Anda di halaman 1dari 58

ASET TETAP

(FIXED
ASSETS)
Menurut Dwi (2012 : 271) bahwa definisi aset
tetap adalah: aset tetap berwujud yang:
Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau
penyediaan barang atau jasa, untuk disewakan
kepada pihak lain, atau untuk tujuan
administratif; dan
Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari
Jenis-jenis aset tetap:
satu periode.
 Tanah
 Gedung
 Peralatan kantor
 Kendaraan
 Mesin Pabrik
Berdasarkan definisi di atas terdapat beberapa
hal penting terkait aset tetap yaitu:
 Aset tetap adalah aset berwujud yaitu
mempunyai bentuk pisik (seperti tanah,
bangunan), berbeda dengan paten atau merek
dagang yang tidak mempunyai bentuk pisik
(merupakan aset tak berwuijud)
 Aset tetap mempunyai tujuan penggunaan
khusus yaitu digunakan dalam produksi atau
penyediaan barang atau jasa, untuk
direntalkan kepada pihak lain, atau untuk
tujuan administratif. Aset seperti tanah yang
dimiliki perusahaan dengan tujuan untuk
dijual, bukan merupakan aset tetap.
 Aset tetap termasuk kedalam aset tidak lancar
karena diharapkan akan digunakan untuk lebih
HARGA PEROLEHAN
Harga perolehan aset tetap adalah semua biaya
yang dibayarkan atau kewajiban yang timbul untuk
memperoleh suatu aset tetap sampai aset tetap
tersebut siap untuk digunakan. Berikut ini contoh
komponen harga perolehan:

Tanah:
 Harga beli tanah
 Komisi untuk makelar
 Bea Balik Nama
 Jika tanah tersebut dalam bentuk kolam
atau sawah, biaya pengurukan
 Jika tanah tersebut dalam bentuk tanah
berbukit, biaya perataan tanah.
Contoh: Pada tanggal 1 Januari 2018, PT. ABC
membeli sebidang tanah dengan harga beli Rp
100.000.000,- untuk membeli tanah tersebut
dibayar komisi makelar sebesar Rp 2.000.000,-
Untuk membuat sertifikat tanah atas nama PT.
ABC, dilakukanlah bea balik nama dengan biaya
Rp 3.000.000,- Tanah yang dibeli di atas dalam
bentuk kolam ikan. Untuk itu diperlukan tanah
dengan harga Rp 20.000.000,-
Berdasarkan data di atas, maka harga
perolehan tanah adalah sebagai berikut:
 
Harga beli tanah Rp 100.000.000,-
Biaya komisi makelar 2.000.000,-
Bea balik nama 3.000.000,-
Biaya pengurukan 20.000.000,- +
Harga perolehan tanah Rp
125.000.000,-
Ayat jurnal untuk mencatat perolehan
tanah :
Tanah 125.000
Kas 125.000
MESIN
Apabila dibeli mesin yang belum di rakit di
Jakarta dan akan dipasang di Padang, maka
komponen harga perolehan adalah sebagai
berikut:
 Harga beli komponen mesin
 Biaya angkut dari Jakarta ke Padang
 Biaya asuransi
 Biaya perakitan mesin
 Biaya uji coba mesin.
Contoh soal:
Pada tanggal 1 Januari 2018, PT. ABC
membeli 1 unit mesin di Jakarta dengan
harga Rp 40.000.000,- mesin yang dibeli
dalam bentuk komponen-komponen mesin
yang belum dirakit. Biaya pengangkutan
mesin ke Padang Rp 5.000.000,- biaya
asuransi mesin selama dalam perjalanan Rp
1.000.000,-. Sesampai di Padang, dibayar
biaya perakitan mesin Rp 5.000.000,- Setelah
mesin dipasang, dikeluarkan biaya uji coba
sebesar Rp 1.000.000,-.
Berdasarkan data di atas, maka perhitungan harga
perolehan mesin adalah sebagai berikut:
Harga beli komponen mesin Rp 40.000.000,-
Biaya angkut dari Jakarta ke Padang
5.000.000,-
Biaya asuransi 1.000.000,-
Biaya perakitan mesin 5.000.000,-
Biaya uji coba mesin. 1.000.000,- +
Harga perolehan mesin Rp52.000.000,-
KENDARAAN
Apabila dibeli kendaraan di Jakarta dan
akan dibawa ke Padang, maka komponen
harga perolehan kendaraan adalah
sebagai berikut:
 Harga beli kendaraan
 Biaya angkut dari Jakarta ke Padang
 Biaya asuransi
 Bea balik nama
Contoh soal:
Pada tanggal 1 Januari 2018, PT. ABC
membeli mobil bekas di Jakarta dengan
harga Rp 150.000.000,- untuk mendapatkan
mobil tersebut, PT. ABC membayar makelar
Rp 1.000.000,- Ongkos angkut mobil dari
Jakarta ke Padang Rp 5.000.000,- dan biaya
asuransi mobil selama dalam perjalanan Rp
1.000.000,- Setelah mobil sampai di Padang,
PT. ABC melakukan balik nama terhadap
kepemilikan mobil tersebut. Biaya balik
nama Rp 3.000.000,-.
Berdasarkan data di atas, maka harga perolehan
mobil adalah sebagai berikut:
Harga beli kendaraan Rp
150.000.000,-
Biaya makelar 1.000.000,-
Biaya angkut dari Jakarta ke Padang
5.000.000,-
Biaya asuransi 1.000.000,-
Bea balik nama 3.000.000,- +
Harga perolehan mobil Rp 160.000.000,-
BANGUNAN
Apabila bangunan dibeli jadi, maka
komponen harga perolehan kendaraan
adalah sebagai berikut:
 Harga beli bangunan
 Komisi makelar (jika ada)
 Bea balik nama
Apabila bangunan dibangun sendiri oleh
perusahaan, maka harga perolehan
bangunan sebesar biaya yang telah
dikeluarkan untuk membangun bangunan
tersebut sampai dengan siap untuk
digunakan.
Contoh soal:
Pada tanggal 1 Februari 2018, PT. ABC membeli 1
unit gedung dengan harga Rp 200.000.000,-.
Untuk mendapatkan gedung dimaksud, dibayar
komisi makelar Rp 4.000.000,- dan bea balik
nama Rp 10.000.000,-
Berdasarkan data di atas, maka perhitungan
harga perolehan gedung adalah sebagai berikut:
Harga beli bangunan Rp 200.000.000,-
Komisi makelar (jika ada) 4.000.000,-
Bea balik nama 10.000.000,- +
Harga perolehan gedung Rp 214.000.000,-
Pembelian secara Lump-Sum (Gabungan)

• Apabila dalam pembelian diperoleh lebih dari satu


macam aset tetap, maka harga perolehan harus
dialokasikan pada masing-masing jenis aset tetap.
• Menurut PSAK no 16:
“Harga perolehan dari setiap aktiva yang
diperoleh secara gabungan ditentukan dengan
mengalokasikan harga gabungan tersebut
berdasarkan perbandingan nilai wajar setiap
aktiva yang bersangkutan”.

15
Contoh:
• PT. EBAY membeli aset tetap dari sebuah
perusahaan yang dalam proses likuidasi. Aset
tetap yang dibeli terdiri dari tanah, bangunan dan
mesin-mesin. Pembelian dilakukan secara paket
(lumpsum) dengan harga Rp80.000.000,00.
Harga pasar setiap AT tersebut diketahui sebagai
berikut:
Gedung : Rp.25.000.000,00
Tanah : 50.000.000,00
Mesin : 25.000.000,00

16
• Maka harga perolehan masing AT yang diakui oleh
PT. EBAY dihitung dengan cara sebagai berikut:
• Gedung : Rp25.000.000,00 x Rp80.000.000,00 = Rp20.000.000,00
Rp100.000.000,00
Rp50.000.000,00
• Tanah : x Rp80.000.000,00 = Rp40.000.000,00
Rp100.000.000,00

• Mesin : Rp25.000.000,00
x Rp80.000.000,00 = Rp20.000.000,00
Rp100.000.000,00

17
PENYUSUTAN
Menurut akuntansi ada 4 faktor yang harus
dipertimbangkan dalam
penghitungan besarnya biaya penyusutan suatu aktiva,
yaitu:
1.   NILAI PEROLEHAN AKTIVA
Seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh aset
tetap tersebut mulai dari biaya pembelian hingga semua
biaya yang timbul hingga aset tetap tersebut siap
beroperasi
2.  NILAI RESIDU/NILAI SISA
Merupakan taksiran nilai atau potensi arus kas masuk
apabila aktiva tersebut dijual pada saat penarikan atau
penghentian (retirement) aktiva
3.   DASAR PENYUSUTAN
Pengalokasian harga perolehan dari suatu aktiva tetap
karena adanya
penurunan nilai aktiva tetap tersebut
MENGHITUNG PENYUSUTAN ASET TETAP

METODE GARIS LURUS


• Metode penyusutan garis lurus (Straight Line
Method)
• Metode penyusutan garis lurus merupakan metode
penyusutan aktiva tetap dimana beban
penyusutan aktiva per tahunnya tetap sama.
Metode galis lurus ini digunakan apabila nilai
ekonomis aktiva tetap terus sama setiap periode.
Sehingga perbandingan yang tepat dapat dilakukan
dengan membandingkan biaya penyusutan dan biaya
pemeliharaan yang tetap. Metode penyusutan aktiva
garis lurus ini dirumuskan dengan :
Penyusutan = 
Perhitungan dengan menggunakan nilai residu :
= (Harga Perolehan – Nilai Sisa/Residu) : umur
Beban Penyusutan = HP – NS
n

Contoh :
Pada tanggal 4 Januari 2018 PT ABC membeli
sebuah mesin untuk produksi seharga Rp200.000.000.
Mesin tersebut diperkirakan memiliki umur ekonomis
selama 5 tahun dengan nilai residu Rp20.000.000.
Maka berapa penyusutan mesin tersebut per tahun?
Th 1
Penyusutan
= (Rp200.000.000 – Rp20.000.000) : 5 tahun
= Rp36.000.000 per tahun

Nilai Buku : 200.000.000 – 36.000.000 = 164.000.000

Ak.Penyusutan : 36.000.000
Akhir Biaya Akumulasi Nilai Buku
Th ke- Penyusutan Penyusuta
n
1 36.000.000 36.000.000 164.000.00
0
2 36.000.000 72.000.000 128.000.00
0
3 36.000.000 108.000.000 92.000.000
4 36.000.000 144.000.000 56.000.000
5 36.000.000 180.000.000 20.000.000
Perhitungan dengan tidak menggunakan
nilai residu :
= Harga Perolehan : umur ekonomis (hitungan
per bulan, karena beban penyusutan dihitung
per bulan)
Contoh :
Pada tanggal 2 Januari 2019 PT. Adi Jaya
membeli sebuah mesin produksi seharga Rp.
250.000.000, Mesin tersebut ditaksir memiliki
umur ekonomis 10 tahun. Hitunglah penyusutan
pada tahun 2019 dan buatlah tabel penyusutan
selama 5 tahun.
Tabel 5 tahun

Akhir Biaya Akumulasi Nilai Buku


Th ke- Penyusutan Penyusuta
n
1 25.000.000 25.000.000 225.000.00
0
2 25.000.000 50.000.000 200.000.00
0
3 25.000.000 75.000.000 175.000.00
0
4 25.000.000 100.000.000 150.000.00
0
5 25.000.000 125.000.000 125.000.00
0
ontoh :
Sebuah mesin diperoleh pada tanggal 6 Juni 2018,
harga perolehan mesin tersebut sebesar Rp13.000.000,-
mesin tersebut ditaksir memiliki umur ekonomis 10 tahun.
Dengan nilai residu Rp1.000.000,-
Akhir Biaya Akumulasi Nilai Buku
Th ke- Penyusutan Penyusuta
n
1 700.000 700.000 12.300.000
2 1.200.000 1.900.000 11.100.000
3 1.200.000 3.100.000 9.900.000
4 1.200.000 4.300.000 8.700.000
5 .... .... ....
Cara penghitungan Th 1 :
6 Juni - 31 Desember 2018
 Juni – Juli – Agustus – Sept – Okt – Nov – Des
7 bulan :
Beban Penyusutan = 7/12 x (13.000.000 – 1.000.000) : 10
= 699.999,- (700.000)

Th 11
Beban Penyusutan = 5/12 x (13.000.000 – 1.000.000) : 10
= 500.000,-
Akhir Biaya Akumulasi Nilai Buku
Th ke- Penyusuta Penyusutan
n
1 700.000 700.000 12.300.000
2 1.200.000 1.900.000 11.100.000
3 1.200.000 3.100.000 9.900.000
4 1.200.000 4.300.000 8.700.000
5 1.200.000 5.500.000 7.500.000
6 1.200.000 6.700.000 6.300.000
7 1.200.000 7.900.000 5.100.000
8 1.200.000 9.100.000 3.900.000
9 1.200.000 10.300.000 2.700.000
10 1.200.000 11.500.000 1.500.000
11 500.000 12.000.000 1.000.000
Metode penyusutan saldo menurun
(Declining balance Method)
Metode penyusutan saldo menurun
merupakan metode penyusutan aktiv tetap
yang ditentukan berdasarkan persentase
tertentu yang dihitung dari harga buku pada
periode tertentu. Persentase penyusutan saldo
menurun memiliki besar dua kali dari persentase
penyusutan garis lurus. Metode penyusutan saldo
menurun ditentukan dengan rumus sebagai berikut
:
Penyusutan = [(100% : Umur Ekonomis) x 2] x
Harga Beli/Nilai Buku
Contoh :
Pada tanggal 2 Januari 2018, PT Aneka membeli
mesin sebesar Rp200.000.000. mesin tersebut
diperkirakan memiliki umur ekonomis selama 10
tahun. Berapa nilai penyusutan mesin tersebut jika
dihitung menggunakan metode penyusutan saldo
menurun?
Penyusutan Th 1 : 100% : 10 = 10%
10% x 2 = 20%
20% x 200.000.000 =
40.000.000
Nilai Buku 200.000.000 – 40.000.000 =
160.000.000
Penyusutan Th 2 : 20% x 160.000.000 =
32.000.000
Nilai Buku 160.000.000 – 32.000.000 =
128.000.000
Penyusutan Th 3 : ........
Akumulasi = 40.000.000 + 32.000.000
72.000.000
Akhir Biaya Akumulasi Nilai Buku
Th ke- Penyusutan Penyusuta
n
1 40.000.000 40.000.000 160.000.00
0
2 32.000.000 72.000.000 128.000.00
0
3 25.600.000 97.600.000 102.400.00
0
4 20.480.000 118.080.000 81.920.000
5 16.384.000 134.464.000 65.536.000
Contoh :
Sebuah mesin dibeli tanggal 1 Oktober 2018
dengan harga perolehan Rp10.000.000,00.
Taksiran usia ekonomis selama 5 tahun.
Penyusutan setiap tahun dihitung sebagai berikut:
Menghitung besarnya prosentase penyusutan: 100%
: 5 = 20%. Dengan demikian besarnya prosentase
menurut metode menurun ganda adalah 2 x 20% =
40%
Akumulasi Harga
Period Penyusuta buku
e Perhitungan n Mesin
Akunt Beban Penyusutan Per 31 Per 31
ansi Desember Desember
2018 3/12 x 40% x 10.000.000,00 = 1.000.000,0 9.000.000,0
1.000.000,00 0 0
4.600.000,0 5.400.000,0
2019 40% x 9.000.000,00 = 3.600.000,00 0 0
6.760.000,0 3.240.000,0
2020 40% x 5.400.000,00 = 2.160.000,00 0 0
2021 40% x 3.240.000,00 = 1.296.000,00 8.056.000,0 1.944.000,0
0 0
8.833.600,0 1.166.400,0
2022 40% x 1.944.000,00 =     777.600,00 0 0
9/12 x 40% x 1.166.400,00 = 9.183.520,0     816.480,0
2023 349.920,00 0 0
METODE JUMLAH ANGKA TAHUN
Metode penyusutan aset tetap berdasarkan
jumlah angka tahun memiliki konsep yang
sama dengan metode penyusutan saldo
menurun berganda. Metode penyusutan
aset tetap berdasarkan jumlah angka tahun
juga merupakan metode penyusutan yang
dipercepat dengan pertimbangan bahwa
biaya pemeliharaan dan perbaikan asset
tetap akan cenderung meningkat dengan
bertambahnya usia aset tetap.
Dalam metode ini, beban penyusutan
ditentukan dengan mengalikan biaya
perolehan awal aset dikurangi estimasi nilai
sisa dengan pecahan yang lebih kecil setiap
tahunnya.
Angka penyebut dalam pecahan yang
digunakan untuk menentukan beban
penyusutan adalah jumlah
angka tahun selama masa manfaat aset.
Sebagai contoh, aset tetap dengan masa
kegunaan 4 tahun akan memiliki angka
penyebut 10 (4 + 3 + 2 + 1).
Penyusutan metode unit produksi merupakan cara
menghitung depresiasi atau penyusutan
berdasarkan suatu pengukuran tertentu.
Pengukuran tertentu itu ada kaitannya dengan
unit produksi. Contoh unit produksi pada suatu
truk misalnya adalah berdasarkan ukuran
kilometer yang telah dijalani.

Rumus untuk menghitung penyusutan per unit


produksi adalah:
Beban penyusutan = (Biaya perolehan - Nilai
sisa)/ Perkiraan total produksi x Realisasi
produksi.
Untuk memudahkan perhitungan, kita dapat
menghitung biaya penyusutan per unit produksi
Misal suatu truk dibeli 610.000.000  rupiah pada
tanggal 1 Januari . Maksimum penggunaan
100.000 Km. Nilai akhir atau sisanya adalah
10.000.000 rupiah.
Rate per unit produksi adalah = (610.000.000 -
10.000.000) rupiah/100.000 = 600.000.000/100.000
rupiah/km = 6.000 rupiah/km.
Jadi setiap 1 km beban penyusutan adalah
Rp6.000,-

Akhir tahun 1:
Misalnya selama tahun ke 1 ini truk sudah
berjalan 30.000 km.
Maka beban penyusutan =  6.000 rupiah x 30.000
= 180.000.000
Akumulasi penyusutan = 180.000.000
Akhir tahun 2:
Misalnya selama tahun ke 2 ini truk sudah berjalan
20.000 km.
Maka beban penyusutan =  6.000 rupiah x 20.000 =
120.000.000
Akumulasi penyusutan = 180.000.000 + 120.000.000 =
300.000.000
Nilai buku = 610.000.000 - 300.000.000 = 310.000.000

Akhir tahun 3:
Misalnya selama tahun ke 3 ini truk sudah berjalan
25.000 km.
Maka beban penyusutan =  6.000 rupiah x 25.000 =
150.000.000
Akumulasi penyusutan = 300.000.000 + 150.000.000 =
450.000.000
Nilai buku = 610.000.000 - 450.000.000.000 =
Akhir tahun 4:
Misalnya selama tahun ke 4 ini truk sudah berjalan
25.000 km.
Maka beban penyusutan =  6.000 rupiah x 25.000 =
150.000.000
Akumulasi penyusutan = 450.000.000 + 150.000.000
= 600.000.000
Nilai buku = 610.000.000 - 600.000.000.000 =
10.000.000 
Contoh 2:
Pada tanggal 2 Januari 2018, PT Foraz membeli
sebuah mesin untuk meningkatkan
produksinya.
Harga perolehan Mesin Sebesar Rp
135.000.000,00 dengan taksiran nilai sisa
(salvage value) sebesar Rp 15.000.000,00.
Dan ditaksir, mesin tersebut hanya mampu
berproduksi sampai dengan 4 tahun !
Perhitungan:
JAT (Jumlah Angka Tahun) : 1+2+3+4 =
10
Dasar Rp 135.000.000,00 - Rp
=
Penyusutan 15.000.000,00
= Rp 120.000.000,00
Tahun   Tarif      Dasar Penyusutan          
Penyusutan
  1.        4/10     Rp. 120.000.000,00           Rp.
48.000.000,00
  2         3/10     Rp. 120.000.000,00           Rp.
36.000.000,00
  3         2/10     Rp. 120.000.000,00           Rp.
24.000.000,00
  4         1/10     Rp. 120.000.000,00           Rp.
12.000.000,00
Metode Unit Produksi

Penyusutan metode unit produksi merupakan


cara
menghitung depresiasi atau penyusutan
berdasarkan
suatu pengukuran tertentu.
Rumus untuk menghitung penyusutan per unit
produksi adalah:
Beban penyusutan = (Biaya perolehan - Nilai
sisa)/
Perkiraan total produksi x Realisasi produksi
Contoh :
Sebuah mesin dibeli seharga Rp. 250.000.000,-
ditaksir memiliki umur ekonomis selama 5 tahun
atau 500.000 jam kerja dan diperkirakan memiliki
nilai sisa sebesar Rp. 50.000.000,-. 
Diketahui jam kerja setiap tahun sebagai berikut:
Tahun ke 1 = 100.000 jam
Tahun ke 2 = 120.000 jam
Tahun ke 3 = 130.000 jam
Tahun ke 4 = 80.000 jam
Tahun ke 5 = 70.000 jam
Diminta:
Hitunglah besar penyusutan dengan
menggunakan metode unit produksi
Besar Penyusutan tahun 1 =
100.000 x 250.000.000 – 50.000.000 = Rp.
40.000.000
                                    500.000
Besar Penyusutan tahun 2 =
120.000 x 250.000.000 – 50.000.000 = Rp.
48.000.000
                                    500.000
Besar Penyusutan tahun 3 =
130.000 x 250.000.000 – 50.000.000 = Rp.
52.000.000
                                    500.000
Besar Penyusutan tahun 4 =
80.000 x 250.000.000 – 50.000.000 = Rp.
32.000.000
                                    500.000
Besar Penyusutan tahun 5 =
Pengeluaran pendapatan (revenue
expenditure) adalah biaya-biaya yang
hanya akan memberi manfaat dalam
periode berjalan, sehingga biaya-biaya
yang dikeluarkan tidak akan
dikapitalisasi sebagai aktiva tetap di
neraca, melainkan akan langsung
dibebankan sebagai beban dalam
laporan laba rugi periode berjalan
dimana biaya tersebut terjadi
(dikeluarkan). Contoh dari pengeluaran
ini adalah beban untuk pemeliharaan
dan perbaikan aktiva tetap.
Pengeluaran untuk beban pemeliharaan ini
adalah hal yang biasa, terjadi berulang,
biasanya dalam jumlah yang kecil (tidak
material), dan tidak akan meningkatkan
efisinsi, kapasitas, atau memperpanjang
masa manfaat dari aktiva tetap terkait,
oleh karena itu akan segera dicatat sebagai
beban ketika terjadi. Sedangkan
pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan
untuk mengembalikan aktiva tetap ke
kondisi operasional yang baik setelah
adanya kerusakan dan atau untuk
mengganti komponen aktiva tetap yang
rusak, dikenal sebagai beban perbaikan
Pengeluaran modal (capital expenditure)
adalah biaya-biaya yang dikeluarkan dalam
rangka memperoleh aktiva tetap,
meningkatkan efisiensi operasional dan
kapasitas produktif aktiva tetap, serta
memperpanjang masa manfaat aktiva tetap.
Biaya-biaya ini biasanya dikeluarkan dalam
jumlah yang cukup besar (material), namun
tidak sering terjadi.
Contoh
Pengeluaran modal adalah biaya-biaya yang
dikeluarkan untuk membeli aktiva tetap, tambahan
komponen aktiva tetap, dan atau untuk mengganti
komponen aktiva tetap yang ada, dengan tujuan
untuk memperoleh manfaat, meningkatkan efisiensi,
kapasitas, dan atau memperpanjang masa manfaat
dari aktiva tetap terkait. Atau pengeluaran-
pengeluaran yang tidak dibebankan langsung
sebagai beban dalam laporan laba rugi, melainkan
dikapitalisasi terlebih dahulu sebagai aktiva tetap
dineraca, karena pengeluaran-pengeluaran ini akan
memberikan manfaat bagi perusahaan di masa
mendatang. Pengeluaran-pengeluaran dalam
kategori ini akan dicatat dengan cara mendebet akun
aktiva tetap terkait. Nantinya, secara periodik dan
sistematis, bagian dari harga perolehan aktiva tetap
ini akan dialokasikan menjadi beban penyusutan
Penghentian pemakaian aktiva
tetap
dengan cara Dijual

Dalam penghentian aktiva tetap dengan


cara ditukar dengan aktiva tetap yang baru
dapat menimbulkan terjadinya kerugian
atau laba.
Debet Kredit
1
Jika laba dicatat dengan
jurnal :
Kas Rp……………….
Akumulasi Penyusutan
Rp……………….
Mesin
   Mesin Rp……………….
   Laba Penjualan Aktiva
Rp……………….
Tetap

2
Jika rugi, dicatat dengan
jurnal :
Kas Rp……………….
Akumulasi Penyusutan
Rp……………….
Mesin
Rugi Penjualan Aktiva
Rp……………….
Tetap
   Mesin Rp……………….
Contoh :
Kendaraan angkutan dengan harga perolehan Rp.
144.000.000,00 telah disusutkan sebesar Rp.
37.000.000,00. Pada tanggal 5 Januari 2018 dijual
tunai dengan harga Rp. 110.000.000,00.
Perhitungan laba rugi penjualan kendaraan tersebut
adalah sebagai berikut :
Laba Penjualan = Hasil Penjualan - (Harga
Perolehan - Akumulasi penyusutan)
Laba Penjualan = Rp. 110.000.000,00 - (Rp.
144.000.000,00 - Rp. 37.000.000,00)
Laba Penjualan = Rp. 110.000.000,00 - Rp. 107.000.000,00
Laba Penjualan = Rp. 3.000.000,00
Maka jurnalnya :
Kas Rp. 110.000.000,00
Akumulasi penyusutan Rp. 37.000.000,00
   Kendaraan Rp.
144.000.000,00
   Laba Penjualan Rp.
3.000.000,00
Penghentian pemakaian aktiva tetap
dengan cara ditukar dengan yang
baru

Ada dua jenis penghentian pemakaian aktiva


tetap dengan cara ditukar dengan yang baru,
diantaranya adalah :
 Aktiva tetap ditukar dengan aktiva tetap yang
sejenis
 Aktiva tetap ditukar dengan aktiva tetap tidak
sejenis
1. Aktiva tetap ditukar dengan aktiva tetap
yang sejenis
Apabila aktiva tetap ditukar dengan aktiva tetap
yang sejenis maka laba atas pertukaran tidak
diakui, sedangkan jika timbul rugi atas pertukaran,
maka kerugian tersebut harus diakui.

Contoh :
Sebuah mesin dibeli pada bulan Januari 2018
seharga Rp. 144.000.000,00 dan sampai tanggal
31 Desember 2018 telah disusutkan Rp.
37.000.000,00. Pada tanggal 8 Januari 2019,
ditukar dengan mesin baru yang sejenis dengan
harga Rp. 190.000.000,00. Jika dalam pertukaran
menambah uang sebesar Rp. 85.000.000,00,
maka buatlah jurnalnya .
Jawab :
Selisih nilai buku = Harga beli mesin - (Harga mesin lama -
Akumulasi penyusutan)
Selisih nilai buku = Rp. 190.000.000,00 - (Rp. 144.000.000,00 -
Rp. 37.000.000,00)
Selisih nilai buku = Rp. 190.000.000,00 - Rp. 107.000.000,00
Selisih nilai buku = Rp. 83.000.000,00

Laba/Rugi pertukaran mesin = Selisih nilai buku - Tambahan uang


tunai
Laba/Rugi pertukaran mesin = Rp. 83.000.000,00 - Rp.
85.000.000,00
Laba/Rugi pertukaran mesin = - Rp. 2.000.000,00

Maka jurnalnya :
Mesin Rp. 190.000.000,00
Akumulasi penyusutan mesin Rp. 37.000.000,00
Rugi pertukaran mesin Rp. 2.000.000,00
   Mesin Rp. 144.000.000,00
   Kas Rp. 85.000.000,00
Aktiva tetap ditukar dengan aktiva
tetap tidak sejenis

Apabila aktiva tetap ditukar dengan aktiva tetap


tidak sejenis maka laba atau rugi atas
pertukaran diakui.

Contoh :
Sebuah truk denga harga perolehan Rp.
120.000.000,00 telah disusukan Rp.
60.000.000,00. Pada tanggal 5 Januari 2018,
ditukarkan dengan sebuah kendaraan dengan
harga Rp. 190.000.000,00. Jika harus
menambah uang tunai sebesar 135.000.000,00
maka buatlah jurnalnya .
Jawaban :
Maka jurnalnya :
Kendaraan Rp. 190.000.000,00
Akumulasi penyusutan truk Rp.
60.000.000,00
Rugi pertukaran kendaraan Rp. 5.000.000,00
    Truk Rp.
120.000.000,00
     Kas Rp.
135.000.000,00

Anda mungkin juga menyukai