Anda di halaman 1dari 10

BAB III

PERKEMBANGAN SISTEM
P E N G O B ATA N H E R B A L I N D O N E S I A
K O D E S O A L B

NAMA ANGGOTA :
1. WAKHIDATUL PUTRI ISMIRANTI ( 1041711145 )
2. WIDYA RUDIANA ( 1041711147 )
PENDAHULUAN
Pada mulanya penggunaan obat digunakan secara empirik dari tumbuhan, berdasarkan pengalaman. Menurut :
a. Paracelsus (1541-1493 SM) berpendapat bahwa untuk membuat sediaan obat perlu pengetahuan kandungan zat
aktifnya.
b. Hippocrates (459-370 SM) yang dikenal sebagai bapak kedokteran, dalam praktek pengobatannya telah
menggunakan lebih dari 20 jenis tumbuhan.
c. Claudius Galen (200-129 SM) menghubungkan penyembuhan penyakit dengan teori kerja obat yang merupakan
bidang ilmu farmakologi.
d. Ibnu Sina (980-1037 SM) telah menulis beberapa buku tentang metode pengumpulan dan penyimpanan
tumbuhan obat serta cara pembuatan sediaan seperti pil, supositoria, sirup dan mengabungkan pengetahuan
pengobatan dari berbagai negara, yaitu Yunani, India, Persia dan Arab untuk menghasilkan pengobatan yang
lebih baik.
e. Jihann Jkaob Wepfer (1620-1695) orang pertama yang melakukan penelitian farmakologi dan toksikologi pada
hewan percobaan. Percobaan hewan merupakn uji praklinik yang sampai sekarang merupakan persyaratan
sebelum obat diuji coba secara klinik pada manusia.
SUMBER OBAT
• Pengembangan bahan obat diawali dengan sintesis atau isolasi dari berbagai sumber, yaitu dari tanaman(glikosida
jantung untuk mengobati jantung), jaringan hewan (heparin untuk mencegah pembekuan darah), kultur mikroba
(penisilin G sebagai antibiotik pertama), urin manusia (choriogonadotropin) dan teknik bioteknologi dihasilkan
human insulin untuk menangani penyakit diabetes.
• Uji yang harus ditempuh oleh calon obat adalah uji praklinik dan uji klinik.
• Uji praklinik merupakan persyaratan uji untuk calon obat, sehingga diperoleh informasi tentang efikasi(efek
farmakologi), profil farkokinetik dan toksisitas calon obat.
• Penelitian toksisitas merupakan cara pontensi untuk mengevaluasi :
a. Toksisitas yang berhubungan dengan pemebrian obat akut atau kronis
b. Kerusakan genetik (genotoksisitas,mutagenisitas)
c. Pertumbuhan tumor (onkogeniditas atau karsinogenisitas)
d. Kejadian cacat waktu lahir (teratogenisitas)
• Setelah calon obat dinyatakan mempunyai kemanfaatan dan aman pada hewan percobaan dilakukan uji pada
manusia (uji klinik).
• Keputusan untuk mengakui obat baru dilakukan oleh BPOM.
BAHAN BAKU
Proses Preparasi Simplisia :
1. Siap dipakai dalam bentuk serbuk halus untuk diseduh sebelum diminum (jamu).
2. Siap dipakai untuk dicacah dan digodog sebagi jamu godokan(infus).
3. Diproses selanjutnya untuk dijadikan produk sediaan farmasi lain yang umumnya melalui proses
ekstraksi, separasi, pemurnian yaitu menjadiekstrak, fraksi atau bahan isolat senyawa murni.
Variasi senyawa kandungan dalam produk hasil panen pertumbuhan obat (in vivo) disebabkan aspek
sebagai berikut:
a. Genetik (bibit)
b. Lingkungan (tempat tumbuh, iklim)
c. Rekayasa agronomi (fertilizier, perlakuan selama masa tumbuh)
d. Panen (waktu dan pasca panen)
• Proses pemanenan dan preparasi simplisia merupakan proses yang dapat menentukan mutu simplisiia,
yaitu komposisi senyawa kandungan, kontaminasi dan stabilitas bahan.
Tiga Konsep Menyusun Parameter Standar Umum :
1. Bahwa simplisia sebagai bhan kefarmasian seharusnya memenuhi 3 parameter mutu umum suatu
bahan, yaitu kebenaran jenis (identifikasi),kemurnian (bebas dari kontaminasi kimia dan biologi)
serta aturan perstabilan (wadah, penyimpanan dan transportasi).
2. Bahwa simplisia sebagai bhan produk dan produk konsumsi manusia sebagi oabat tetap diupayakan
memenuhi 3 paradigma seperti produk kefarmasian lainnya, yaitu Quality-Safety-Efficacy (Mutu-
Aman-Manfaat).
3. Bahwa simplisia sebagai bahan dengan kandungan kimia yang brtanggung jawab terhadap respon
biologis harus mempunyai spesifikasi kimia, yaitu informasi komposisi (jenis dan kadar) senyawa
kandungan.
PENGOLONGAN OBAT ALAM
1. Jamu (Emperical based herbal medicine)
Jamu adalah obat tradisional yang disediakan secara tradisonal, misalnya dalam bentuk serbuk seduhan,
pil, dan cairan yang berisi seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut serta digunakan secara
tradisional. Bentuk jamu tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai dengan klinis, tetapi cukup dengan
bukti emperis.
2. Obat Herbal Terstandar (Scientific based herbal medicine)
OHT adalah obat tradisional yang disajikan dari ekstrak atau penyarian bahan alam yang dapat berupa
tanaman obat, binatang, maupun mineral. Selain proses produksi denga tehnologi maju, jenis ini pada
umumnya telah ditunjang dengan pembuktian ilmiah berupa penelitian praklinik se[erti standart kandungan,
kandungan bahan berkhasiat, standart pembuatan ekstrak tanaman obat, standar pembuatan obat tradisional
yang higenis, dan uji toksisitas akut maupun kronis.
3. Fitofarmaka (Clinical based herbal medicine)
Fitofarmaka adalah obat tradisonal dari bahan alam yang dapat disejajarkan dengan obat modern karena
pembuatannya yang telah terstandar, ditunjang dengan bukti ilmiah sampai dengan uji klinik pada manusia.
PENANDAAN OBAT ALAM
PENGEMBANGAN FITOFARMAKA
Visi Obat Herbal Indonesia
“obat herbal indonesia dimanfaatkan secara optimal terutama untuk peningkatan dan
pemeliharaan kesehatan, baik melalui pengobatan sendiri maupun pelayanan kesehatan formal”
Kebijakan Obat Herbal Indonesia
1. Budidaya tanaman obat (Argo Medicine).
2. Standarisasi obat herbal terutama simplisia dan sediaan ekstrak.
3. Meningkatkan penelitian dan pengembangan dengan memperkuat jaringan kerjasama antara
industri dan lembaga riset.
4. Pembinaan industri obat herbal.
5. Jaminan mutu dan keamanan (safety)
PENGGUNAAN OBAT HERBAL DI
TINGKAT GLOBAL
1. Integrative, pengobatan tradisional secara resmi telah diakui dan telah digabungkan secara utuh ke
dalam sistem kesehatan masyarakat, mencangkup kebijakan nasional, regulasi, penerapan pada
semua tingkat pelayanan kesehatan, pendidikan dan penelitian.
2. Insklusif, pengobatan tradisional hanya diakui sebagian secara formla dan dimanfaatkkan pada
bagian-bagian tertentu saja dalam sistem kesehatan masyarakat.
3. Toleran, sistem kesehatan masyarakat berdasarkan pada kedokteran modern tetapi praktek
pengobatan tradisional tidak dilarang oleh undang-undang.
4. Ekslusif sistem ekslusif pada realitasnya hampir tidak ada yaitu praktek pengobatan tradisional
yang dilarang oleh undang-undang
ARAH PENGEMBANGAN OBAT HERBAL
INDONESIA
• Pembuktian empiris turun temurun Jamu

• Uji pra-klinik simplisia Obat tradisional


telah terstandarisasi sediaan ekstrak alam

• Uji klinik Fitofarmaka

Anda mungkin juga menyukai