Anda di halaman 1dari 47

HEMOPTISIS ETCAUSA TUBERCULOSIS PARU

Laporan Kasus Kelompok 2 dan Kelompok 8


Residen Pembimbing : dr. La Ode Muhammad Nazar Ghazali Yusuf

A. Ika Sari Mutmainna C014181080

Batari Tenriawaru Jamil C014181082

Rehand Chandra Montolalu C014182262

Nur Ramadhani Ulfa C11114326


Identitas Pasien

 Nama : Tn. AP

 Jenis kelamin : Laki-laki

 Tanggal lahir : 11 Oktober 1974 ( 44 tahun)

 Agama : Katolik

 Alamat : Jl. Frans Kaisepo

 Rumah Sakit : RS WAHIDIN MAKASSAR

 RM : 885766

 Tanggal masuk : 15 Juni 2019


Anamnesis

 Keluhan utama : Batuk darah

 Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan batuk darah sejak 3 minggu yang lalu tidak setiap hari ,
berupa bercak darah memberat sejak 1 minggu terakhir sebanyak <50 cc berwarna merah segar. Batuk
sejak 1 minggu yang lalu, dahak warna putih, kadang bercampur dengan darah. Sesak tidak ada, nyeri
dada ada sejak 3 hari yang lalu. Berat badan menurun sebanyak 3kg dalam 1 bulan lalu, keringat
malam tanpa aktivitas tidak ada, demam tidak ada.

 Riwayat minum OAT kategori 1 sejak 4 hari yang lalu dari dr. RN, SpPD dan didapatkan sputum BTA
Positif (2+). Riwayat DM sejak 3 tahun yang lalu, berobat tidak teratur. Konsumsi Insulin sejak 4 hari
yang lalu Novomix 10-0-8, Levemir 0-0-10 iu/subkutan. Riwayat merokok 1-2 batang per hari sekitar
20 tahun. Riwayat Stroke (Hemiparese sinistra) 1 bulan yang lalu dan mengonsumsi obat Piracetam,
Clopidogrel, Aspirin, Citikolin, Atorvastatin. Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga tidak ada.
Pemeriksaan Fisis
Keadaan Umum: Sakit sedang / gizi cukup / composmentis (E4M6V5)

Tanda Vital T : 110/60 mmHg

N : 82 x/menit,

P : 20x/menit, tipe vesikuler

S : 36.50C, axilla

sO2 : 97% tanpa modalitas

BB : 59 kg

TB : 175 cm

IMT :19,28 kg/m2


Pemeriksaan Fisis

 KEPALA

Mata : Sclera ikterik tidak ada, anemis tidak ada, edema palpebra tidak ada, pupil isokor

Leher : kaku kuduk tidak ada, pembesaran kelenjar limfe tidak ada

  THORAX

Bentuk : Normochest

Inspeksi: Simetris kiri-kanan. Sikatris tidak ada, venetaksis tidak ada, massa tidak ada.

Palpasi : Vokal fremitus menurun pada apeks paru kanan, nyeri tekan tidak ada, tidak teraba massa

Perkusi : redup pada Apeks paru kanan

Auskultasi : Bunyi napas Vesikuler, ronkhi tidak ada, wheezing tidak ada
Pemeriksaan Fisis
 JANTUNG • ABDOMEN

Inspeksi : iktus cordis tidak terlihat Inspeksi : datar, mengikuti gerak napas
Auskultasi : peristaltik kesan normal
Palpasi : iktus kordis tidak teraba
Perkusi : timpani
Perkusi : bunyi redup, batas jantung normal Palpasi : nyeri tekan tidak ada, hepar dan lien

Auskultasi : bunyi jantung SI/SII murni regular, tidak ada bising tidak teraba

 EXTREMITAS

Inspeksi : Clubbing finger tidak ada

Palpasi : edema ekstremitas tidak ada


Pemeriksaan Laboratorium/15/06/2019

PEMERIKSAAN HASIL NILAI NORMAL

WBC 7.5 X 103 /uL 4.00 – 10.00 /uL


NEUT 73.6 % 50.0 – 70.0 %
LYMP 14.7 % 20.0 – 40.0 %

RBC 4.35 x 106 /uL 3.50 – 5.50 x 106 /uL

HGB 11.9 g/dL 11.0 – 16.0 g/dL


HCT 36 % 37.0 – 54.0 %
MCV 82 fL 80.0 – 100.0 fL
MCH 27 pg 27.0 – 34.0 pg
MCHC 33 g/dL 32.0 – 36.0 g/dL
PLT 536 x 103 /uL 150 – 450 /uL
Pemeriksaan Laboratorium/15/06/2019
Pemeriksaan Hasil Normal
GDS 199 140 mg/dl
HbA1c 8.5% 4-6 %
GDP 76
GD2PP 194

Fungsi Hati
SGOT 14 U/L <39 U/L
SGPT 14 U/L <40 U/L

Fungsi Ginjal
UREUM 26 mg/dl 10-50 mg/dl
KREATININ 0.95 <1,3 mg/dl

Elektrolit
NATRIUM 138 mmol/l 136-145 mmol/l
KALIUM 3.6mmol/l 3.5-5.2 mmol/l
KLORIDA 105 mmol/l 97-111 mmol/l
Pemeriksaan Laboratorium/15/06/2019
Faktor Koagulasi
PT 10.9 s 10-14 s
INR 1,06  
APTT 30.4 s 22-30 s

HbsAg Non reactive Non Reactive

Anti HCV Non reactive Non Reactive


FOTO THORAX PA
(09/05/2019)

Kesan:
- Pulmo: Hili Normal,
Corakan
Bronchovascular
Normal, Tampak
infiltrate di lapang
paru kanan

- Cor: tidak tampak


membesar
 
Klinis: TB Paru Aktif
ASSESMENT

 Hemoptisis et causa Tuberkulosis Paru

 Tuberkulosis Paru Bakteriologis Kasus Baru on Treatment OAT Kategori 1 Fase Intensif Hari
ke 5

 DM Tipe 2 Non Obese

 Post Stroke
Daftar Masalah
No. Diagnosis Subjective Objecive Planning

1. Hemoptisis • Batuk berdarah sejak 3 Thorax • GDS Premeal/day


ec TB Paru minggu lalu, memberat 1 • Bentuk: Normochest  
minggu terakhir. Batuk • Inspeksi: Simetris • Cek GDP, GD2PP, HbA1c
berdarah sekitar <50 cc • Palpasi: Vokal fremitus  
berwarna merah segar. menurun pada apeks paru • MsCT Scan Thorax dengan
• Nyeri dada ada pada dada kanan kontras
sebelah kanan sejak 1 bulan • Auskultasi: Vesikuler, ronkhi  
lalu dan wheezing tidak ada • Cek PT APTT INR
• Perkusi: redup pada apeks  
paru kanan • Follow Up batuk darah
 
Foto Thorax(9/5/2019) • Edukasi Batuk darah
TB Paru Aktif
Daftar Masalah
No. Diagnosis Subjective Objecive Planning

1. Hemoptisis • Batuk berdarah sejak 3 Thorax • GDS Premeal/day


bekas TB minggu lalu, memberat 1 • Bentuk: Normochest  
Paru minggu terakhir. Batuk • Inspeksi: Simetris • Cek GDP, GD2PP, HbA1c
berdarah sekitar <50 cc • Palpasi: Vokal fremitus  
berwarna merah segar. menurun pada apeks paru • MsCT Scan Thorax dengan
• Nyeri dada ada pada dada kanan kontras
sebelah kanan sejak 1 bulan • Auskultasi: Vesikuler, ronkhi  
lalu dan wheezing tidak ada • Cek PT APTT INR
• Perkusi: redup pada apeks  
paru kanan • Follow Up batuk darah
 
Foto Thorax(9/5/2019) • Edukasi Batuk darah
TB Paru Aktif
FOLLOW UP
Tanggal Subjektif Objektif Assessment Planning Terapi

16/6/2019 Pasien mengeluh masih batuk Keadaan umum : sakit sedang Hemoptisis et causa Cek GDS, Gd2PP, • IVFD NaCl 0,9%
disertai darah dengan volume Gizi cukup/Compos mentis tuberculosis paru HbA1c (17-6-19) • As. traneksamat 500
kira kira Follow up
 70cc/24jam, nyeri mg/ 8 jam/ Intravena
dada masih ada, sesak tidak Td: 110/70 Tuberkulosis Paru Cek PT/APTT/INR • Adona 1 amp/ 8 jam/
ada Nadi: 84 X/Menit Bakteriologis Kasus Intravena
Pernafasan: 20x/Menit Baru On Treatment Menunggu hasil CT • Codein
Suhu: 36’c OAT Kategori 1 Scan Thorax dengan 10mg/8jam/oral
Spo2: 97% tanpa modalitas Fase Intensif hari ke Kontras • 4FDC 3
GDS 6 tab/24jam/oral
06.24: 76mg/dl Sputum Sitologi • Novorapid 10-8-0
17.51: 186mg/dl DM Tipe 2 Non iu/subkutan
GD2PP Obese Edukasi dan Evaluasi • Levemir 0-0-10
Batuk darah iu/subkutan
I: Simetris kiri dan kanan Post Stroke • Procurplus 1
P: Vokal fremitus menurun pd apeks Usul Bronkoskopi tab/24jam
paru kanan
P: redup pada apeks paru kanan
A: Vesikuler, Ronkhi (-), Wheezing
(-)
FOLLOW UP
Tanggal Subjektif Objektif Assessment Planning Terapi

17/6/2019 Pasien mengeluh masih batuk Keadaan umum : sakit sedang Hemoptisis et causa Cek HbA1c (18/6/19) • IVFD NaCl 0,9%
disertai darah dengan volume Gizi cukup/Compos mentis tuberculosis paru • As. traneksamat 500
kira kira Follow up nyeri
 20-30cc/24jam, Cek PT/APTT/INR mg/ 8 jam/ Intravena
dada masih ada, sesak tidak Td: 110/70 Tuberkulosis Paru • Adona 1 amp/ 8 jam/
ada Nadi: 84 X/Menit Bakteriologis Kasus Menunggu hasil CT Intravena
Pernafasan: 20x/Menit Baru On Treatment Scan Thorax dengan • Codein
Suhu: 36’c OAT Kategori 1 Kontras 10mg/8jam/oral
Spo2: 97% tanpa modalitas Fase Intensif hari ke • 4FDC 3
GDS 6 Sputum Sitologi tab/24jam/oral
06.10: 93mg/dl • Novorapid 10-8-0
17.52: 199mg/dl DM Tipe 2 Non Edukasi dan Evaluasi iu/subkutan
Obese Batuk darah • Levemir 0-0-10
I: Simetris kiri dan kanan iu/subkutan
P: Vokal fremitus menurun pd apeks Post Stroke Usul Bronkoskopi • Procurplus 1
paru kanan tab/24jam
P: redup pada apeks paru kanan
A: Vesikuler, Ronkhi (-), Wheezing
(-)
FOLLOW UP
Tanggal Subjektif Objektif Assessment Planning Terapi

18/6/2019 Pasien mengeluh masih batuk Keadaan umum : sakit sedang Hemoptisis et causa Konsul Endokrin • IVFD NaCl 0,9%
disertai darah dengan volume Gizi cukup/Compos mentis tuberculosis paru • As. traneksamat 500
Follow up
 20cc/24jam,
kira kira nyeri Menunggu hasil CT mg/ 8 jam/ Intravena
dada berkurang, sesak tidak Td: 104/64 Tuberkulosis Paru Scan Thorax dengan • Adona 1 amp/ 8 jam/
ada Nadi: 82 X/Menit Bakteriologis Kasus Kontras Intravena
Pernafasan: 20x/Menit Baru On Treatment • Codein
Suhu: 36’c OAT Kategori 1 Edukasi dan Evaluasi 10mg/8jam/oral
Spo2: 98% tanpa modalitas Fase Intensif hari ke Batuk darah • 4FDC 3
GDS 6 tab/24jam/oral
06.24: 76mg/dl Usul Bronkoskopi • Novorapid 10-8-0
17.51: 186mg/dl DM Tipe 2 Non iu/subkutan
GD2PP Obese • Levemir 0-0-10
iu/subkutan
I: Simetris kiri dan kanan Post Stroke • Procurplus 1
P: Vokal fremitus menurun pd apeks tab/24jam
paru kanan
P: redup pada apeks paru kanan
A: Vesikuler, Ronkhi (-), Wheezing
(-)
DISKUSI
Definisi

Hemoptisis didefinisikan sebagai


ekspektorasi darah dari saluran
pernapasan bawah, baik disertai
dengan keluarnya lendir atau tidak. 3
Klasifikasi

1. Tidak masif:
< 200 ml/24 jam

2. Masif:
Berdasarkan banyaknya • > 600 ml/24 jam.
darah yang dikeluarkan, • < 600 ml, > 250 ml/24 jam,
menurut kriteria
RS Persahabatan Hb <10%.
Jakarta (1974). 4 • < 600 ml, >250 ml/24 jam,
Hb >10% dalam 48 jam
belum berhenti.
Epidemiologi

Kejadian hemoptisis cukup sering di jumpai di


RSUP Persahabatan Jakarta. Menurut laporan
Seriosna dkk (2010), kejadian hemoptisis pada
penderita rawat inap didapatkan

31,47% (164 penderita, tahun 2006),

30,99% (115 penderita, tahun 2007),

34,68% (171 penderita, tahun 2008). 5


Pada studi retrospektif terhadap Sedangkan insiden terbesar hemoptisis
pasien rawat inap maupun rawat
jalan di US, penyakit infeksi di Indonesia adalah penyakit infeksi
(60%) menjadi penyebab tersering sebanyak 60%, neoplasma 20%,
hemoptisis, yaitu penyakit kardiovaskular 10%, dan
bronkitis (26%), penyakit lainnya sebanyak 10%. 5
pneumonia (10%), dan

tuberkulosis (8%). 5

Etiologi
 Arteri Bronkial • Arteri Anastomosis kapiler kompleks terdapat diantara arteri
pulmonalis dan arteri bronkial sistemik. Ketika sirkulasi
Pulmonal
Menyuplai paru terganggu (misalnya pada penyakit tromboemboli,
nutrisi ke Arteri vaskulitis, atau vasokonstriksi hipoksia), pasokan
saluran napas pulmonalis bronkial meningkat secara bertahap sehingga
ekstra dan menyalurkan menyebabkan hyperflow di pembuluh darah anastomik,
99% darah yang kemudian menjadi hipertrofik dan dinding tipis
intrapulmonal
arteri ke paru- cenderung robek masuk ke ke alveoli dan bronkus,
dan arteri menyebabkan hemoptisis.
pulmonalis paru dan terlibat
(vasavasorum) dalam proses
tanpa terlibat pertukaran
dalam gas.
pertukaran gas

Vaskularisasi Paru7
Perdarahan pada:
Iritasi reseptor sensoris Melalui nervus efferen
-Trachea-bronchial tree yang diinervasi oleh (nervus spinal dan
- Parenkim paru cabang afferen nervus v, laringeal) darah
- Vaskuler pulmonal vii, x, dan nervus laringeal diekspektorasidengan atau
superior tanpa sekret.

2
atofisiologi
Infeksi menyebabkan
inflamasi mukosa dan edema
Mekanisme timbulnya perdarahan yang menyebabkan ruptur
kapiler superfisial.1
tergantung dari penyakit
penyebabnya
Perdarahan pada kanker paru
disebabkan oleh invasi atau
erosi pembuluh darah oleh
tumor.1
Patofisiologi
 Anamnesis

 Pemeriksaan fisik

 Laboratorium

• Foto Thoraks
• CT Scan Thoraks
• Bronkoskopi

diagnosis
Anamnesis2 Menanyakan riwayat merokok sugestif ke ca
bronkial atau bronkitis kronik.

Menanyakan riwayat batuk kronis, Riwayat pekerjaan, contohnya paparan


penurunan berat badan, keringat malam, asbes, dapat mengarahkan ke ca bronkial.
dan kontak dengan penderita TB
mengarahkan kepada diagnosa TB Paru.
Sesak saat aktivitas berat, orthopneu,
paroxysmal nocturnal dyspneu, dengan adanya
Demam akut, batuk dan nyeri dada dahak berbusa bisa saja sugestif gagal jantung
mengarahkan ke pneumonia viral atau atau mitral stenosis.
bakterial.
Riwayat batuk dengan dahak purulen
berlebihan menyarankan diagnosis Riwayat bepergian, riwayat konsumsi obat
bronkiektasis maupun abses paru. antikoagulan perlu ditanyakan.
Nyeri dada pleuriitik dan calf tenderness bisa
saja mengarahkan ke infark atau emboli paru. Mual, muntah, alcoholism, penggunaan
NSAID lama perlu ditanyakan untuk menyingkirkan
kemungkinan hematemesis.
Hemoptisis VS Hematemesis
Pemeriksaan Fisis2
Lakukan pemeriksaan fisis sistematis. Dimulai
dengan pemeriksaan tanda-tanda vital,
termasuk pemeriksaan saturasi oksigen. • Cachexia, clubbing, suara serak, atau
Cushing syndrome menunjukkan
• Perkusi redup pada apeks paru dan cachexia
malignansi paru.
mengarah ke TB Paru.
• Takikardi, JVP meningkat, S3 gallop,
• Clubbing jari ialah penanda bronchiectasis, abses
murmur jantung, thrill teraba,
paru, atau penyakit paru kronis yang berat.
mengarahkan ke gagal jantung dan mitral
• Suhu tubuh tinggi, takipneu, hipoksia, barrel
stenosis.
chest, purse lips breathing, perkusi timpani disertai
• Takikardi dispneu, fixed split S2, suara
mengi, suara jantung distal menunjukkan tanda
pleural friction rub, nyeri dan udem betis
bronkitis kronik eksaserbasi.
sugestif ke emboli paru.
Modalitas Diagnostik3

*Perlu dipertimbangkan untuk segera melakukan pemeriksaan sputum


BTA, kultur, atau Gene Xpert pada Pasien dengan Klinis TB Paru. 2
 Tujuan penatalaksanaan4 :
1. Mencegah asfiksia
2. Menghentikan perdarahan
3. Memperbaiki faal paru
4. Mencegah terjadinya aspirasi
5. Mengobati penyakit yang mendasari

TATALAKSANA
Alur Penatalaksanaan Hemoptisis3
Asfiksia karena
terendamnya saluran nafas
oleh darah biasanya
menjadi penyebab
kematian, dan biasa disusul
dengan kolaps • Mortalitas hemoptisis 7-30%.1
kardiovaskuler. 3 • Mortalitas hemoptisis masif 50%.1

Prognosis & KOMPLIKASI


TUBERKULOSIS
DEFENISI

Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium


tuberculosis complex

(Penanggulangan tuberculosis, PERMENKES 2016)


EPIDEMIOLOGI
Berdasarkan WHO pada tahun 2015, prevalensinya
mencapai 9,6 juta orang dengan kematian mencapai
1,5 juta jiwa dengan angka kematian 320 ribu jiwa
diantaranya meninggal dengan positif HIV. Adapun 3
negara dengan angka kejadian TB tertinggi di dunia
adalah India, Indonesia, dan China. Sedangkan di
Indonesia tahun 2015 ditemukan sebanyak 330.910
kasus
Dunia Indonesia
(WHO, 2015) (Kemenkes RI, 2015)
9,600,000 330,910
KASUS :
67% 33%
Pasien laki-laki
KLASIFIKASI TB

Lokasi Riwayat Uji kepekaan Status HIV


Paru Pengobatan obat HIV (+)
BTA (+)
BTA (-) Kasus baru TB MR HIV (-)
Ekstra Pernah diobati TB TB PR
paru  Relaps TB MDR Status HIV
 Putus berobat TB XDR tidak
 Gagal berobat TB RR diketahui
Riwayat
pengobatan tidak
diketahui

(Penanggulangan tuberculosis, PERMENKES 2016)


DIAGNOSIS

Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan


Gejala klinis
fisis bakteriologik radiologik

(Penanggulangan tuberculosis, PERMENKES 2016)


GEJALA KLINIK

Gejala Sistemik
Gejala Respiratorik  Demam
✓ Batuk ≥ 2 minggu  Malaise
✓ Batuk darah (hemoptisis)  Keringat malam
✓ Sesak napas  Berat badan menurun
✓ Nyeri dada ✓ Nafsu makan menurun

(Penanggulangan tuberculosis, PERMENKES 2016)


PEMERIKSAAN FISIS

TB Paru
• Suara napas bronkial
• Amforik
• Suara napas melemah
• Ronki basah
• Tanda penarikan paru, diafragma, mediastinum

(Tuberkulosis, 2011. Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Di Indonesia)


PEMERIKSAAN SPUTUM BTA
Bahan pemeriksaan :
 Sputum
 Cairan pleura
 Liquor cerebrospinalis
 Bilasan bronkus
 Bilasan lambung

SPUTUM BTA
Cara pengambilan dahak 3 kali (SPS):
1. Sewaktu / spot (dahak sewaktu saat kunjungan)
2. Pagi (keesokan harinya )
3. Sewaktu / spot (pada saat mengantarkan dahak pagi)

(Penanggulangan tuberculosis, PERMENKES 2016)


Skala IUATLD (International
Union Against Tuberculosis and
Lung Disease) :

Tidak ditemukan BTA dalam 100


lapang pandang : (-)
1-9 BTA dalam 100 lapang pandang,
ditulis jumlah kuman yang ditemukan
(scanty)
10-99 BTA dalam 100 lapang
pandang : (1+)
1-10 BTA dalam 1 lapang pandang :
(2+)
>10 BTA dalam 1 lapang pandang :
(3+)

(Tuberkulosis, 2011. Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Di Indonesia)


PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Pemeriksaan standar ialah foto toraks PA dengan atau tanpa foto lateral.
Pemeriksaan lain atas indikasi: foto top-lordotik, oblik, CT-scan.

Gambaran radiologik yang dicurigai sebagai lesi aktif :


 Bayangan berawan/ nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas
paru dan segmen superior lobus bawah.
 Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan
atau nodular.
 Bayangan bercak milier.
 Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang)

(Tuberkulosis, 2011. Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Di Indonesia)


Gambaran radiologik yang dicurigai lesi TB inaktif :
 Fibrotik
 Kalsifikasi
 Kompleks ranke
 Penebalan Pleura

(Tuberkulosis, 2011. Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Di Indonesia)


TATALAKSANA

Obat tunggal, obat disajikan secara terpisah, masing-masing


INH, rifampisin, pirazinamid dan etambutol.
TATALAKSANA

Obat kombinasi dosis tetap/KDT (Fixed Dose Combination/FDC)


Kombinasi dosis tetap ini terdiri dari 2 sampai 4 obat dalam satu tablet
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai