Anda di halaman 1dari 77

MEKANIKA BAHAN LANJUTAN

PERILAKU LENTUR

OLEH
DEWA MADE ADITYA DWI PRATAMA
1981511043
6.1 Diagram Momen dan Geser

BALOK
• Bagian struktur yang dapat menerima beban yang umumnya tegak lurus terhadap sumbu
memanjang disebut balok. Secara umum, balok memiliki panjang, luas penampang yang konstan.
Balok menjadi suatu elemen yang paling penting dalam sebuah struktur, digunakan untuk
mendukung lantai bangunan, deck jembatan, atau sayap pesawat terbang. Balok biasanya
diklasifikasikan dari segi bagaimana mereka ditumpu.

Contoh :
6.1 Diagram Momen dan Geser

• Suatu balok yang dibebani akan menghasilkan gaya geser internal momen
lentur yang secara umum bervariasi dari titik ke titik di sepanjang sumbu balok,
maka sangat perlu untuk menentukan nilai gaya geser dan momen maksimum
yang terjadi dalam balok agar balok yang didesain baik.

• Salah satu caranya yaitu dengan menyatakan V dan M sebagai fungsi dari posisi
x sepanjang sumbu. Fungsi gaya geser dan momen dalam disajikan dalam
grafik yang disebut diagram geser dan momen.

• Nilai maximum dari V dan M bisa diketahui dari grafik ini, selain itu
menampilkan variasi dari gaya geser dan momen sepanjang sumbu balok
sehingga digunakan untuk mengambil keputusan dalam penempatan
perkuatan balok dan menentukan proporsi ukuran balok pada berbagai titik
disepanjang balok.
6.1 Diagram Momen dan Geser

• Pertama-tama perlu dilakukan membuat konvensi tanda untuk mendefinisikan "positif" dan "negatif“
nilai untuk V dan M.
Jika kita ingin menentukan gaya dalam yang bekerja maka
pada balok harus dipotong menjadi dua bagian ditunjukkan
pada gambar. Tinjau potongan bagian kiri, gaya geser V
dengan arah ke bawah, dan momen putar M dengan arah
berlawanan jarum jam. Pada potongan bagian kanan akan
mengalami gaya-gaya dan momen putar yang besarnya
sama tetapi arahnya berlawanan.
Contoh Soal :

Gambar diagram geser dan momen untuk balok


seperti di samping
Fungsi gaya geser dan momen :

Penyelesaian : Diagram bebas pada segmen kiri ditunjukan pada gambar diatas. Seperti
yang terlihat, beban trapezium digantikan oleh distribusi segitiga dan
persegi. Gaya resultan dan lokasi dari masing-masing beban merata juga
ditampilkan. Dengan menerapkan persamaan kesetimbangan, maka
diperoleh :
Eq. 2 dapat dicek dengan
mengigat bahwa dM/dx =
Reaksi Perletakan V, pada eq.1.
Dan, w = dV/dx = -2 – 2/9
Beban merata dibagi menjadi beban segitiga dan persegi x.
panjang dan beban ini digantikan dengan gaya Pemeriksaan terhadap
persamaan ini berlaku saat
resultannya. Seperti yang ditunjukkan pada diagram x = 0, w = -2 kip/ft, and
benda bebas diatas. when x = 18 ft, w = -6
kip/ft,
Diagram geser dan momen
Dari Persamaan 1 :

Dari Persamaan 2 :

Persamaan 1 dan 2 di plot dalam gambar diatas :


Karena titik mmen maksimum terjadi ketika dM/dx = V = 0
6.2 Diagram Momen dan Geser

Wilayah Beban Terdistribusi

Sebual balok diberi beban sembarang, dan segmen kecil dari balok x Karena segmen ini telah
dipilih pada posisi x di mana tidak ada gaya terkonsentrasi atau momen kopel, hasil yang akan
diperoleh tidak berlaku pada titik-titik pemuatan terkonsentrasi ini
6.2 Diagram Momen dan Geser

Wilayah Beban Terdistribusi

Perhatikan bahwa semua pembebanan yang diperlihatkan pada segmen bertindak dalam arah
positifnya sesuai dengan konvensi tanda yang telah ditetapkan, Gbr. 6–3. Juga, baik geser dan
momen resultan internal, yang bekerja pada penampang sebelah kanan segmen, harus diubah
dengan jumlah kecil untuk menjaga agar segmen tetap dalam keseimbangan. Beban terdistribusi,
yang kira-kira konstan melebihi x, telah digantikan oleh gaya resultan w (x) x yang bekerja pada
1/2 x dari sisi kanan.
6.2 Diagram Momen dan Geser

Dibagi dengan x dan dengan batas x = 0 persamaan diatas menjadi

(a) (b)
6.2 Diagram Momen dan Geser

Kedua persamaan ini menyediakan cara yang mudah


untuk mendapatkan diagram geser dan momen untuk
balok dengan cepat. Persamaan (a) menyatakan
bahwa pada titik kemiringan diagram geser sama
dengan intensitas pembebanan terdistribusi. Sebagai
contoh, perhatikan balok pada Gambar disamping.
Pemuatan yang didistribusikan negatif dan meningkat
dari nol ke wB. Oleh karena itu, diagram geser akan
menjadi kurva yang memiliki kemiringan negatif,
meningkat dari nol ke -wB
6.2 Diagram Momen dan Geser

• Persamaan (a) dan (b) juga dapat didefinisikan dalam


bentuk dV = w(x) dx dan dM = V dx
• w(x) dx dan V dx mewakili area diferensial di bawah
diagram pembebanan dan geser terdistribusi kita
dapat mengintegrasikan area ini antara dua titik C dan
D pada balok
6.2 Diagram Momen dan Geser

Daerah Konsentrasi gaya dan Momen


Diagram free body sebuah segmen balok diambil dari bawah gaya
ditunjukkan pada Gambar di samping.Di sini dapat dilihat bahwa
keseimbangan gaya membutuhkan

ketika gaya F bekerja ke atas balok, V positif sehingga gaya geser akan
"melompat" ke atas. Demikian juga, jika F bekerja ke bawah, lompatan V
akan turun. Ketika segmen balok menyertakan momen kopel M0, maka
momen keseimbangan memerlukan perubahan momen untuk menjadi

Dengan x = 0
Dalam hal ini, jika M0 diterapkan searah jarum jam, M
positif sehingga diagram momen akan "melompat" ke
atas. Demikian juga, ketika M0 bertindak berlawanan
arah jarum jam, lompatan M akan turun.
6.2 Diagram Momen dan Geser

Contoh Soal :
6.2 Diagram Momen dan Geser

Contoh Soal (ljt) :


6.3 Deformasi Lentur dari Penampang Lurus

• Pada bagian ini, kita akan membahas deformasi yang terjadi pada balok lurus prismatik, terbuat dari bahan yang
homogen, dan mengalami pembengkokan.

Balok memiliki luas penampang


simetris dengan sumbu, dan momen Dengan menggunakan bahan Ketika momen lentur diterapkan,
lentur yang tegak lurus terhadap yang sangat terdeformasi seperti cenderung mendistorsi garis ke
sumbu simetri. karet, kita dapat dalam pola.
Momen bending menyebabkan mengilustrasikannya apa yang Perhatikan bahwa longitudinal
material yang ada di atas batang
terjadi ketika straight prismatic garis menjadi melengkung dan
meregang dan yang ada di bawah garis melintang vertikal tetap lurus
member mengalami momen
batang tertekan. dan belum menjalani rotasi.
bending.
Akibatnya, antara 2 bagian tersebut
harus ada permukaan yang disebut
dengan permukaan netral di mana
serat memanjang material tidak akan
mengalami perubahan panjang
6.3 Deformasi Lentur dari Penampang Lurus
• Dari pengamatan ini dapat dibuat tiga asumsi berikut tentang bagaimana stres merubah materi

Kedua, semua penampang balok


memiliki bidang yang tetap dan
tegak lurus terhadap sumbu
longitudinal selama deformasi.

Pertama, longitudinal sumbu x, Dan ketiga, setiap deformasi dari


yang terletak di dalam
penampang dalam bidangnya
permukaan netral (gambar a)
tidak mengalami perubahan sendiri akan diabaikan. Secara
panjang. khusus, sumbu z, bidang bagian
Sebaliknya, momen akan
melintang dan sekitar yang bagian
cenderung merubah balok,
maka lapisan akan melengkung melintang berputar disebut
dimana terletak pada x-y sumbu netral.
bidang simetris (gambar b)
6.3 Deformasi Lentur dari Penampang Lurus

Menurut definisi, regangan normal sepanjang ∆s


ditentukan dari
6.3 Deformasi Lentur dari Penampang Lurus

• Elemen diatas, yang diambil dari balok, digambarkan dalam keadaan terdeformasi dan tak deformasi.
Perhatiakan bahwa beberapa garis segmen ∆X, terletak pada permukaan natural, tidak mengubah
panjangnya, sedangkan beberapa garis segmen ∆s, terletak pada jarak sembarang y diatas permukaan
natural, akan berkontraksi dan menjadi ∆s’ setelah deformasi.

• Sebelum deformasi ∆s = ∆x (gambar a). Setelah deformasi ∆x memiliki kurva radius  dengan titik tengan
kurva pada point O’ (gambar b). Karena ∆θ menetapkan sudut dari sisi element, ∆x = ∆s = ∆θ. Dengan cara
yang sama, panjanag yang terdeformasi dari ∆s menjadi ∆s’ = ( -y) ∆θ. Subtitusikan ke persamaan diatas,
maka akan menjadi :
6.3 Deformasi Lentur dari Penampang Lurus

Hasil ini menunjukkan bahwa regangan normal memanjang


dari setiap elemen dalam balok tergantung pada lokasi y
pada penampang dan kurva radius dari sumbu tegak lurus
balok pada suatu titik.
Dengan kata lain, pada beberapa penampang, tekanan
normal tegak lurus akan bervariasi hampir sama dengan y Jika balok memiliki penampang kotak, ini juga
dari sumbu natural. akan mengalami deformasi seperti :

Kontraksi (-ϵ) akan muncul di dalam serat yang berlokasi


diatas sumbu netral (+y). Sedangkan perpanjangan (+ϵ) akan
muncul pada serat yang berlokasi dibawah sumbu (-y). Variasi
tekanan diatas penampang ditunjukan pada gambar
diatas.teknan maksimum terjadi dibagian terluar serat, sejarak
y=c dari sumbu netral. Dengan persamaan dibawah ini karena
ϵmax = c/, lalu dengan pembagian
6.4 Rumus Lentur

• Untuk merumuskan lentur akan diasumsikan


bahwa materi berperilaku linier-elastis sehingga
variasi linear dari regangan normal, maka harus
menjadi hasil dari variasi linier pada tegangan
normal,
• Oleh karena itu seperti variasi regangan normal,  akan
bervariasi dari nol pada sumbu netral penampang hingga
nilai maksimum, max sejarak c terjauh dari sumbu
netral. Karena proporsionalitas segitiga , dan
menerapkan hokum hooke
6.4 Rumus Lentur

• persamaan ini menggambarkan distribusi tegangan pada area penampang. Untuk M positif, yang
bekerja dalam arah + z, nilai positif y memberikan nilai negatif untuk , yaitu, Tegangan tekan
yang bekerja dalam arah x negatif. Demikian pula, nilai y negatif akan memberikan nilai positif
atau tegangan tarik .
• Jika elemen volume material dipilih pada titik tertentu pada penampang, hanya tegangan normal
tarik atau tekan yang akan bekerja elemen tersebut.
• Misalnya, elemen yang terletak di + y ditunjukkan pada Gambar. 6-24 c. Kita dapat menemukan
posisi sumbu netral pada penampang dengan memenuhi kondisi bahwa gaya resultan yang
dihasilkan oleh distribusi tegangan pada luas penampang harus sama dengan nol.
Memperhatikan bahwa gaya dF =  dA bekerja pada elemen sembarang pada Gambar 6-24 c,
6.4 Rumus Lentur
6.4 Rumus Lentur
6.4 Rumus Lentur

Dengan kata lain, momen pertama dari luas penampang elemen terhadap sumbu netral
harus nol. Kondisi ini hanya dapat dipenuhi jika sumbu netral juga merupakan sumbu
centroidal horizontal untuk penampang.
Kita dapat menentukan tegangan dalam balok dari persyaratan bahwa momen
internal yang dihasilkan M harus sama dengan momen yang dihasilkan oleh distribusi
tegangan tentang sumbu netral
Momen dF pada Gambar. 6-24 c terhadap sumbu netral adalah dM = y dF.
Karena dF =  dA
6.4 Rumus Lentur

Integral mewakili momen inersia area penampang terhadap sumbu netral. Yang
dilambangkan sebagai (I). Oleh karena itu, Persamaan. Integral diatas dapat diselesaikan
untuk max

(I)

Karena max / c = - > y, Persamaan. 6-9, tegangan normal pada jarak lokasi y dapat
ditentukan dari persamaan yang mirip dengan Persamaan diatas

Dua persamaan di atas sering disebut sebagai rumus lentur. Ini digunakan untuk menentukan
tegangan normal pada penampang lurus, memiliki penampang yang simetris terhadap sumbu, dan
momen yang bekerja tegak lurus terhadap sumbu.
6.4 Rumus Lentur

Contoh Soal :
6.4 Rumus Lentur

Contoh Soal :
6.5 Lentur Tak Simetris (Unsymetric Bending)

Ketika mengembangkan rumus lentur, diberlakukan kondisi bahwa luas


penampang simetris pada suatu sumbu tegak lurus terhadap sumbu netralnya;
lebih lanjut, momen internal yang dihasilkan M bekerja di sepanjang sumbu netral.
Demikian halnya dengan penampang “T” atau penampang “C” yang
ditunjukkan pada Gambar. 6–29.
6.5 Lentur Tak Simetris (Unsymetric Bending)

Sebuah penampang balok memiliki bentuk tidak simetris yang ditunjukkan pada Gambar. 6–
30 a. Seperti dalam Sec. 6.4, sistem koordinat x, y, z dibuat sedemikian rupa sehingga titik asal
terletak pada centroid C pada penampang, dan momen internal M yang dihasilkan bekerja di
sepanjang sumbu + z. Distribusi tegangan dibutuhkan bekerja di seluruh area penampang
untuk memiliki resultan gaya nol, momen internal yang dihasilkan terhadap sumbu y menjadi
nol, dan momen internal yang dihasilkan terhadap sumbu z sama dengan M. * Ketiga kondisi
ini dapat diekspresikan secara matematis dengan mempertimbangkan gaya yang bekerja
pada elemen diferensial dA yang terletak di (0, y, z), Gaya ini adalah
dF = s dA,
6.5 Lentur Tak Simetris (Unsymetric Bending)

karena sumbu z mewakili sumbu netral untuk


penampang, tegangan normal akan bervariasi secara
linear dari nol pada sumbu netral, hingga maksimum.
Sehingga distribusi tegangan di definisikan

Ketika persamaan ini disubstitusikan ke persamaan 6.16 dan


digabungkan akan mengarah ke Persamaan lentur

Dan ketika disubstitusi ke persamaan 6.15

Yang membutuhkan,
6.5 Lentur Tak Simetris (Unsymetric Bending)

Integral ini disebut produk inersia untuk area tersebut. Seperti ditunjukkan dalam
Lampiran A, memang akan menjadi nol asalkan sumbu y dan z dipilih sebagai  sumbu
utama inersia untuk area tersebut
Untuk area berbentuk sembarang, orientasi sumbu utama selalu dapat ditentukan,
menggunakan persamaan transformasi inersia atau lingkaran inersia Mohr seperti yang
dijelaskan dalam Lampiran A, Secs. A.4 dan A.5. Namun, jika area tersebut memiliki sumbu
simetri, maka  sumbu utama dapat dengan mudah ditentukan karena akan selalu berorientasi
sepanjang sumbu simetri dan tegak lurus terhadapnya.
6.5 Lentur Tak Simetris (Unsymetric Bending)

Sebagai contoh, perhatikan penampang yang ditunjukkan pada Gambar


dibawah. Dalam masing-masing kasus ini, sumbu y dan z harus mendefinisikan
inersia utama penampang untuk memenuhi Persamaan. 6–14 hingga 6–16. Pada
Gambar. 6–31 sumbu utama terletak simetri, dan pada Gambar. 6–31 b dan 6–31
c orientasinya ditentukan dengan menggunakan metode pada Lampiran A. ketika
 M diterapkan pada salah satu sumbu utama (sumbu z), distribusi tegangan
ditentukan dari rumus lentur,
6.5 Lentur Tak Simetris (Unsymetric Bending)

Terkadang sebuah penampang dapat dibebani sedemikian sehingga M tidak terjadi pada
salah satu sumbu utama dari penampang. Ketika ini terjadi, momen pertama-tama harus
diselesaikan menjadi komponen yang diarahkan sepanjang sumbu utama, kemudian rumus
lentur dapat digunakan untuk menentukan tegangan normal yang disebabkan oleh setiap
komponen momen. Akhirnya, dengan menggunakan prinsip superposisi, tegangan normal
yang dihasilkan pada titik tersebut dapat ditentukan

Menerapkan rumus lentur untuk setiap komponen momen dalam gambar dan menambahkan
hasilnya secara aljabar, tegangan normal yang dihasilkan pada titik mana pun pada penampang
dapat ditentukan dengan persamaan berikut
6.5 Lentur Tak Simetris (Unsymetric Bending)

Sudut a dari sumbu netral pada Gambar dibawah dapat ditentukan


dengan menerapkan Persamaan. 6–17 dengan s = 0, karena
menurut definisi tidak ada tegangan normal yang bekerja pada
sumbu netral.

Karena Mz = M cos  dan My = M sin , maka

Persamaan ini mendefinisikan sumbu netral


untuk penampang. Karena kemiringan garis
ini tan a = y/z,
Sehingga,
6.5 Lentur Tak Simetris (Unsymetric Bending)

Contoh soal :
6.5 Lentur Tak Simetris (Unsymetric Bending)

Contoh soal :
6.5 Lentur Tak Simetris (Unsymetric Bending)

Contoh soal :
6.5 Lentur Tak Simetris (Unsymetric Bending)

Contoh soal :
6.6 Balok Komposit (Composite Beam)

• Balok yang dibangun dari dua atau lebih bahan yang berbeda disebut sebagai balok
komposit.
• Para insinyur dengan sengaja merancang balok dengan cara ini untuk mengembangkan
cara yang lebih efisien untuk mendukung beban.
• Formula lentur dikembangkan hanya untuk balok yang memiliki bahan homogen, rumus
ini tidak dapat diterapkan secara langsung untuk menentukan tegangan normal pada
balok komposit.
• Pada bagian ini akan mengembangkan metode untuk memodifikasi atau "mengubah"
penampang balok komposit menjadi satu yang terbuat dari bahan tunggal.
6.6 Balok Komposit (Composite Beam)

• Jika momen lentur terjadi pada balok ini, maka,


seperti penampang yang homogen, total luas
penampang akan tetap datar setelah ditekuk, dan
karena perpindahan yang terjadi kontinu
tegangan normal akan bervariasi secara linear
dari nol pada sumbu netral hingga maksimum
pada material yang terletak paling jauh dari
sumbu ini.
• Selama perilaku material elastis linier, maka pada
titik mana pun tegangan normal pada bahan 1
ditentukan dari , serta tegangan normal pada
material 2

• Dengan asumsi material 1 lebih kaku dari material 2,


maka E1 > E2 dan distribusi tegangan akan terlihat
seperti yang ditunjukkan pada Gambar c dan d
6.6 Balok Komposit (Composite Beam)

Secara khusus, perhatikan kenaikan tegangan


yang terjadi pada persimpangan kedua bahan. Di
sini regangannya sama, tetapi karena modulus
elastisitas untuk bahan tiba-tiba berubah,
demikian juga tekanannya. Dimungkinkan untuk
menentukan lokasi sumbu netral dan tegangan
maksimum berdasarkan pada prosedur coba-
coba.
6.6 Balok Komposit (Composite Beam)

• Sehingga ini memerlukan pemenuhan kondisi bahwa


distribusi tegangan menghasilkan gaya resultan nol pada
penampang, dan momen distribusi tegangan terhadap
sumbu netral harus sama dengan M.

• Cara yang lebih sederhana untuk memenuhi kedua kondisi


ini adalah dengan menggunakan metode bagian yang
ditransformasikan, yang mengubah balok menjadi satu
yang terbuat dari bahan tunggal.

• Di sini ketinggian balok tetap sama, karena distribusi


regangan pada Gambar b harus dipertahankan. Namun,
bagian atas balok harus diperlebar untuk memikul beban
yang setara dengan yang dibawa oleh bahan 1 yang lebih
kaku
6.6 Balok Komposit (Composite Beam)

• Lebar yang diperlukan dapat ditentukan dengan


mempertimbangkan gaya F yang bekerja pada area dA = dz
dy balok pada Gambar. a

• Dengan asumsi lebar elemen tinggi dy sesuai pada gambar


e adalah n dz. maka

• Dengan menyamakan gaya - gaya ini, sehingga akan


menghasilkan momen yang sama terhadap sumbu z (netral),
6.6 Balok Komposit (Composite Beam)

• Nilai n disebut factor transformasi

• Menunjukan , suatu penampang dengan lebar b pada balok asli


gambar (a) harus ditingkatkan lebarnya dengan b2=n b

• Jika bahan yang kurang kaku 2 diubah menjadi bahan yang lebih
kaku 1, penampang akan terlihat seperti yang ditunjukkan pada
Gambar. F

• lebar material 2 telah diubah menjadi b1 = n’ b, di mana n’ =


E2/E1. Dalam hal ini faktor transformasi n’ akan kurang dari
satu ketika E1/E2.

• Ketika balok sudah ditransformasikan menjadi satu kesatuan,


distribusi tegangan normal pada penampang yang
ditransformasikan akan linier
6.6 Balok Komposit (Composite Beam)

• Centroid (sumbu netral) dan momen inersia untuk area yang


ditransformasikan dapat ditentukan dan formula lentur
diterapkan dengan cara biasa untuk menentukan tegangan pada
setiap titik pada balok yang ditransformasikan.

• Tegangan pada balok yang ditransformasikan akan setara


dengan tegangan pada material yang sama dari balok aktual;
Namun, tekanan yang ditemukan pada bahan yang
ditransformasikan harus dikalikan dengan faktor transformasi n
(atau n’), karena luas materi yang ditransformasikan, dA’ = n
dz dy, adalah n kali luas materi aktual dA = dz dy. Sehingga :
6.6 Balok Komposit (Composite Beam)

• Contoh Soal :
6.6 Balok Komposit (Composite Beam)

• Contoh Soal :
6.7 Balok Beton Bertulang (RC Beam)

• Semua balok yang mengalami lentur murni harus menahan tegangan tarik
dan tekan.

• Beton, sangat rentan terhadap retak ketika berada dalam tegangan, dan
oleh karena itu beton tidak akan cocok untuk menahan momen lentur.

• Untuk menghindari kekurangan ini, para insinyur menempatkan tulangan


baja di dalam balok beton di lokasi di mana beton berada dalam tegangan
tarik, gambar (a).

• Agar paling efektif, batang ini terletak paling jauh dari sumbu netral balok,
sehingga momen yang diciptakan oleh gaya yang dikembangkan di
dalamnya adalah yang terbesar terhadap sumbu netral.

• Kode yang digunakan untuk desain beton bertulang yang sebenarnya


mengasumsikan beton tidak akan mendukung beban tarik, karena
kemungkinan retak beton tidak dapat diprediksi. Akibatnya, distribusi
tegangan normal yang bekerja pada luas penampang balok beton
bertulang diasumsikan terlihat seperti yang ditunjukkan pada Gambar. (b).
6.7 Balok Beton Bertulang (RC Beam)
• Analisis tegangan memerlukan penempatan sumbu netral dan menentukan
tegangan maksimum pada baja dan beton. Untuk melakukan ini, Luas baja
tulangan Ast pertama-tama ditransformasikan menjadi bidang beton yang
ekivalen menggunakan faktor transformasi n = Est/Econc.
• Rasio ini, yang memberikan n > 1, membutuhkan jumlah beton yang lebih
besar untuk mengganti baja.
• Area yang ditransformasikan adalah nAst dan bagian yang ditransformasikan
tampak seperti yang ditunjukkan pada Gambar. 6–37 c.
• Di sini d merepresentasikan jarak dari puncak balok ke strip tipis baja
(ditransformasikan), b adalah lebar balok, dan h’ adalah jarak yang belum
diketahui dari puncak balok ke sumbu netral. Untuk mendapatkan h’ ,
memerlukan centroid C dari luas penampang bagian yang ditransformasikan
untuk diletakkan pada sumbu netral, Gambar c.
• Dengan mengacu pada sumbu netral, oleh karena itu, momen dari dua
area bersama,yA harus bernilai 0, sehingga,
6.7 Balok Beton Bertulang (RC Beam)
• Analisis tegangan memerlukan penempatan sumbu netral dan menentukan
tegangan maksimum pada baja dan beton. Untuk melakukan ini, Luas baja
tulangan Ast pertama-tama ditransformasikan menjadi bidang beton yang
ekivalen menggunakan faktor transformasi n = Est/Econc.
• Rasio ini, yang memberikan n > 1, membutuhkan jumlah beton yang lebih
besar untuk mengganti baja.
• Area yang ditransformasikan adalah nAst dan bagian yang ditransformasikan
tampak seperti yang ditunjukkan pada Gambar. 6–37 c.
• Di sini d merepresentasikan jarak dari puncak balok ke strip tipis baja
(ditransformasikan), b adalah lebar balok, dan h’ adalah jarak yang belum
diketahui dari puncak balok ke sumbu netral. Untuk mendapatkan h’ ,
memerlukan centroid C dari luas penampang bagian yang ditransformasikan
untuk diletakkan pada sumbu netral, Gambar c.
• Dengan mengacu pada sumbu netral, oleh karena itu, momen dari dua
area bersama,yA harus bernilai 0, sehingga,
6.7 Balok Beton Bertulang (RC Beam)

• Contoh Soal :
6.7 Balok Beton Bertulang (RC Beam)

• Contoh Soal :
6.8 Balok Lengkung (Curved Beam)
• Formula lentur berlaku untuk batang lurus, karena ditunjukkan bahwa regangan normal di dalam
batang bervariasi secara linier dari sumbu netral, jika bagian melengkung, regangan tidak akan
linier sehingga harus dikembangkan metode lain untuk menggambarkan distribusi tegangan.

• Analisis berikut mengasumsikan bahwa potongan melintang adalah konstan dan memiliki sumbu
simetri yang tegak lurus terhadap arah momen yang diterapkan M.Juga, material homogen dan
isotropik, dan berperilaku linier-elastis ketika beban bekerja.

• Seperti halnya balok lurus, diasumsikan bahwa  potongan melintang penampang tetap setelah
memikul momen. setiap distorsi dari penampang dalam bidangnya sendiri akan diabaikan.
6.8 Balok Lengkung (Curved Beam)

Untuk melakukan analisis, tiga jari-jari, memanjang dari pusat kelengkungan O’ dari penampang,
diidentifikasi pada Gambar. a. Di sini r mereferensikan lokasi centroid untuk area penampang
yang diketahui, R mereferensikan lokasi sumbu netral yang belum ditentukan, dan r
menempatkan titik sembarang atau elemen area dA pada penampang.
6.8 Balok Lengkung (Curved Beam)

• Segmen diferensial dari balok, Gbr. b, tegangan cenderung merusak material


sehingga setiap penampang akan berputar melalui sudut d/ 2. Regangan
normal  pada strip (atau garis) material yang terletak di r sekarang dapat
ditentukan.

• Strip ini memiliki panjang r d namun karena adanya rotasi /2 perubahan
panjang total strip adalah  (R-r), oleh karena itu  =  (R-r)/r d, jika k =
/d dimana sama untuk strip tertentu maka didapat  = k(R – r)/r

• Berbeda dengan kasus balok lurus, di sini dapat dilihat bahwa regangan
normal adalah fungsi nonlinear dari r, pada kenyataannya akan bervariasi
dalam hiperbolik. Ini terjadi meskipun penampang balok tetap datar setelah
deformasi. Jika bahan tetap elastis linear maka  = E  dan seterusnya.
6.8 Balok Lengkung (Curved Beam)

• Variasi ini juga hiperbolik, dan karena sekarang telah ditetapkan, kita dapat
menentukan lokasi sumbu netral dan menghubungkan distribusi tegangan ke
momen internal yang dihasilkan M. Untuk mendapatkan lokasi R dari sumbu
netral, resultan gaya internal yang disebabkan oleh distribusi tegangan yang
bekerja pada penampang harus sama dengan nol;

• Ek dan R adalah konstan sehingga;

• R leleh;
6.8 Balok Lengkung (Curved Beam)

• Untuk menghubungkan distribusi tegangan dengan momen lentur yang


dihasilkan, maka diperlukan momen internal yang dihasilkan harus sama
dengan momen distribusi tegangan yang dihitung terhadap sumbu netral.
Dari Gambar 6–40 a, tegangan s, yang bekerja pada elemen area dA dan
terletak sejarak y dari sumbu netral, menciptakan momen terhadap sumbu
netral dM = y ( dA). Untuk seluruh penampang, .
• Karena y = R - r, dan  didefinisikan , sehingga ;

Ek dan R konstan sehingga didapat ;


6.8 Balok Lengkung (Curved Beam)

Integral pertama setara dengan A/R dan integral kedua hanyalah area penampang A. mengingat
bahwa lokasi centroid dari penampang ditentukan dari , integral ketiga dapat digantikan
oleh rA. Maka

Jika ,

𝜎
Maka,  
𝐸𝑘=
𝑅−𝑟
( )
𝑟

Substitusikan persamaan Ek ke persamaan M maka didapat :


6.8 Balok Lengkung (Curved Beam)

Jika , r = R – y , serta jarak yang konstan dan biasanya sangat kecil antara sumbu netral dan
centroid

Maka,

Kedua persamaan ini mewakili dua bentuk rumus balok melengkung, yang seperti rumus lentur
dapat digunakan untuk menentukan distribusi tegangan normal pada bagian melengkung
6.8 Balok Lengkung (Curved Beam)

Contoh Soal :
6.8 Balok Lengkung (Curved Beam)

Contoh Soal :
6.9 Konsentrasi Tegangan

Rumus lentur tidak dapat digunakan untuk menentukan distribusi tegangan yang luas
penampangnya tiba-tiba berubah karena distribusi tegangan-normal dan terjadi regangan non
linier.
Diskontinuitas yang umum meliputi anggota yang memiliki takikan pada permukaannya,
Gambar 6–42 a, lubang untuk pengencang atau barang lainnya, Gambar 6–42 b, atau
perubahan mendadak dalam dimensi luar dari penampang anggota, Gambar. 6 –42 c.
Tegangan normal maksimum pada setiap diskontinuitas ini terjadi pada bagian yang diambil
melalui area penampang terkecil.
6.9 Konsentrasi Tegangan
6.9 Konsentrasi Tegangan

Gambar diatas memberikan nilai K untuk batang datar yang


memiliki perubahan penampang menggunakan fillet bahu.
Untuk menggunakan grafik diatas, temukan rasio geometris w>
h serta r> h terlebih dahulu dan kemudian didapat nilai K yang
sesuai untuk geometri tertentu. Setelah K diperoleh, tegangan
lentur maksimum yang ditunjukkan pada Gambar. disamping
ditentukan menggunakan persamaan

Seperti beban aksial dan puntir, konsentrasi tegangan untuk lentur harus selalu
dipertimbangkan ketika merancang penampang yang terbuat dari bahan rapuh
atau yang mengalami kelelahan atau beban siklik.
6.9 Konsentrasi Tegangan

Contoh Soal :
6.9 Konsentrasi Tegangan

Contoh Soal :
6.10 Lentur Inelastis

Persamaan untuk menentukan tegangan normal karena lentur yang


sebelumnya telah dikembangkan hanya valid jika material berperilaku
linier-elastis. Jika momen yang terjadi menyebabkan material leleh,
analisis plastis harus digunakan untuk menentukan distribusi tegangan

Distribusi Regangan Normal Linier


regangan normal selalu bervariasi secara linear dari nol
pada sumbu netral dari penampang sampai maksimum
pada titik terjauh dari sumbu netral

Resultan Gaya = 0
Karena hanya ada momen internal yang dihasilkan yang
bekerja pada penampang, gaya resultan yang disebabkan
oleh distribusi tegangan harus sama dengan nol. Karena
 menciptakan gaya pada area dA dari dF =  dA, maka
untuk seluruh area penampang A,
6.10 Lentur Inelastis

Resultan Momen
Momen yang dihasilkan pada penampang harus sama dengan momen yang disebabkan oleh distribusi
tegangan terhadap sumbu netral. Momen akibar gaya dF =  dA serta momen terhadap sumbu netral
adalah dM = y ( dA), kemudian menjumlahkan hasil di seluruh bagian melintang,

Kondisi geometri dan pembebanan ini sekarang akan digunakan untuk menunjukkan bagaimana
menentukan distribusi tegangan dalam suatu balok ketika dikenakan momen internal yang
menyebabkan leleh pada material
6.10 Lentur Inelastis

Momen Plastis
• Beberapa material, seperti baja, cenderung menunjukkan perilaku plastik elastis-
sempurna ketika tegangan pada bahan mencapai y (tegangan leleh).

• Jika momen yang diterapkan M = MY hanya cukup untuk menghasilkan leleh pada serat
atas dan bawah balok seperti yang ditunjukkan pada gambar dibawah maka My dapat
ditentukan menggunakan persamaan berikut

atau
6.10 Lentur Inelastis

Momen Plastis
• Jika momen internal M > MY, bagian atas dan bawah balok akan mulai leleh, akan menyebabkan
redistribusi tegangan pada penampang hingga momen internal yang diperlukan M
dikembangkan.
• Jika ini menyebabkan distribusi regangan normal seperti yang ditunjukkan pada Gambar. 6-48 b,
maka distribusi tegangan normal yang sesuai ditentukan dari diagram tegangan-regangan yang
ditunjukkan pada Gambar. 6-48 c. Di sini tegangan 1, Y, 2, masing-masing berhubungan
dengan regangan 1, Y, Y.
• Diagram tegangan dan blok tekan masing-masing terdiri dari blok komponen persegi panjang
dan segitiga. Resultan gaya yang dihasilkan setara dengan volumenya.
6.10 Lentur Inelastis

Momen Plastis
• Karena simetri, Persamaan. terpenuhi dan sumbu netral melewati centroid dari
penampang seperti yang ditunjukkan. Momen yang M dapat dihubungkan dengan tegangan
leleh y menggunakan Persamaan. Dari Gbr. 6–48 e,

Jika :

Maka persamaan M
juga dapat dituliskan:
6.10 Lentur Inelastis
Momen Plastis
• M menghasilkan dua zona yaitu zona leleh plastis dan zona elastis di tengah
penampang. Batas antara keduanya terletak pada jarak Yy dari sumbu netral. Ketika M
bertambah besar, Yy mendekati nol. Ini akan mengakibatkan material seluruhnya plastis
dan distribusi tegangan kemudian akan terlihat seperti yang ditunjukkan pada Gambar.
6–48 f.

• Dengan persamaan diatas jika Yy = 0 atau dengan


menemukan momen "blok" tegangan di sekitar sumbu
netral, kita dapat menulis nilai batas sebagai berikut :

• Momen ini disebut sebagai  momen plastis. Persamaan tsb hanya


berlaku untuk bagian persegi panjang, karena analisisnya
tergantung pada geometri penampang melintang.
6.10 Lentur Inelastis
Tegangan Sisa
• Ketika momen plastik dihilangkan dari balok maka akan menyebabkan
terjadinya tegangan sisa pada balok.
• Tegangan sisa ini penting ketika mempertimbangkan kelelahan dan
jenis perilaku mekanis lainnya
• diasumsikan bahwa Mp menyebabkan material di bagian atas dan
bawah balok mengalami regangan ke 1 (>> y), seperti yang
ditunjukkan oleh titik B pada kurva  - 
• Pelepasan momen ini akan menyebabkan material ini memulihkan
sebagian dari regangan ini secara elastis dengan mengikuti jalur putus-
putus BC. Karena pemulihan ini elastis, kita dapat menempatkan pada
distribusi tegangan pada Gambar b distribusi tegangan linier yang
disebabkan oleh penerapan momen plastik pada arah yang
berlawanan, Gambar c.
• Di sini tegangan maksimum, yang disebut modulus pecah untuk lentur
(r), dapat ditentukan dari rumus lentur ketika balok dimuat dengan
momen plastik.
6.10 Lentur Inelastis
Tegangan Sisa
6.10 Lentur Inelastis
Contoh Soal :
6.10 Lentur Inelastis
Contoh Soal :
SEKIAN DAN TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai