Anda di halaman 1dari 15

KOMPONEN HADITS (MUKHARRIJ, RAWI,

MATAN, SANAD) DAN KLASIFIKASI HADITS

MATERI : 10
MATA KULIAH : STUDI AL-QUR’AN DAN HADITS
PRODI : TS, SI, DKV, TIF,TE,TI,DP,BP
SEMESTER : GENAP 2019/2020.
BEBAN SKS : 2 SKS
PENGAMPU : SYAMSUL MA’ARIF, MSI
FAKULTAS : SAINS DAN TEKNOLOGI UNISNU
JEPARA 2020
SANAD
 Sanad (jamaknya asnad dan sanadat) menurut bahasa: sandaran,
tempat kita bersandar.
 Sanad menurur istilah ahli hadits: jalan yang menyampaikan
kepada matan hadits.
 Contoh sanad: Apabila seorang perawi berkata, “dikabarkan
kepadaku oleh Malik yang menerimanya dari Nafi’ , yang
menerimanya dari Abdullah ibn Umar, bahwa Rasulullah
bersabda:... Maka perkataan perawi adalah dikabarkan
kepadaku oleh Malik… hingga sampai kepada bersabda Rasul.
 Isnad menurut bahasa: menyandarkan

 Menurut istilah, isnad adalah menerangkan sanad hadits (jalan


menerima hadits). Maka arti saya isnadkan hadits adalah saya
sebutkan sanadnya saya terangkan jalan datangnya, atau jalan
sampainya kepada saya.
 Musnid : Orang yang menerangkan hadits dengan
menyebut sanadnya.
 Musnad : Hadits yang disebut dengan diterangkan
sanadnya yang sampai kepada Nabi saw.
 Juga dinamai musnad adalah sesuatu kitab hadits yang
penulisnya mengumpulkan segala hadits yang
diriwayatkan oleh seorang shahaby dalam satu bab dan
yang diriwayatkan oleh shahaby lain dalam bab yang
tersendiri pula,misal, Musnad Imam Ahmad.
MATAN
 Matan (jamaknya mutun) menurut bahasa: punggung
jalan (muka jalan), tanah yang keras dan tinggi.
 Matan menurut Istilah: suatu kalimat tempat berahirnya
sanad./lafadz-lafad yang di dalamnya mengandung
makna tertentu./ penghujung sanad.
 Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan, matan
adalah materi atau lafad hadits itu sendiri.
RAWI
 Rawi : orang yang meriwayatkan (memberitakan hadits)
dan memindahkan hadits.
 Juga disebut perawi: orang yang menerima hadits dan
kemudian menghimpunnya dalam suatu kitab tadwin.
 Rawi pertama adalah shahaby dan rawi terakhir adalah
yang membukukan hadits, umpanya, al-Bukhari.
MUKHARRIJ
 Takhrij menurut bahasa: mengeluarkan sesuatu dari suatu
tempat.
 Takhrij menurut istilah: 1. mengambil suatu hadits dari
suatu kitab lalu mencari sanad lain dari sanad penyusun
kitab itu. Orang yang mengerjakan hal ini dinamakan
mukharrij dan mustakhrij. Pekerjaannya di namakan
istikhraj, takhrij dan ikhraj.2. menerangkan bahwa hadits
itu terdapat dalam suatu kitab yang dinukilkan kedalamnya
oleh penyusunnya dari kitab lain. Misalnya, “Akhrajahu al-
Bukhari= dinukilkan ke dalam kitabnya oleh al-Bukhari”
(hadits tersebut dalam kitab al-Bukhary). Orang yang
mengerjakannya dinamakan mukharrij. 3. Menerangkan
perawi dan derajat hadits yang tidak diterangkan.
KLASIFIKASI HADITS
 Hadits ditinjau dari segi kuantitas periwayatnya:
1. Hadits Mutawatir
2. Hadits Ahad
 Hadits ditinjau dari segi kualitas periwatannya:

1. maqbul
2. mardud.
HADITS MUTAWATIR
Hadits Mutawatir : hadits yang diriwayatkan oleh
sejumlah besar orang yang menurut adat mustahil
mereka bersepakat terlebih dahulu untuk berdusta sejak
awal sanad sampai ahir sanad.
 Syarat-syarat hadits Mutawatir : 1. diriwayatkan oleh
periwayat yang banyak. 2. mustahil secara logika atau
adat mereka sepakat berdusta 3. adanya keseimbangan
antar perawi pada tabaqat/lapisan pertama dengan
tabaqat /lapisan berikutnya 4. sandaran berita
berdasarkan panca indra.
PEMBAGIAN HADITS MUTAWATIR
 Pembagian hadits mutawatir: 1. Mutawatir Lafdi: hadis yang
mutawatir baik lafad amaupun maknanya.
 Syarat hadits mutawatir lafdi: 1. sanad harus banyak periwayat
yang meriwayatkannya sejak awal sampai akhir sanad. 2. matan
hadits yang diriwayatkan menggunakan redaksi yang sama.
 Hadits mutawatir lafdi tidak banyak jumlahnya.

 2. hadits mutawair maknawi: hadits yang mutawatir makna saja


bukan lafadnya. Misalnya, hadits tentang mengangkat tangan
ketika berdo’a yang diriwayatkan dalam lebih dari 100 hadits,
hadits tentang rukyat, bilangan rakaat dalam shalat, membaca al-
Qur’a, dengan nyaring (keras) pada waktu shalat magrib, isya’
dan subuh, thawaf di Baitullah, melempar jumrah, melakukan
sa’I antara sofa dan marwa dan manasik haji dll.
KEHUJJAHAN HADITS MUTAWATIR
 Hadits mutawatir bersifat ilmu dhoruri, yaitu, keharusan
untuk menerima dan mengamalkannya sesuai dengan
yang diberikan oleh hadits mutawatir tersebut sehingga
membawa keyakinan secara pasti.
 Dengan demikian, seluruh hadits mutawatir dapat
diterima untuk dijadikan hujjah tanpa harus mengkaji
para periwayatnya.
HADITS AHAD
 Hadits Ahad secara bahasa: hadits yang diriwayatkan oleh
satu orang saja.
 Hadits Ahad secara istilah ulama hadits: hadis yang tidak
memenuhi salah satu dari syarat-syarat hadits mutawatir.
 Menurut Muhammad Sa’id Ramadhan al-Buthi’, hadis ahad
adalah hadis yang sanadnya shahih dan bersambung sampai
Nabi saw tetapi kandungannya memberikan pengertian
dhonny dan tidak sampai kepada qat’I atau yakin.
 Dari segi kuantitas periwayatnya, hadis ahad di bawah
hadits mutawatir.
 Dari segi isinya, hadits ahad berstatus dhonny bukan qot’iy.
PEMBAGIAN HADITS AHAD
 1. Hadits masyhur.
 Hadis masyhur secara bahasa: hadits yang terkenal.

 Hadits masyhur menurut istilah ulama hadits: hadits


yang diriwayatkan oleh tiga periwayat atau lebih pada
tiap tobaqoh atau lapisannya tetapi tidak sampai pada
peringkat mutawatir.
 2. Hadis Aziz

 Hadits aziz secara bahasa: sedikit.

 Hadis aziz menurut istilah: hadits yang pada semua


tobaqoh sanadnya tidak kurang dari dua orang
periwayat.
 3. Hadits Gharib.
 Hadits Gharib secara bahasa: menyendiri atau jauh dari
kerabatnya.
 Hadits Gharib secara istilah: hadits yang diriwayatkan
secara sendirian oleh seorang periwayat pda tempat
sanad manapun ketersendirian itu terjadi.
KEHUJJAHAN HADITS AHAD
 Jumhur ulama baik dari kalangan sahabat, tabi’in, serta
para ulama setelah mereka baik dari kalangan ahli hadits,
ahli fiqh dan ahli ushul, berpendapat bahwa hadits ahad
yang sahih dapat dijadikan hujjah yang wajib diamalkan.
 Dasar argumentasi kewajiban beramal dengan hadits
ahad adalah kewajiban syar’I bukan akli.
HADITS DITINJAU DARI SEGI
KUALITASNYA
 1. Hadits Maqbul
 hadits maqbul menurut bahasa: yang diambil dan yang
dibenarkan atau diterima.
 Hadits Maqbul menurut istilah: hadits yang telah sempurna
syarat-syarat penerimaannya.
 Hadits maqbul dibagi menjadi dua: hadits shahih dan hasan.

 2. hadits mardud.

 Hadis mardud secara bahasa: yang ditolak atau tidak diterima.

 Hadis mardud secara istilah: hadis yang tidak memenuhi


syarat-syarat atau sebagian syarat hadis maqbul.
 Hadis mardud dibagi menjadi 2: yadis do’if dan maudhu’. Wa
Allahu A’lamu bi Shawab.

Anda mungkin juga menyukai