1. Peningkatan 5 kali dari batas tertinggi nilai normal ( 50 IU/L ) dari serum
aspartate aminotransferase ( AST ) dan/atau alanine aminotransferase
( ALT) pada 1 kali pemeriksaan atau >3 kali batas tertinggi nilai normal (>
150 IU/L) pada 3 kali pemeriksaan berurutan
2. Peningkatan total bilirubin serum ( >1.5 mg/dl )
3. Peningkatan pada AST dan/atau ALT diatas nilai sebelum terapi OAT
bersamaan dengan hilangnya selera makan, mual, muntah dan badan
kuning.
4. Tidak terinfeksi virus hepatitis A, B, C atau E serta tidak adanya bukti
secara serologis.
5. Adanya perbaikan fungsi hati (bilirubin serum <1 mg/dl; AST dan ALT <
100 IU/L) setelah menghentikan obat anti tuberkulosis.
PENANGANAN DAN PENGOBATAN TB
PENYAKIT HATI
TBC liver diterapi dengan cara yang sama seperti TBC ekstrapulmoner
lainnya. Terapi yang digunakan merupakan kombinasi dari beberapa macam obat
anti TBC seperti INH, Rifampisin, Ethambuthol, Streptomisin, dan Pirazinamid.
Pemberian obat ini dilakukan secara intensif dalam jangka waktu dua bulan,
selanjutnya dilanjutkan dengan INH dan Rifampisin selama tujuh bulan.
Obat TBC tertentu dapat menyebabkan gangguan pada liver, ditandai dengan
kenaikan SGOT dan SGPT sd > 5 kali nilai normal. Pada kasus seperti ini
digunakan obat anti TBC yang tidak mempengaruhi liver seperti Streptomisin dan
Ethambuthol.
LANJUTAN
Pengobatan hepatitis yang disebabkan oleh obat – obatan anti tuberkulosis bergantung pada :
Apakah pasien sedang dalam pegobatan tuberkulosis tahap awal atau lanjutan.
Tingkat keparahan dari gangguan fungsi dan kerusakan sel hati.
Tingkat keparahan penyakit tuberkulosis.
Kemampuan unit pelayanan kesehatan untuk menangani efek samping pengobatan tuberkulosis.