipilili.
Tahapan upaya penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) meliputi:
a. mediasi;
Penyelesaian Sengketa
Tahapan upaya penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) meliputi:
a. mediasi;
b. konsiliasi; dan
c. arbitrase.
Pelaksana
Owner
Konst
Pengawas na
Konst
Turnkey kontrak
Electricity for a Better Life
Pelelangan
Pengawas Konst
Pelelangan
Pengawas Konst
Kontraktor melakukan :
Owner menyiapkan : a. Melaksanakan semua study , Basic design s/d detail
a. OR/ ER design
b. Volume pekerjaan b. Volume pekerjaan akan disesuaikan setelah design selesai
sementara dan akan dikerjakan oleh kontraktor
disesuaikan setelah c. Nilai kontrak perlu amandement ( dapat dalam nilai yang
design selesai significant )
dikerjakan oleh d. Semua tanggung jawab resiko ada dikontraktor
e. Kontraktor , design Engginer dan Supervisi lah perusahaan
kontraktor
yang terpisahpekerjaan ad
Penjelasan UU no 2 th 2017 Pasal 47
PP No 29 Tahun 1999
Pasal 1
1. Pelelangan umum adalah pelelangan yang dilakukan secara
terbuka dengan pengumuman secara luas melalui media massa,
sekurang-kurangnya 1 (satu) media cetak dan papan
pengumuman resmi untuk umum sehingga masyarakat luas
dunia usaha yang berminat dan memenuhi kualifikasi dapat
mengikutinya.
2. Pelelangan terbatas adalah pelelangan untuk pekerjaan tertentu
yang diikuti oleh penyedia jasa yang dinyatakan telah lulus
prakualifikasi dan jumlahnya diyakini terbatas dengan
pengumuman secara luas melalui media massa, sekurang-
kurangnya 1 (satu) media cetak dan papan pengumuman resmi
untuk umum sehingga masyarakat luas dunia usaha yang
berminat dan memenuhi kualifikasi dapat mengikutinya.
3. Pemilihan langsung adalah pengadaan jasa konstruksi tanpa
melalui pelelangan umum atau pelelangan terbatas, yang
dilakukan dengan membandingkan sekurang-kurangnya 3 (tiga)
penawar dari penyedia jasa dan dapat dilakukan negosiasi, baik
dari segi teknis maupun harga, sehingga diperoleh harga yang
wajar dan secara teknis dapat dipertanggungjawabkan.
Pasal 25
Lingkup tahap perencanaan pekerjaan konstruksi meliputi
prastudi kelayakan, studi kelayakan, perencanaan umum, dan
perencanaan teknik.
Pasal 26
(1) Dalam perencanaan pekerjaan konstruksi dengan pekerjaan
risiko tinggi harus dilakukan prastudi kelayakan, studi kelayakan,
perencanaan umum, dan perencanaan teknik.
(2) Dalam perencanaan pekerjaan konstruksi dengan pekerjaan
risiko sedang harus dilakukan studi kelayakan, perencanaan
umum, dan perencanaan teknik.
(3) Dalam perencanaan pekerjaan konstruksi dengan pekerjaan
risiko kecil harus dilakukan perencanaan teknik.
Pasal 49
(1) Penyelesaian sengketa dalam penyelenggaraan jasa konstruksi
di luar pengadilan dapat dilakukan dengan cara :
a. melalui pihak ketiga yaitu :
1) mediasi (yang ditunjuk oleh para pihak atau oleh Lembaga
Arbitrase dan Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa)
b. arbitrase melalui Lembaga Arbitrase atau Arbitrase Ad Hoc.
(dimaksud2) Penyelesaian sengketa secara mediasi atau
konsiliasi sebagaimana dalam ayat (1) huruf a dapat dibantu
penilai ahli untuk memberikan pertimbangan profesional
aspek tertentu sesuai kebutuhan.
Pasal 52
Kesepakatan tertulis dalam penyelesaian sengketa melalui
alternatif penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 49 ayat (1) huruf a butir 1 dan butir 2, Pasal 50, dan Pasal
51 yang ditandatangani oleh kedua belah pihak bersifat final dan
mengikat para pihak untuk dilaksanakan dengan iktikad baik.
Pasal 54
Tata cara penyelesaian sengketa melalui mediasi, konsiliasi, dan
arbitrase dilakukan berdasarkan ketentuan dalam peraturan
perundang-undangan yang mengatur penyelesaian sengketa
melalui alternatif penyelesaian sengketa
KUHPerdata
Pasal 1340
Persetujuan hanya berlaku antara pihak-pihak yang membuatnya.
Persetujuan tidak dapat merugikan pihak ketiga; persetujuan tidak
dapat memberi keuntungan kepada pihak ketiga selain dalam hal
yang ditentukan dalam pasal 1317.
Perpres no 4 Th 2016
Perpres no 4 tahun 2016
UU no 30 Th 1999
Pasal 2
Undang-undang ini mengatur penyelesaian sengketa atau beda
pendapat antar para pihak dalam suatu hubungan hukum tertentu
yang telah mengadakan perjanjian arbitrase yang secara tegas
menyatakan bahwa semua sengketa atau beda pendapat yang timbul
atau yang mungkin timbul dari hubungan hukum tersebut akan
diselesaikan dengan cara arbitrase atau melalui alternatif
penyelesaian sengketa.
Pasal 6
(1) Sengketa atau beda pendapat perdata dapat diselesaikan oleh
para pihak melalui alternatif penyelesaian sengketa yang didasarkan
pada itikad baik dengan mengesampingkan penyelesaian secara
litigasi di Pengadilan Negeri.
Pasal 7
Para pihak dapat menyetujui suatu sengketa yang terjadi atau yang
akan terjadi antara mereka untuk diselesaikan melalui arbitrase.
Pasal 52
Para pihak dalam suatu perjanjian berhak untuk memohon
pendapat yang mengikat dari lembaga arbitrase atas hubungan
hukum tertentu dari suatu perjanjian.
Pasal 53
Terhadap pendapat yang mengikat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 52 tidak dapat dilakukan perlawanan melalui upaya hukum
apapun.
Pasal 56
(1) Arbiter atau majelis arbitrase mengambil putusan berdasarkan
ketentuan hukum, atau berdasarkan keadilan dan kepatutan.
Pasal 66
Putusan Arbitrase Internasional hanya diakui serta dapat
dilaksanakan di wilayah hukum Republik Indonesia, apabila
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a. Putusan Arbitrase Internasional dijatuhkan oleh arbiter atau
majelis arbitrase di suatu negara yang dengan negara Indonesia
terikat pada perjanjian, baik secara bilateral maupun
multilateral, mengenai pengakuan dan pelaksanaan Putusan
Arbitrase Internasional;
b. Putusan Arbitrase Internasional sebagaimana dimaksud dalam
huruf a terbatas pada putusan yang menurut ketentuan hukum
b. Putusan Arbitrase Internasional sebagaimana dimaksud
dalam huruf a terbatas pada putusan yang menurut
ketentuan hukum Indonesia termasuk dalam ruang lingkup
hukum perdagangan;
c. Putusan Arbitrase Internasional sebagaimana dimaksud dalam
huruf a hanya dapat dilaksanakan di Indonesia terbatas pada
putusan yang tidak bertentangan dengan ketertiban umum;
d. Putusan Arbitrase Internasional dapat dilaksanakan di
Indonesia setelah memperoleh eksekuatur dari Ketua
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat; dan
e. Putusan Arbitrase Internasional sebagaimana dimaksud dalam
huruf a yang menyangkut Negara Republik Indonesia sebagai
salah satu pihak dalam sengketa, hanya dapat dilaksanakan
setelah memperoleh eksekuatur dari Mahkamah Agung
Republik Indonesia yang selanjutnya dilimpahkan kepada
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
Pasal 70
Terhadap putusan arbitrase para pihak dapat mengajukan
permohonan pembatalan apabila putusan tersebut diduga
mengandung unsur-unsur sebagai berikut :
a. surat atau dokumen yang diajukan dalam pemeriksaan, setelah
putusan dijatuhkan, diakui palsu atau dinyatakan palsu;
b. setelah putusan diambil ditemukan dokumen yang bersifat
menentukan, yang disembunyikan oleh pihak lawan ; atau
c. putusan diambil dari hasil tipu muslihat yang dilakukan oleh salah
satu pihak dalam pemeriksaan sengketa.
• Pasal 2,45 Rate Of Progres
• If the rate of progress of the works or any part
thereofios at any time in the opinion of the Owner
too slow to ensure the complation of the works by
the prescribe time, the Owner will so notify the
contractor in writing and the contractor shall
thereupon take take such step as shall be necessary
and acceptable to the Owner to Expedite progress so
as to complete the work by the prescribe time or
extended time, the contractor shall not be entitle to
any additional payment for taking such steps. Failure
by the contractore to take appropriate action to
ensure timely complation shall be deemed a material
breach of Contrac.
Pasal 87 perpres no 70 th 2012
• (1)Dalam hal terdapat perbedaan antara kondisi
lapangan pada saat pelaksanaan, dengan gambar
dan/atau spesifikasi teknis yang ditentukan dalam
Dokumen Kontrak, PPK bersama Penyedia Barang/Jasa
dapat melakukan perubahan pada Kontrak yang
meliputi:
a.menambah atau mengurangi volume pekerjaan yang
tercantum dalam Kontrak;
b.menambah dan/atau mengurangi jenis pekerjaan
c.mengubah spesifikasi teknis pekerjaan sesuai dengan
kebutuhan lapangan; atau
d.mengubah jadwal pelaksanaan.
SEKIAN