Anda di halaman 1dari 41

GANGGUAN ENDOKRIN

Kelompok 4
DHIRA RAHMA F.
LUTHFIYYA NUR A.
NABILLA NUR
NURUL PUSPA
RAFIQOH NUR H.
KELOMPOK 4
DIABETES
MELITUS
• Diabetes melitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau
gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai
dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan
metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein sebagai akibat insufisiensi
fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat disebabkan oleh
gangguan atau defisiensi produksi insulin oleh sel-sel beta Langerhans
kelenjar pankreas, atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel
tubuh terhadap insulin (WHO, 1999).
Klasifikasi diabetes melitus
• Diabetes mellitus tipe 1
• Diabetes melitus tipe 1 disebabkan oleh kegagalan tubuh untuk
memproduksi insulin.
• Diabetes tipe ini dapat terdeteksi ketika seseorang berusia muda, bahkan anak-
anak dan sebagian besar penderitanya kurus. Penderita akan membutuhkan
insulin dari luar tubuh secara rutin terus-menerus sepanjang hidupnya.
Klasifikasi diabetes melitus
• Diabetes mellitus tipe 2
• Diabetes melitus tipe 2 disebabkan karena kekurangan insulin, dimana tubuh tidak
menghasilkan insulin dalam jumlah yang cukup atau insulin yang dihasilkan tidak dapat bekerja
secara memadai.
• Hal ini menyebabkan tubuh memiliki masalah dalam mengubah karbohidrat menjadi energi
sehingga terjadi peningkatan kadar glukosa dalam darah.
• Diabetes tipe 2 merupakan jenis penyakit yang dapat menyerang orang dari segala usia, namun
mayoritas terjadi pada orang berusia diatas 30 tahun.
• Penderita diabetes tipe 2 dapat mengontrol kadar gula darahnya dengan diet, olahraga, antidiabetik
oral atau kadang-kadang memerlukan suntikan insulin. Apabila tidak melakukan terapi pengobatan
dan perubahan gaya hidup yang tepat maka dapat menimbulkan resiko penyakit jantung, kebutaan,
kerusakan saraf dan organ, dan kondisi serius lainnya.
Klasifikasi diabetes melitus
Diagnosa diabetes melitus
Diabetes melitus ditegakan atas dasar pemeriksaan kadar • Gula Darah Acak (GDA)
gula darah. Pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan • Rentang normal dari GDA adalah 80mg/dL-
adalah pemeriksaan glukosa secara enzimatik dengan 200mg/dL.
bahan darah plasma dari pembuluh darah vena.
• HbA1c
Pemeriksaan ini dilakukan di laboratorium. Berikut
rentang normal hasil pemeriksaan glukosa dalam darah : • HbA1c atau Hemoglobin A1c adalah komponen
minor dari hemoglobin yang berikatan dengan
• Gula Darah Puasa (GDP) glukosa. Pemeriksaan HbA1c adalah pemeriksaan
• Puasa adalah suatu kondisi tidak ada asupan kalori yang dapat menggambarkan rata-rata gula darah
minimal 8 jam. Rentang normal dari GDP adalah selama 2-3 buan terakhir sehingga dapat
80mg/dL-126mg/dL.
digunakan untuk melihat seberap baik pengobatan
• Gula Darah 2jam Setelah Makan diabetes melitus. Nilai normal HbA1c adalah 4-
• Pemeriksaan Gula Darah 2jam Setelah Makan adalah 5,6%,mengindikasikan prediabetes adalah 5,7-
suatu kondisi dengan beban kalori 75gram. Rentang 6,4% dan mengindikasikan diabetes >6,5%.
normal dari Gula Darah 2jam Setelah Makan adalah
80mg/dL-200mg/dL.
Tanda dan gejala
• Poliuri (peningkatan frekuensi buang air kecil karena kelebihan produksi air seni)
• Polidipsi (rasa haus berlebihan)
• Polifagi(merasa lapar berlebihan)
• Berat badan menurun
• Lemah
• Kesemutan
• Luka/ bisul tak sembuh sembuh
ETIOLOGI & FAKTOR
RESIKO
Etiologi diabetes melitus
Diabetes melitus merupakan suatu sindroma klinik yang ditandai oleh poliuri, polidipsi, dan polifagi serta
peningkatan kadar glukosa atau disebut hiperglikemia yaitu suatu kadar gula darah yang tingginya sudah
membahayakan (farkolUI,2009).
Hal tersebut dikarenakan tubuh tidak mampu mengendalikan jumlah gula, atau glukosa, dalam aliran darah dan
terjadi akibat sekresi insulin yang tidak adekuat atau tidak ada, dengan atau tanpa gangguan kerja insulin
(Katzung,2007).
Insulin merupakan suatu hormon polipeptida yang disintesis oleh sel khusus di pancreas yaitu sel beta pulau
Langerhans. Insulin memberi sinyal kepada sel tubuh agar menyerap glukosa. Insulin, bekerja dengan hormone
pancreas lain yang disebut glukagon, juga mengendalikan jumlah glukosa dalam darah. Apabila tubuh
menghasilkan terlampau sedikit insulin atau jika tubuh tidak menanggapi insulin dengan tepat terjadilah
diabetes mellitus. Gangguan metabolisme lemak dan protein serta resiko timbulnya gangguan mikrovaskular
dan makrovaskular meningkat dapat terjadi apabila diabetes mellitus tidak segera diatasi
Faktor resiko
Faktor Resiko Diabetes Melitus tipe 1
• Faktor keturunan
Seorang anak dengan ayah pengidap diabetes tipe 1 mempunyai resiko yang lebih
besar menderita diabetes tipe 1 dibandingkan anak dengan ibu pengidap diabetes tipe
1. Karena resiko ini maka pernikahan antar sesame penderita diabetes sangat tidak
dianjurkan, baik penderita diabetes tipe 1 maupun tipe 2.
• Penyakit autoimun
Penyakit ini menyebabkan sel-sel darah putih menyerang dan menyebabkan kerusakan
organ pancreas. Penderita seperti ini terdeteksi mempunyai antibody terhadap insulin
(menganggap insulin tubuhnya sendiri sebagai benda asing yang harus diserang).
• Faktor lingkungan
Misalnya: infeksi virus (gondongan, campak jerman, coxsackie – virus yang masuk ke
dalam saluran pencernaan tapi bisa menyebabkan radang selaput otak), bakteri (infeksi
gigi), atau sesuatu yang berkaitan dengan nutrisi (memperkenalkan susu sapi terlalu
dini).
Faktor resiko
• Riwayat keluarga • Sedentary lifestyle (kebiasaan tidak banyak bergerak).

Orang tua atau saudara kandung menderita diabetes. Hal ini Semakin anda kurang aktif bergerak, semakin besar resiko
umumnya berkaitan dengan pola hidup dan pola makan. terkena diabetes. Manfaat aktifitas fisik dan olahraga:
- Membantu menurunkan berat badan
• Kelebihan berat badan
- Membantu menggunakan glukosa sebagai sumber energy.
80 – 85% dari penderita diabetes tipe 2 mengalami kelebihan
- Membuat sel-sel tubuh lebih sensitive terhadap insulin.
berat badan bahkan kegemukan/obesitas. Banyaknya
- Membantu membentuk otot, sehingga sebagian besar
jaringan lemak pada mereka yang kelebihan berat badan
glukosa di dalam darah akan diserap ke dalam otot. Jika anda
menyebabkan sel-sel tubuh makin resisten terhadap insulin.
kekurangan otot akan lebih banyak glukosa yang berada di
Yang juga penting adalah di bagian mana kelebihan berat
dalam darah.
badan tersebut terjadi. Misal: di perut akan beresiko lebih
besar. Kabar baiknya adalah kadar gula darah akan turun • Usia
seiring dengan penurunan berat badan. Usia ini sering berkaitan dengan makin jarangnya beraktifitas
fisik / berolahraga, sehingga lebih sedikit jaringan otot yang
terbentuk dan bertambahnya berat badan
Faktor resiko

• Pernah menderita GDM atau pernah melahirkan bayi dengan berat > 4,1 kg.
• Hipertensi (≥ 149 / 90 mmHg)
• Hiperlipidemia
• HDL ≤ 35 mg/dL, trigliserida ≥250 mg/dL, atau keduanya
• Merokok
PATHOGENESIS
Patogenesis
• Insulin adalah hormon yang dikeluarkan oleh sel beta pankreas → yang mengangkut glukosa ke
dalam sel → untuk digunakan sebagai energi dan disimpan sebagai glikogen: mengubah makanan
menjadi energi → juga merangsang sintesis protein dan penyimpanan asam lemak bebas dalam
timbunan lemak.
• Pada DM, insulin tidak cukup dalam jumlah (tipe 1) atau tidak efektif dalam tindakan (tipe 2)
• Kekurangan insulin → mengganggu akses jaringan tubuh ke nutrisi penting untuk bahan bakar dan
penyimpanan.
• Ketika kadar glukosa meningkat secara normal (misalnya, setelah makan,) → sel beta meningkatkan
sekresi insulin untuk mengangkut dan membuang glukosa ke jaringan perifer → dengan demikian
menurunkan kadar glukosa darah dan membangun kembali homeostasis glukosa darah.
• Kerusakan pada pankreas, hati, atau otot rangka, tunggal atau kolektif, dapat berkontribusi terhadap
homeostasis glukosa abnormal.
Patogenesis
• Biasanya, setelah makan, kadar glukosa darah naik → Hati
mengambil sejumlah besar glukosa ini → untuk
penyimpanan atau untuk digunakan oleh jaringan lain
seperti otot rangka dan lemak,
• Ketika insulin kekurangan atau fungsinya terganggu →
glukosa dalam sirkulasi umum tidak diambil atau
dihilangkan oleh jaringan-jaringan ini → sehingga terus
menumpuk di dalam darah.
• Karena glukosa baru belum disimpan di hati → hati
menghasilkan lebih banyak glukosa dan melepaskannya ke
sirkulasi umum → yang meningkatkan kadar glukosa darah
yang sudah meningkat.
Patogenesis
• Ketika kekurangan insulin yang sebenarnya ada, seperti yang terjadi pada diabetes DM tipe 1, ada tiga masalah
metabolisme utama berikut ini:
• (1) penurunan pemanfaatan glukosa (seperti yang dijelaskan),
• (2) peningkatan mobilisasi lemak, dan
• (3) gangguan pemanfaatan protein.

• Sel-sel yang membutuhkan insulin untuk mengangkut glukosa di dalam sel, seperti pada otot rangka dan jantung dan
jaringan adiposa → paling terpengaruh
• Sedangkan jaringan saraf, eritrosit, dan sel-sel usus, hati, dan tubulus ginjal, yang tidak memerlukan insulin untuk
transportasi glukosa → paling sedikit terpengaruh.
• Karena orang dengan DM tipe 2 terus memproduksi dan menggunakan sejumlah insulin endogen, masalah
metabolisme yang terkait dengan penggunaan lemak dan protein yang tidak tepat untuk energi tidak terjadi dengan
parah.
• Orang dengan DM tipe 2 tidak rentan terhadap ketoasidosis dan gangguan metabolisme yang terkait dengan DM tipe
1. Mereka, bagaimanapun, masih beresiko besar untuk diuresis osmotik hiperglikemik, dehidrasi, syok, dan
hilangnya elektrolit.
MANIFESTASI KLINIS
• Pada berbagai organ
• Pasa sistem Muskuloskeletal
• Pada sistem saraf
Pada Berbagai
Organ
Komplikasi diabetes melitus mikrovaskular

• Yang termasuk komplikasi diabetes melitus


mikrovaskular yakni kerusakan pada mata
(retinopati), pada ginjal (nefropati), dan
pada saraf (neuropati).
1. Retinopati diabetik pada mata
• Retinopati diabetik adalah komplikasi diabetes melitus yang memengaruhi
pembuluh darah kecil pada retina mata, dan menjadi salah satu penyebab utama
kebutaan dan gangguan penglihatan. Retinopati diabetik dapat terjadi pada orang
yang menderita diabates melitus tipe 1 maupun tipe 2.

• Pada awalnya, penderita retinopati diabetik mungkin tidak menunjukkan gejala.


Namun, seiring berjalannya waktu, penderita komplikasi diabetes melitus ini dapat
melihat titik hitam saat melihat, sulit untuk membedakan warna, serta penglihatan
kabur. Orang yang mengalami retinopati diabetik juga dapat mengalami
kehilangan penglihatan.
2. Nefropati diabetik pada ginjal
• Nefropati diabetik atau disebut juga dengan penyakit ginjal diabetik, terjadi jika
diabetes tipe 1 atau tipe 2 merusak pembuluh darah di organ ginjal. Hal ini dapat
terjadi, karena tingginya kadar gula dalam darah menyebabkan kondisi hipertensi,
yang juga meningkatkan tekanan pada sistem penyaringan di ginjal.

• Sama seperti retinopati diabetik, penderita nefropati diabetik juga sering tanpa gejala
pada awalnya. Jika masuk ke fase yang lebih parah, Anda dapat mengalami beberapa
tanda, di antaranya pembengkakan pada beberapa bagian tubuh (seperti kaki, mata,
dan tangan), mual, muntah, gatal terus menerus, sering buang air kecil, serta
kehilangan nafsu makan.
3. Neuropati diabetik pada saraf
• Neuropatik merupakan komplikasi diabetes melitus, yang paling umum terjadi.
Komplikasi ini menyebabkan kerusakan pada saraf sekujur tubuh, dan paling
sering terjadi di area kaki.
• Ada beberapa jenis neuropati diabetik. Namun, yang paling umum terjadi yakni
neuropati periferal. Pada jenis ini, neuropati diabetik memengaruhi kaki di tahap
awal, yang kemudian menjalar ke tangan dan lengan. Beberapa gejala yang
dialami penderita neuropati diabetik, yakni mati rasa, kesemutan, serta kehilangan
refleks di kaki dan kemampuan koordinasi tubuh.
 Komplikasi diabetes melitus makrovaskular
Kadar gula darah yang tinggi pada penderita diabetes melitus, dapat menumpuk di pembuluh
darah yang mengakibatkan adanya penyumbatan (aterosklerosis). Adanya penyumbatan tersebut
mengakibatkan aliran darah juga terhambat, yang berujung pada beberapa komplikasi seperti:
• Serangan jantung, karena aliran darah ke jantung terhambat
• Stroke, karena aliran darah ke otak terganggu
• Rasa sakit dan penurunan kemampuan pemulihan terhadap infeksi
• Karena komplikasi diabetes makrovaskular dapat berbeda, gejalanya juga bervariasi. Beberapa
di antaranya yakni rasa sakit di dada, nyeri pada kaki, kebingungan, dan kelumpuhan
(paralisis).
Pada Sis.
Muskuloskeletal
Frozen Shoulder Dupuytren’s Disease

LJMS Diffuse Idiopathic Skeletal Hyperostosis


Pada Sistem Muskuloskeletal
• Komplikasi muskuloskeletal merupakan salah satu komplikasi yang mulai cukup banyak ditemukan, walau
jarang dievaluasi lebih mendalam.
• Manifestasi klinis biasanya kurang dikenali dan tidak mendapat penatalaksanaan yang tepat dibandingkan
komplikasi lainnya seperti neuropati, nefropati, dan retinopati.  
• Molsted, dkk. menemukan bahwa nyeri muskuloskeletal lazim ditemukan pada penderita DM tipe 2
dibandingkan populasi umum. Nyeri muskuloskeletal dilaporkan lebih sering terjadi pada perempuan. Pada
kedua jenis kelamin, nyeri berhubungan dengan indeks massa tubuh (IMT) yang besar, pola hidup sedentary ,
dan adanya gangguan fungsi fosik.
• Lokasi yang sering mengalami keluhan antara lain lengan, tangan, lutut, dan pinggang. Kondisi tersebut dapat
membatasi pergerakan sendi atau otot yang terkena, sehingga terjadi gangguan fungsional.
• Patofisiologi sering dikaitkan dengan peningkatan pembentukan advanced glycosylation end products 
(AGEs) yang menyebabkan gangguan tingkat seluler yang dapat mengubah struktur matriks dan sifat
mekanik dari jaringan
Frozen Shoulder
• Frozen shoulder   atau disebut juga adhesive capsulitis  atau shoulder periarthritis merupakan manifestasi
muskuloskeletal yang mengacu pada kekakuan sendi glenohumeral akibat penebalan dan kontraksi kapsul sendi
menyebabkan penurunan cukup besar kapasitas volume kapsul.
• Prevalensi frozen shoulder   pada pasien diabetes melitus sebesar 11-30%.1,9  Sebuah studi cross-sectional  pada
294 pasien DM tipe 1 dan 134 pasien DM tipe 2 menyebutkan bahwa prevalensi frozen shoulder   atau shoulder
periarthritis masing-masing sebesar 10% dan 22%. 10
• Keluhan timbul perlahan-lahan berupa nyeri dirasakan terutama pada malam hari, kekakuan, berkurangnya range
of motion (ROM), terutama pada rotasi eksternal dan abduksi.
• Nyeri akan makin progresif yang selanjutnya dapat menyebabkan kontraktur kapsul sendi dan melekat pada kaput
humeri, sehingga terjadi pengurangan volume sendi.
• Perjalanan penyakit ditandai dengan tiga fase, yaitu: (1) fase nyeri (2) fase adhesive, dan (3) fase resolusi.
• Frozen shoulder   lebih sering ditemukan pada pasien yang telah lama menderita diabetes, biasanya DM tipe 1 dan
keluhan sering bilateral dibanding pada pasien non-diabetes
Frozen Shoulder
• Untuk mendiagnosis frozen shoulder dapat melihat kriteria berikut:
• nyeri pada bahu kurang lebih selama 1 bulan
• ketidakmampuan untuk berbaring satu sisi pada bahu yang tekena
• pergerakan yang terbatas baik aktif maupun pasif pada persendian bahu.

• Frozen shoulder   yang disertai dengan nyeri, bengkak, distrofi kulit, dan ketidakstabilan vasomotor pada
tangan menyebabkan kondisi yang disebut sindrom bahu tangan (shoulder-hand syndrome), kondisi yang
jarang namun berpotensi menyebabkan disabilitas pada penderita diabetes. Pemeriksaan X-ray dilakukan
untuk menyingkirkan beberapa kondisi lain.
• Penatalaksanaan frozen shoulder   meliputi analgesik, injeksi kortikosteroid intra-artikuler, dan fisioterapi. 
• Harus diingat bahwa injeksi kortikosteroid dapat meningkatkan kadar gula darah 24-48 jam setelah
penyuntikan. Oleh karena itu, perlu pemantauan kadar gula darah dan dipersiapkan rencana penanganannya
LJMS
• Sindrom kelainan muskuloskeletal 4 kali lebih sering pada pasien diabetes dibanding pada
pasien non-diabetes.
• Limited joint mobility syndrome (LJMS) atau dikenal juga dengan diabetic
cheiroarthopathy atau diabetic stiff  hand syndrome  adalah suatu kondisi non-inflamasi
tanpa rasa nyeri disertai terbatasnya mobilitas tangan, kaki, dan sendi besar.
• Gangguan ini sering disebut sebagai suatu manifestasi intrinsik DM, terutama pada tipe 1,
dengan prevalensi 8-58%, sedangkan pada beberapa penelitian prevalensi pada DM tipe 2
sebesar 8-76%. Kelainan tangan dan bahu lebih sering terjadi pada pasien diabetes.
• Gejala timbul perlahan tanpa rasa nyeri, diawali perubahan kulit sekitar persendian
metakarpo-falangeal dan proksimal interfalangeal jari kelima disusul kelainan jari lainnya.
• Pada fase awal terdapat parastesia dan nyeri yang akan makin progresif dan dipicu oleh gerakan
tangan.
• Kulit akan berubah menjadi tebal, kaku, licin menyerupai lilin (waxy ) mirip skleroderma. 
• Pasien tidak mampu meluruskan sendi metatarsofalangeal secara penuh disebut “prayer sign”.
Dupuytren’s Disease
• Dupuytren’s disease  (DD) atau disebut  juga dupuytren contracture 
adalah suatu bromatosis tangan, ditandai penebalan fasia palmaris,
nodul di palmar dan jari-jari, penebalan dan perlekatan pada kulit,
pembentukan  pre-tendinous band , dan kontraktur berupa fleksi
jari-jari.
• Kontraktur disebabkan terjadinya fibrosis dan pembentukan nodul
pada fasia palmaris.
• Prevalensi kasus DD dilaporkan sebanyak 5-21% pada pasien DM
dibandingkan pada populasi umum sebesar 3-9%. Prevalensi DD
 juga dilaporkan lebih tinggi pada usia tua dan telah menderita DM
lama.
Dupuytren’s Disease
• Pasien DD dengan riwayat DM memiliki gejala khas gangguan jari
tengah dan jari manis, sedangkan pada populasi umum lebih sering
mengenai jari kelingking dan jari manis dengan kontraktur lebih ringan.
Kriteria diagnostik antara lain adanya nodul palmar atau jari, penarikan
palmar atau kulit jari,  pretendinous band , dan kontraktur jari.
• Penatalaksanaan DD dapat dengan infiltrasi kortikosteroid intralesi,
pembedahan, dan fisioterapi.
• Terapi alternatif injeksi kolagenase yang berasal dari Clostridium
hystolyticum; kolagenase akan menyebabkan disintegrasi
cord  patologis melalui proses biokimia.
• Studi pada 308 pasien diabetes mendapatkan 6,5% menunjukkan
perbaikan kontraktur
Diffuse Idiopathic Skeletal Hyperostosis

• Diffuse idiopathic skeletal hyperostosis  (DISH) disebut juga ankylosing


hyperostosis  atau Forestier’s disease  merupakan klasifikasi dan
osifikasi ligamentum dan tendon terutama di daerah torakolumbal
tulang belakang, namun  juga dapat mengenai daerah ekstraspinal.
• Faktor yang mempengaruhi patofisiologi DISH termasuk faktor
metabolik, lingkungan, genetik, dan endokrin (contoh: insulin  dan
insulin-like growth factors  pada DM tipe 2).
• Mekanisme terjadinya DISH belum diketahui pasti, namun insulin,
growth hormon,  dan growth factor   (IGF-1) dianggap sebagai faktor
pemicu DISH.
• Gejala DISH timbul perlahan dan biasanya tidak disertai rasa nyeri.
Pada stadium lanjut, pasien dapat mengeluh nyeri punggung, kekakuan,
dan berkurangnya gerakan.
• Gangguan ini lebih sering terjadi pada tulang belakang torakal, servikal,
dan lumba
Pada Sistem Saraf
Pada Sistem Saraf

• Diabetes Mellitus (DM mempengaruhi pembuluh darah besar


(makrovaskular), pembuluh darah kecil (mikrovaskuler), dan saraf di
seluruh tubuh.
• Diabetes juga terkait dengan perkembangan patologi mikrovaskular
khusus diabetes di retina, dan saraf tepi.
• Akibatnya, diabetes adalah penyebab utama kebutaan, dan berbagai
neuropati yang melemahkan. Mikrovaskuler penyakit pada retina.
Pada Sistem Saraf

Sebagai contoh:
• Neuropati pada diabetes mungkin hasil dari peningkatan jalur fluks
poliol dan terkait dengan akumulasi dalam sel-sel saraf sorbitol,
produk sampingan yang tidak tepat metabolisme glukosa →
Akumulasi ini kemudian menghasilkan pergeseran cairan dan
elektrolit yang abnormal dan disfungsi sel saraf → Kombinasi
kekacauan metabolisme ini dan berkurangnya perfusi vaskular ke saraf
jaringan berkontribusi pada masalah parah neuropati diabetik
Tanda dan Gejala Kardinal

• Pada diabetes tipe 1, gejala hiperglikemia yang ditandai termasuk poliuria,


polidipsia, penurunan berat badan dengan polifagia, dan kabur
• Tipe 2 diabetes sering tidak terdiagnosis selama bertahun-tahun
Karena onset DM tipe 2 seringkali cukup bertahap tanda-tanda klasik
hiperglikemia tidak diperhatikan. → Lebih umumnya, mereka mungkin
mengalami pengaburan visual, neuropatik komplikasi (mis., nyeri kaki),
infeksi, dan kelainan lipid darah. → Sering, orang tersebut mengalami salah
satu komplikasi jangka panjang DM seperti neuropati, retinopati, atau
nefropati.
Retinopati dan Nefropati.
• Retinopati diabetes adalah komplikasi vaskular yang sangat spesifik pada orang
dengan DM tipe 1 dan tipe 2 dan prevalensinya berkorelasi erat dengan durasi dan
kontrol darah tinggi kadar glukosa Setelah 20 tahun dengan DM, hampir semua
individu dengan DM tipe 1 dan lebih dari 60% tipe 2 DM memiliki beberapa tingkat
retinopati.
• Retinopati diabetik merupakan ancaman serius bagi penglihatan. Oklusi
mikrovaskuler yang mendasari menyebabkan retina di daerah progresif iskemia retina
dan jaringankematian menyebabkan retinopati diabetik.
• Yang akhirnya mengakibatkan kerusakan kritis struktur penyaringan ginjal,
menyebabkan nefropati diabetik. Kehadiran sejumlah kecil albumin dalam urin adalah
bukti klinis awal dari nefropati
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai