Anda di halaman 1dari 10

KELOMPOK 5

“ TB PADA PENYAKIT HATI”


NURNAZLIA HAMZAH
ZIATUL HIKMAH KOHONGIA
KRISTIAWAN ADI PRASWITO
GUSTIANITA VERLIN MOMUAT
ILPEN MOIYO
MUSLIM MALIKI
KONSEP TB PADA
PENYAKIT HATI

Di Indonesia penyakit Tuberkulosis masih banyak didapatkan. Indonesia


tercatat dengan insiden kasus baru yang cukup tinggi (lihat gambar). Penyakit yang
diakibatkan oleh baksil Mycobacterium Tuberculosa ini tidak hanya menyerang
paru, tetapi dapat juga menyebabkan penyakit di luar paru (ekstrapulmoner).
Tuberkulosis walaupun jarang dapat menyerang liver.
TBC Liver sendiri dikenal melalui banyak nama lain seperti tubercular
hepatitis, local tuberculosis, secondary tuberculosis, isolated tuberculosis dan
tuberculosisatipik.
LANJUTAN

Tuberculosis atau penyakit TBC merupakan suatu


penyakit infeksi kronis yang dapat merusak paru-paru.
Spesialis Paru Prof. Dr. Faisal Yunus, Sp.P(K), MD,
Ph.D, FCCP menjelaskan, penyakit TB itu ada beberapa
jenis: yakni TB Paru dan TB di luar paru. Untuk di luar
paru bisa menyebar ke bagian lain melalui aliran darah.
Salah-satu contohnya yaitu pada Hati.
KRITERIA PENGOBATAN TB
PADA PENYAKIT HATI

Penyakit tuberkulosis pada umumnya akan diberikan pengobatan


dengan lebih dari satu obat. Menurut beberapa penelitian yang telah
dilakukan, ada beberapa kelompok orang yang akan lebih besar terkena
gangguan hati setelah pemberian obat anti tuberkulosis ini. Di antara faktor
resiko ini terdapat faktor usia dan jenis kelamin. Dikatakan dalam beberapa
penelitian, pemberian obat anti tuberkulosis akan lebih menimbulkan
hepatotoksik pada orang dengan usia lanjut, dan lebih terjadi pada dewasa
lanjut berjenis kelamin wanita.
LANJUTAN

1. Pasien TB dengan Hepatitis Akut


Pada pasien TB dengan hepatitis akut atau klinis ikterik, pemberian OAT
ditanda sampai hepatitis akutnya mengalami penyembuhan.
a. Pada keadaan dimana pengobatan TB sangat diperlukan dapat diberikan:
1) Streptomisin (S) dan Etambutol (E) maksimal 3 bulan sampai hepatitisnya
menyembuh
2) Dilanjutkan dengan Rifampisin (R) dan Isoniazid (H) selama 6 bulan.

2. Pasien TB dengan kelainan Hati Kronik


Bila ada kecurigaan gangguan faal hati, dianjurkan pemeriksaan faal hati
sebelum pengobatan TB.
3) SGOT dan SGPT meningkat >3 kali normal OAT tidak diberikan atau
dihentikan
4) Peningkatan SGOT dan SGPT < 3 kali normal Pengobatan diteruskan
dengan pengawasan ketat Pirazinamid (Z) tidak boleh digunakan. Panduan
OAT yang dapat dianjurkan adalah 2RHES/6RH atau 2HES/10HE.
KOMPLIKASI TB PADA PENYAKIT
HATI

Adapun faktor resiko hepatotoksisitas meliputi usia lanjut, status nutrisi


buruk, konsumsi alkohol dan minuman keras lainnya, sedang atau pernah
menderita penyakit hati, serta pemakaian obat yang tidak sesuai aturan baik
dosis maupun waktu konsumsi obat - obatan.
Hepatotoksik yang terjadi pada pengobatan TBC ditandai dengan
peningkatan serum alanine aminotransaminase yang muncul setelah
pemberian obat – obatan anti tuberkulosis, lebih besar dari tiga atau lima kali
dari batas tertinggi nilai normal dengan atau tanpa gejala hepatitis.
LANJUTAN

Beberapa penelitian hepatotoksik yang terjadi setelah pemberian obat – obatan


anti tuberkulosis dapat dilihat dari hasil pemeriksaan fungsi hati yang berupa :

1. Peningkatan 5 kali dari batas tertinggi nilai normal ( 50 IU/L ) dari serum
aspartate aminotransferase ( AST ) dan/atau alanine aminotransferase
( ALT) pada 1 kali pemeriksaan atau >3 kali batas tertinggi nilai normal (>
150 IU/L) pada 3 kali pemeriksaan berurutan
2. Peningkatan total bilirubin serum ( >1.5 mg/dl )
3. Peningkatan pada AST dan/atau ALT diatas nilai sebelum terapi OAT
bersamaan dengan hilangnya selera makan, mual, muntah dan badan
kuning.
4. Tidak terinfeksi virus hepatitis A, B, C atau E serta tidak adanya bukti
secara serologis.
5. Adanya perbaikan fungsi hati  (bilirubin serum <1 mg/dl; AST dan ALT <
100 IU/L) setelah menghentikan obat anti tuberkulosis.
PENANGANAN DAN PENGOBATAN TB
PENYAKIT HATI

TBC liver diterapi dengan cara yang sama seperti TBC ekstrapulmoner
lainnya. Terapi yang digunakan merupakan kombinasi dari beberapa macam obat
anti TBC seperti INH, Rifampisin, Ethambuthol, Streptomisin, dan Pirazinamid.
Pemberian obat ini dilakukan secara intensif dalam jangka waktu dua bulan,
selanjutnya dilanjutkan dengan INH dan Rifampisin selama tujuh bulan.
Obat TBC tertentu dapat menyebabkan gangguan pada liver, ditandai dengan
kenaikan SGOT dan SGPT sd > 5 kali nilai normal. Pada kasus seperti ini
digunakan obat anti TBC yang tidak mempengaruhi liver seperti Streptomisin dan
Ethambuthol.
LANJUTAN

Pengobatan hepatitis yang disebabkan oleh obat – obatan anti tuberkulosis bergantung pada :
 Apakah pasien sedang dalam pegobatan tuberkulosis tahap awal atau lanjutan.
 Tingkat keparahan dari gangguan fungsi dan kerusakan sel hati.
 Tingkat keparahan penyakit tuberkulosis.
 Kemampuan unit pelayanan kesehatan untuk menangani efek samping pengobatan tuberkulosis.

1. Evaluasi fungsi hati semua pasien TB sebelum pemberian OAT


2. Penjelasan efek samping OAT yang mungkin terjadi (gejala hepatitis), kapan stop OAT dan
kapan konsultasikan ke dokter
3. Pasien TB Paru dengan penyakit hati menahun evaluasi fungsi hati dilakukan lebih Sering
dan teratur terutama 2 bulan pertama dengan cara uji fungsi hati / minggu pada 2 minggu
pertama dan berikutnya setiap 2 minggu
4. Pasien TB paru tanpa penyakit hati sebelumnya, pemeriksaan ulang jika timbul gejala yang
jelas
5. Peningkatan SGOT / SGPT biasanya jarang dijumpai segera setelah pengobatan dimulai
6. Stop OAT jika :
Klinik (+) atau
Laboratorium (+)
klinik (-)
7. Setelah penghentian OAT, terdapat beberapa pilihan.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai