Anda di halaman 1dari 12

Degenerative Joint Disease

Kelompok 6 :
Stefani Enamyan T. 175130100111053
Widya Hapsari 175130100111055
Putri Anggraini 175130101111045
Husnia Rohmi N. S. A. 175130101111052
Herawati Ratri F. 175130107111039

Penyakit Interna 
Fakultas Kedokteran Hewan
Studi Kasus

" DEGENERATIVE JOINT DISEASE IN CATTLE AND BUFFALOES IN THE AMAZON


REGION"

Degenerative Joint Disease atau biasa disebut Osteoarthritis merupakan degradasi yang bersifat progresif dari
kartilago articular dan juga merupakan tahap akhir dari suatu penyakit yang parah atau kronis. Maka dari itu
sangat diperlukan diagnos yang cepat serta manajemen yang baik pada penyakit Degenerative Joint Disease
Sinyalemen

 Jenis Hewan : Sapi (11 ekor), Kerbau (24 ekor)


 Umur : Sapi (17,5 tahun), Kerbau (18,5 tahun)
 Jenis Kelamin: Sapi (3 betina, 8 jantan), Kerbau (22 betina, 2 jantan)
Anamnesa

 7 sapi di mana mereka dibesarkan secara luas di padang rumput. Sehingga uplementasi mineral secara tidak
teratur.
 15 kerbau enggunakan metode penggembala yang di gembala liarkan secara luas di padang rumput. Pada
padang rumput tersebut terdapat rumput canarana (Echinochloa polystachya), rumput ekor
tikus (Hymenachne amplexicaulis) dan rumput pomonga (Leersia heksandra) yang tidak mengandung garam
mineral 
Etiologi

DJD dapat disebabkan oleh banyak faktor yaitu :


 Hereditas
 jenis kelamin
 laju pertumbuhan
 berat badan
 acute traumatic joint injury
 ketidakstabilan sendi yang menyebabkan rupture pada ligamen atau tendon
 kecacatan anatomi, proses penuaan, dan kekurangan nutrisi.

Pada sapi penyakit ini dapat disebabkan oleh faktor hereditas


Gejala Klinis

 lesi bilateral pada sendi scapulohumeral   keparahan werechronic, gaya berjalan yang kaku,
perubahan postur tubuh 
Gejala Klinis

 ronki yang terdengar selama sirkumsi ekstremitas yang


terkena
 kesulitan untuk berdiri
 kesulitan melenturkan sendi yang terkena
 penurunan berat badan
 luka tekanan
 peningkatan volume dalam tuberositas sendi diamati.
Pemeriksaan fisik dan lanjutan

Pemeriksaan lanjutan dilakukan dengan :


 Pemeriksaan klinis dilakukan pada sistem
muskuloskeletal  Pemeriksaan radiologi
 Meliputi sendi, tulang, dan lesi yang nampak  Pemeriksaan laboratorium
 Hasil pemeriksaan dieveluasi :
Chondromalacia
Erosi
Fibrilasi
Ulserasi / eburnasi
 nekropsi segera mungkin setelah kematian
Diagnosa dan diagnosa banding

 Diagnosa klinis didasarkan pada pemeriksaan pada tulang, sendi, dan lesi yang terlihat. Serta melalui gejala
klinis yang tampak maupun dari anamnesa yang ada
 Diagnosa banding dengan osteoporosis dan rheumatoid arthritis.
Pengobatan dan Pencegahan

 manajemen nyeri melalui penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid atau penghambat


siklooksigenase selektif (yaitu , celecoxib) 
 serta suplemen kondroprotektif, seperti glukosamin dan kondroitin sulfat.
  Perawatan untuk DJD sedang hingga berat sering termasuk opioid (yaitu, tramadol, txycodone)
 Injeksi intraartikular dari kedua kortikosteroid (yaitu, triamcinolone, methylprednisolone) atau
asam hyaluronic. 
Pengobatan dan Pencegahan

Pencegahan langkah preventif dapat dengan :


  meminimalkan resiko trauma pada sendi
  rutin melakukan latihan fisik untuk menjaga fungsi sendi
 serta mencegah dari obesitas sehingga bisa mencegah stress pada tulang.
 pemberian diet sehat dengan Pakan yang terbuat dari bahan-bahan berkualitas Tambahan biotin
dan L-carnitine penting untuk menambah asupan energi sehingga mencegah penimbunan lemak
(mencegah obesitas)
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai