Anda di halaman 1dari 76

Mata Kuliah : Psikologi Pendidikan

Oleh : DR. H. Hisban Thaha, M.Ag


• Tatap Muka : II ( Kedua )
• Pokok Bahasan : 1. Pengertian Psikologi Pendidikan
2. Sejarah Singkat Psikologi Pendidikan
 
• Pengertian Psikologi Pendidikan
Menurut Bahasa
• - Psikologi berasal dari kata bahasa Inggris “Psychology”. Kata
ini berakar dari 2 kata dari bahasa Yunani, yaitu : Psyche yang
berarti jiwa, dan Logos yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah
psikologi berarti Ilmu Jiwa.
• -Pendidikan berasal dari kata “didik”. Dalam Inggris disebut
“Education” dari kata “educate” yang berarti memelihara,
mengembangkan dan memeberi latihan.
• Menurut Istilah :
- Psikologi, berdasarkan rumusan para ahli dapat
disimpulkan pengertiannya sbb.:
1. Ilmu mengenai kehidupan mental (the
science of mental life).
2. Ilmu mengenai pikiran (the science of mind).
3. Ilmu mengenai tingkahlaku (the science of
behavior).
• Pendidikan, antara lain dapat didepinisikan sebagai berikut :
1. Usaha secara sengaja yang dilakukan oleh orang dewasa yang
dengan pengaruhnya dapat mengantarkan si anak mencapai
kedewasaan dan bertanggungjawab secara moral atas segala
perbuatannya.
2. Sebuah proses dengan penggunaan metode-metode tertentu
sehingga seseorang dapat memperoleh pengetahuan,
pemahaman dan cara bertingkahlaku yang sesuai dengan
kebutuhan.
3. The total process of developing human abilities and
behaviors, drawing on almost all life’s experiences (Seluruh
tahapan pengembangan kemampuan-kemampuan dan
prilaku-prilaku manusia dan juga proses penggunaan hamper
seluruh pengalaman kehidupan).
• Depinsi psikologi pendidikan, antara lain :
• 1. Arthur S. Reber : “Psikologi Pendidikan
adalah sebuah subdisiplin ilmu psikologi yang
berkaitan dengan teori dan masalah pendidikan”.
• 2. Tardif :”Psikologi Pendidikan adalah
sebuah bidang studi yang berhubungan dengan
penerapan pengetahuan tentang prilaku manusia
dalam kegiatan pendidikan”.
• 3. Whiterington: “Educational Psychology is
a systematic study of the process and factors involved
in the education of human being”(psikologi
pendidikan adalah studi sistematis tentang proses-
proses dan factor-faktor yang berhubungan dengan
• Sejarah Singkat Psikologi Pendidikan
• Psikologi Pendidikan adalah merupakan cabang
dari “Psikologi”. Akan tetapi tidak diketahui secara
pasti kapan Psikologi lahir sebagai sebuah disiplin
ilmu. Terdapat sumber menyebutkan bahwa
salah seorang tokoh filsafat yang dikenal sebagai
Bapak Psikologi Pendidikan ialah Johan Friedrich
Herbart kelahiran Oldenburg Jerman, lahir pada 4
Mei 1776 dan meninggal 14 Agustus 1841.
• Nama Herbat kemudian diabadikan sebagai nama sebuah aliran
psikologi yang disebut Herbarti-ani sme pada tahun 1820-an.
Konsep utama pemikiran Herbartianisme ialah apperceptive mass,
• sebuah istilah yang khusus diperuntukkan bagi
pengetahuan yang telah dimiliki individu. Dalam pandangan
Herbart, proses belajar atau memahami sesuatu bergantung pada
pengenalan individu terhadap hubungan-hubungan antara ide-ide
baru dengan pengetahuan yang telah dia miliki. Konsep ini sampai
sekarang masih digunakan secara luas dalam dunia pengajaran,
yakni apa yang dikenal sekarang ini dengan istilah apersepsi
sebagai salah satu tahapan dalam kegiatan pembelajaran.
• Walaupun ilmu ini lahir di Eropa, namun perkembangannya lebih pesat di
Amerika Serikat. Dari negeri Paman Sam ini kemudian menyebar ke seluruh
dunia, termasuk ke Indonesia.
• Dewasa ini, psikologi pendidikan semakin berkembang. Hal ini ditandai
dengan semakinbanyak- nya lahir pakar-pakar dalam bidang ini, juga semakin
banyaknya dibuka fakultas-fakultas psikologi yang berkaitan dengan pendidikan.
Di Indonesia kajian ini semakin intens dipelajari terutamapada fakultas-fakultas
ilmu pendidikan, baik fakultas pendidikan umum maupun agama.
• Kenyataan lain yang menunjukkan kepesatan perkembangan psikologi
pendidikan ini adalah semakain banyaknya ragam cabang psikologi dan aliran
psikologis yang turut berkiorah dalam riset-riset psikologi pendidikan, misalnya :
aliran humanism, aliran behaviorisme dan aliran psikologi kognitif, dan lain-lain.
•  
Tatap Muka : III ( Ketiga )
Pokok Bahasan : 1. Ruang Lingkup Psikologi Pendidikan
2. Psikologi dalam Dunia Pendidikan

1. Ruang Lingkup Psikologi Pendidikan


Oleh para ahli membagi pokok-pokok bahasan psikologi
pendidikan ke dalam 3 bagian yaitu :
a. Pokok bahasan mengenai “belajar” yang meliputi teori-teori,
prinsip-prinsip, dan ciri-ciri khas prilaku belajar siswa, dan
sebagainya.
b. Pokok bahasan mengenai “proses belajar”, yakni tahapan
perbuatan dan peristiwa yang terjadi dalam kegiatan belajar
siswa.
c. Pokok bahasan mengenai “situasi belajar”, yakni suasana dan
keadaan lingkungan, baik bersifat fisik maupun nonfisik yang
• Ad. a. Belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Teori belajar
adalah tata cara pengaplikasian kegiatan pembelajaran antara guru dan siswa; atau
perancangan metode pembelajaran yang akan dilaksanakan di dalam maupun di
luar kelas.
• Macam-macam teori Belajar, antara lain :
1. Teori Belajar Behavioristik (Bhw dlm belajar terjadi perubahan prilaku).
2. Teori Belajar Kognitif (Bhw dlm belajar terjadi proses, kesinambungan adaptasi
secara kognitif)
3. Teori Belajar Humanistik (Bhw dlm belajar terjadi proses humanisasi sehingga
peserta didik memahami diri dan lingkungannya.
4. Teori Belajar Konstruktivistik (Bhw pengetahuan yg dimiliki oleh siswa
merupakan hasil dari rekonstruksi mrk sendiri yg dilakukan sedikit demi sedikit).
5. Teori Belajar Gestalt (Bhw pemerolehan pengetahuan dg struktur secara
menyuruh, baru kemudian kpd hal-hal yg lebih detail).
• Ad. b. Prinsip prinsip Belajar, secara umum terkait
dg : Perhatian dan motivasi, Keaktifan, Keterlibatan
langsung atau pengalaman, pengulangan,
tantangan, balikan dan penguatan, dan perbedaan
individu.
• Contoh prinsip-prinsip belajar : Prinsip Kesiapan,
Prinsip Motivasi, Prinsip Persepsi, Prinsip Tujuan,
Prinsip Perbedaan Individu, Prinsip Transfer dan
Retensi, Prinsip Evaluasi, Prinsip Belajar Kognitif,
Afektif dan Psikomotorik.
• Ad. c. Ciri-ciri Belajar
Hakekat belajar adalah terjadinya perubahan pd
pembelajar. Oki ciri belajar sbb :
1. Perubahan bersifat fungsional
2. Menjadi kebutuhan dan prioritas
3. Belajar terjadi melalui pengalaman yg bersifar individual.
4. Perubahan terjadi bersifat menyeluruh dan terintegrasi,
dan berlangsung dari yg sederhana ke arah yg lebih
kompleks.
5. Belajar adalah proses interaksi.
Samuel Smith menetapkan 16 topik bahasan Psikologi
Pendidikan, yaitu :
1. Pengetahuan tentang psikologi pendidikan (the science of
educational psychology).
2. Hereditas atau karakteristik pembawaan sejak lahir (heredity).
3. Lingkungan yang bersifat fisik (physical structure).
4. Perkembangan siswa (growth).
5. Proses-proses tingkahlaku (behavior process).
6. Hakekat dan ruang lingkup belajar (nature and scope of
learning).
7. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar (factors that
condition learning).
8. Hukum-hukum dan teori-teori belajar (laws an theories of
learning).
9. Pengukuran/evaluasi : prinsip-prinsip dasar dan batasan-batasan
pengukuran (measurement : basic principles and definitions).
10. Transfer belajar, meliputi mata pelajaran (transfer of learning
subject learning).
11. Sudut-sudut pandang praktis mengenai pengukuran (practical
aspect of measurement).
12. Ilmu statistik dasar (element of statistic).
13. Kesehatan rohani (mental hygiene).
14. Pendidikan membentuk watak (character education).
15. Pengetahuan psikologi tentang mata pelajaran sekolah
menengah (psychology of secondary school subjects).
16. Pengetahuan psikologi tentang mata pelajaran sekolah dasar
(psychology of elementary school subjects).
2. Psikologi Dalam Dunia Pendidikan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa
psikologi memiliki urgensi dan keterkaitan yang sangat
erat dengan pendidikan. Perpaduan antara psikologi
dengan pendidikan menjadikan psikologi sebagai ilmu
terapan (applied science), yang mana sebelumnya dikenal
sebagai ilmu murni (pure science).
Persoalan pokok psikologis dalam proses pendidikan
adalah terletak pada anak didik, sebab pendidikan pada
hakekatnya adalah pelayanan bagi anak didik. Agar
pelayanan itu mengubah tingkahlaku anak didik ke arah
perkembangan pribadi yang optimal, maka pelayanan itu
hendaknya sesuai dengan sifat dan hakekat anak didik. Hal
ini merupakan inti pembahasan dari psikologi pendidikan.
Mata Kuliah : Psikologi Pendidikan
Tatap Muka : IV ( Keempat )
Pokok Bahasan : A. Pertumbuhan dan Hukum Pertumbuhan Individu
B. Aspek-aspek yang Mempengaruhi Pertumbuhan
 
PERTUMBUHAN DAN HUKUM PERTUMBUHAN INDIVIDU
• Istilah Pertumbuhan dan Perkembangan digunakan dalam psikologi.
Istilah Pertumbuhan digunakan terkait terjadinya perubahan pada
bagian-bagian Fisik manusia. Sedangkan Perkembangan digunakan untuk
hal yang terkait dengan perubahan unsur-unsur Psikis (jiwa) manusia.
• Pertumbuhan, berarti perubahan kuantitatif dapat berupa pembesaran
atau pertambahan dari tidak ada menjadi ada, dari kecil menjadi besar,
dari sedikit menjadi banyak, dari sempit menjadi luas, dan seterusnya
pada bagian fisik manusia; misalnya : sel, kromoson, butir darah, rambut,
daging, tulang, alat penginderaan atau bagian tubuh yang lain.
 
HUKUM PERTUMBUHAN INDIVIDU MANUSIA
1. Pertumbuhan merupakan suatu proses yang teratur
dan berkesinambungan.
Maksudnya, manusia sebagai organisme bertumbuh
mulai dari hal yang sederhana kemudian menjadi
sempurna. Dari keadaan lemah menjadi kuat. Dari
sperma, kromosan kemudian jadi darah, daging,
tulang, kemudian lahir ke dunia menjadi bayi, anak,
remaja, dewasa dan seterusnya. Proses ini
berproses secara teratur dan berkesinambungan.
2. Pertumbuhan bersifat kuantitatif dan kualitatif
Maksudnya, dalam pertumbuhan itu terjadi dua
proses yang hampir berbarengan, yaitu proses
pertumbuhan itu sendiri dan proses pematangan.
Pertumbuhan dapat diamati misalnya dengan
adanya penambahan besar tubuh (ini disebut
pertumbuhan secara kuantitatif), sedangkan
pematangan ditandai dengan adaya perubahan
dalam struktur tubuh beserta fungsi-fungsinya (ini
disebut pertumbuhan secara kualitatif).
3. Tempo pertumbuhan adalah tidak konstan (tetap)
Maksudnya, tempo pertumbuhan itu tidak konstan.
Manusia sebagai makhluk organism ada saat tertentu
mengalami percepatan pertumbuhan, dan ada saat
lain mengalami perlambatan. Misalnya, pada masa
bayi ke pra sekolah mengalami pertumbuhan pesat.
Pada masa pra sekolah ke usia sekolah mengalami
pelambatan. Pada masa remaja kembali mengalami
kepesatan pertumbuhan menuju kedewasaan jasmani.
 
4. Taraf perkembangan Berbagai Aspek Pertumbuhan adalah
Berbeda-beda
Maksudnya, tidak semua aspek pertumbuhan seperti fungsi
jasmani, bahasa dan kemampuan intelektual berkembang
dalam taraf dan waktu yang sama. Sebagai contoh,
terkadang seorang anak usia setahun sudah mampu
mengucapkan beberapa kata, namun bulan-bulan berikutnya
tidak lagi mengucap-kan kata-kata baru, bahkan mungkin
kata-kata yang pernah dikuasainya terlupakan. Hal ini bisa
terjadi pelambatan mungkin karena pengaruh fungsi-fungsi
jasmani yang lain mengalami perkembangan sehingga energy
untuk perkembangan bahasanya menjadi berkurang.
5. Kecepatan serta Pola Pertumbuhan dapat
Dimodifikasi oleh Kondisi-Kondisi di dalam dan di
luar Badan.
Maksudnya, bahwa pertumbuhan individu
seseorang manusia dapat dipengaruhi oleh factor
dari dalam dirinya, seperti factor gizi, keadaan jiwa,
factor aktifitas, dll. Dan factor lingkungan luar
seperti kesehatan lingkungan, keadaan social,
pergaulan, dll. Oleh karena itu pola pertumbuhan
dapat direkayasa atau diatur.
6. Setiap Individu Tumbuh menurut Caranya Sendiri
yang Unik.
Maksudnya, bahwa setiap individu mengalami
pertumbuhan dengan cara yang tidak sama. Terbukti
bahwa setiap orang berbeda, ada yang tinggi, pendek,
kurus dan gemuk, dll. Keunikan pertumbuhan
disebabkan oleh beberapa perbedaan hal, antara
lain : kondisi lingkungan internal, eksternal, herediter,
kondisi fisiologis, jenis kelamin, dll.
7. Pertumbuhan bersifat kompleks dan semua aspeknya
saling berhubungan
• ASPEK-ASPEK YANG MEMPENGARUHI
PERTUMBUHAN
1. Latar belakang Keluarga, pribadi dan aktivitas
sehari-hari
Pertumbuhan anak, baik fisik maupun
intelektualitas, maupun social sangat
ditentukan oleh latar belakang keluarganya,
latarbelakang pribadinya, dan aktivitas sehari-
harinya.
2. Kondisi mental anak mempengaruhi
pertumbuhan
Umur anak mempengaruhi kapasitas
mentalnya. Kapasitas mental anak
mempengaruhi prestasi belajarnya. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa hubungan
yang sangat erat antara prestasi belajar dan
pertumbuhan atau tingkat kematangan anak.
3. Kondisi Lingkungan Sosial
Kondisi lingkungan dan interaksi anak terhadap
lingkungannya dapat pula mempengarahui
pertumbuhan dan kematangan mentalnya. Anak
yang memiliki aktifitas social tinggi mungkin saja
mengganggu pertumbuhan secara fisik tetapi
dapat mensupport bagi kematangan mentalnya.
Mata Kuliah : Psikologi Pendidikan
Tatap Muka : V ( Kelima )
Pokok Bahasan : Perkembangan dan Hukum
Perkembangan

 
A. Perkembangan dan Hukum Perkembangan
Dalam Buku Dictionary of Psychology dikemukakan
bahwa : “The progressive and continous change in the
organism from birth to death” . Artinya : Perkembangan
adalah merupakan perubahan yang progresif dan terus
menerus dalam diri organism sejak lahir hingga mati.
Atau dengan kata lain, perkembangan ialah proses
perubahan fungsi organ-organ fisik secara kualitatif.
Jadi, penekanan arti perkembangan terletak pada
proses penyempurnaan fungsi psikologis pada organ-
organ fisik.
Berbeda dengan pertumbuhan, perkembangan akan
berlanjut terus hingga manusia mengakhiri hidupnya.
Sedangkan pertumbuhan hanya terjadi sampai manusia
mencapai kematangan fisiknya (maturation) dalam usia
tertentu, kecuali bagian tubuh tertentu seperti rambut
dan kukuh.
B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan
Manusia dalam perkembangannya dipengaruhi oleh
adanya beberapa factor, a.l.
• Ki Hajar Dewantara menyebutkan Faktor Dasar dan
Faktor Ajar.
• Aliran Nativisme menyebut faktor bawaan (native)
lebih kuat pengaruhnya.
• Aliran Empirisme menyebutkan factor pengalaman
(empiris) yang lebih kuat pengaruhnya.
• Aliran Konvergensi mengatakan bahwa factor
bawaan dan pengalaman memilki pengaruh
yang sama dalam perkembangan individu.
• Adapun factor dasar atau bawaan atau indogen,
yaitu : bakat, minat, kemauan, kecerdasan,
fantasi dan sebagainya.
• Sedangkan factor ajar atau pengalaman atau
eksogen diataranya adalah : keluarga, sekolah,
masyarakat, kebudayaan, media dan lain-lain.
C. Hukum-Hukum Perkembangan Manusia :
• Hukum Konvergensi : Gabungan antara unsur bawaan dan
pengalaman
• Hukum mempertahankan diri : manusia memiliki naluri utk
mempertahankan diri dari bahaya, seperti respon yg
diperlihatkan terhadap rasa lapar, haus, dll.
• Hukum masa peka : adalah masa-masa tertentu dimana
setiap individu sangat peka terhadap rangsangan sehingga
dapat mempengaruhi panca indera, bicara, pikiran, dsb.
• Hukum kesatuan anggota : maksudnya bahwa perkembangan
fungsi-fungsi panca indera, bicara, pikiran, perasaan, saling
berkaitan dan merupakan satu kesatuan yang tdk dapat
dipisahkan.
• Hukum tempo perkembangan : bahwa setiap individu
mengalami tempo kecepatan perkembangan yang berbeda. Ada
cepat bicara, ada lambat menangkap pelajaran, dll.
• Hukum Irama Perkembangan : irama perkembangan setiap
orang berbeda. Adakalanya tenang dan adakalanya terguncang;
tenang dan teratur. Misalnya terkadang anak 3-7 tahun
mengalami irama goncang sehingga terkadang sulit diatur.
Demikian pula ketika memasuki usia pubertas, dst.
• Hukum Rekapitulasi : maksudnya perkembangan jiwa setiap
individu merupakan pengulangan dari kehidupan dan
kebudayaan sebelumnya. Misalnya: pada si anak ada masa
mereka bermain dengan saling kejar-kejaran, perang-perangan,
senang memelihara binatang, bercocok tanam, berdagang/jual-
jualan, dst.
• Mata Kuliah : Psikologi Pendidikan
• Tatap Muka : VI ( Keenam )
• Pokok Bahasan : TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN
SECARA PEDAGOGIS

1. Ch. Buhler, membagi tahap perkembangan secara pedagogis


a. Masa pertama, 0 sampai 2 tahun (Masa Vital)
b. Masa kedua, 2 sampai 4 tahun (Masa Keakuan dan
Imajinasi)
c. Masa ketiga, 4-8 tahun (Masa Perkembangan Pengamatan)
d. Masa keempat, 8 sampai 13 tahun (Masa Perkembangan
Intelektual)
e. Masa kelima, 14 sampai 19 tahun (Masa pra remaja dan
remaja).
2. Prof. Konhstam, membagi :
a. Masa vital (menyusu), sampai usia 1 tahun
b. Masa anak kecil (estetis), usia 1 sampai 7
tahun
c. Masa anak sekolah (intelektual), usia 7 sampai
14 tahun
d.Masa Remaja (berdikari) usia 14 sampai 21
tahun
d. Masa Dewasa (matang), usia 21 tahun ke atas.
1. Aristoteles, membagi :
a. Priode anak kecil, usia 0 sampai 7 tahun
b. Priode sekolah, usia 7 sampai 14 tahun
c. Priode pubertas (remaja) usia 12 sampai 21
tahun
4. Hoon Amos Comenius, membagi :
a. Tahap 6 tahun PERTAMA; tahap perkembangan fungsi
penginderaan dimana anak mulai mengenal lingkungannya.
b. Tahap 6 tahun KEDUA; tahap perkembangan fungsi ingatan
dan imajinasi dalam usaha mengenal dan menganalisis
lingkungannya.
c. Tahap 6 tahun KETIGA; tahap perkembangan fungsi
intelektual, dimana anak sudah mampu menilai serta
menemukan hubungan antar variable di dalam lingkungannya.
d. Tahap 6 tahun KEEMPAT; tahap perkembangan fungsi
kemampuan mandiri, self direction dan self controle.
e. Tahap 6 tahun KELIMA; tahap kematangan fungsi
kemampuan mandiri, self direction dan self controle.
Mata Kuliah : Psikologi Pendidikan
Tatap Muka : VIII ( Delapan )
Pokok Bahasan : Pembawaan dan Lingkungan
 
I. PEMBAWAAN
Pembawaan berarti sifat, tabiat, bakat, kecende-
rungan dan sebagainya yang dibawa sejak lahir.
Biasa juga disebut dengan hereditas.
Setiap individu yang lahir tidak terlepas dari warisan
yang berasal dari bapak-ibu, kakek-nenek dan
seterusnya. Ragam warisan tersebut dapat berupa
bentuk fisik maupun psikis, yang terdiri atas :
• Bentuk Tubuh dan Warna Kulit
• Sifat-sifat
• Intelegensia
• Bakat
• Penyakit atau cacat Tubuh
 
II. LINGKUNGAN
Lingkungan adalah segala hal baik yang berbentuk
material, maupun stimulus (rangsangan) dari luar dan
dari dalam, baik yang bersifat fisiologis, psikologis,
maupun sosio-kultural. Lingkungan terdiri atas :
• Keluarga
• Sekolah
• Masyarakat
• Keadaan alam sekitar
Keluarga, Sekolah dan Masyarakat disebut Tripusat
Pendidikan atau Tricentrum Pendidikan.
 
 
Menurut Prof. Sartein lingkungan terbagi :
1. Lingkungan alam/luar (external or psycal
environment)
2. Lingkungan dalam (internal environment)
3. Lingkungan sosial (social environment).
Mata Kuliah : Psikologi Pendidikan
Tatap Muka : IX ( Sembilan )
Pokok Bahasan : Pengaruh Pembawaan dan
Lingkungan Terhadap Perkembangan Individu
I. Klasifikasi tingkahlaku manusia terdiri atas 4 macam :
1. Insting : aktivitas yang hanya menuruti kodrat dan
tidak melalui belajar.
2. Habits : kebiasaan yang dihasilkan dari latihan atau
aktivitas yang berulang2.
3. Native Behavior : tingkahlaku pembawaan,
mengikuti mekanisme hereditas.
4. Acquired Behavior : tingkahlaku yang didapat
II. Pengaruh Hereditas dan Lingkungan Terhadap
Perkembangan Individu
Bahwa perkembangan individu adalah merupakan
produk hereditas dan lingkungan. Kedua-duanya
memberikan kontribusi terhadap perkembangan
individu.
Sifat-sifat yang herediter sangat sukar diubah,
walaupun melalui usaha rekayasa genetic.
Sedangkan sifat-sifat yang tumbuh akibat pengaruh
lingkungan lebih mudah diubah, misalnya melalui
perbaikan pendidikan dan rekayasa social.
III. a. Dalam Bidang Pertumbuhan Fisik
Sumbangan Hereditas : struktur tubuh,
tinggi-rendah, besar-kecil badan dan susunan
system saraf seseorang dibentuk oleh potensi dan
sifat-sifat “genes”.
Sumbangan Lingkungan : segenap sumbangan
hereditas dapat terpengaruhi oleh keadaan
lingkungan. Seperti misalnya : asupan gizi dan
pemenuhan vitamin dan pemeliharaan kesehatan.
b. Dalam Bidang Perkembangan Mental :
Sumbangan Hereditas : Penelitian menunjukkan
bahwa hampir semua individu yang lahir dengan
kapasitas tertentu, misalnya dalam bidang seni
dan mekanis, berkembang secara genetis.
Sumbangan Lingkungan : bahwa bawaan mental
dapat dikembangkan lebih maksimal oleh
lingkungan melalui pengajaran dan latihan.
c. Dalam Bidang Kesehatan Mental, Emosi serta
Kepribadian :
Sumbangan Hereditas : bahwa kesehatan mental,
emosi dan kepribadian adalah merupakan produk
dari struktur jasmani dan system saraf.
Sumbangan Lingkungan : bahwa kesehatan
mental, emosi dan kepribadian dapat diatur
melalui penciptaan lingkungan keluarga yang
kondusif, terbuka dan tidak protektif.
d. Dalam Hal Sikap, Keyakinan, dan Nilai :
Sumbangan Hereditas : Bahwa sikap, keyakinan,
dan nilai sangat banyak tergantung pada
pewarisan.
Sumbangan Lingkungan : Bahwa apa yang
menjadi pewarisan akan berkembang dan
terpengaruh oleh suasana lingkungan dimana
dia berada dan berinteraksi.
Mata Kuliah : Psikologi Pendidikan
Tatap Muka : X (Sepuluh)
Pokok Bahasan : Beberapa Teori Pokok Belajar
 
Beberapa Teori Belajar antara lain :
1. Teori Behavioristik
Teori ini dikembangkan oleh beberapa ilmuwan pada
awal abad 20 M., antara lain Thorndike, Watson, Hull,
Guthrie dan Skinner. Menurut aliran ini bahwa belajar
merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus
dengan respons. Seseorang dianggap telah belajar
sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan
prilakunya.
. Menurut teori ini yang penting adalah input
berupa stimulus dan output berupa respons.
Stimulus adalah apa saja yang diberikan oleh
guru kepada pembelajar, sedangkan respons
berupa reaksi atau tanggapan pembelajar
terhadap stimulus yang dibeikan oleh guru
tersebut. Macam-macam teori belajar
behavioristik, antara lain :
a. Koneksionisme
Teori belajar ini disebut juga dengan teori asosiasi,
dikembangkan oleh Edward L. Thorndike (1874-1949)
seorang ahli psikologi pendidikan berkebangsaan
Amerika. Teori Thorndike ini dikenal juga dengan istilah
teori Stimulus-Respons, karena menurutnya dasar belajar
adalah asosiasi antara stimulus (S) dengan Respons (R).
Stimulus akan memberi kesan kepada panca indera,
sedangkan respons akan mendorong seseorang untuk
melakukan tindakan. Asosiasi seperti ini disebut
connection. Prinsip itulah kemudian disebut sebagai teori
Connectionism. Teori ini disebut juga “Trial and error
learning”. Dalam melakukan percobaannya beliau
menggunakan kucing sebagai objek penelitiannya.
b. Pembiasaan Klassik (Classical Conditioning)
Teori ini dikembangkan oleh Ivan Pavlov
(1849-1936) seorang ilmuwan Rusia. Pada
dasarnya Classical Conditioning ini a dalah sebuah
prosedur penciptaan refleks baru dengan cara
mendatangkan stimulus sebelum terjadinya
refleks tersebut. Teori ini biasa juga disebut
Respondent Conditioning (Pembiasaan yang
dituntut), maksudnya bahwa untuk sesuatu
menjadi kebiasaan maka harus dilakukan secara
berulang. Dalam penelitiannya ia menjadikan
anjing sebagai obyek penelitiannya.
c. Skinner’s Operant Conditioning
Metode ini dikembangkan oleh Skinner.
Operant Conditioning adalah metode
pembelajaran yang terjadi melalui imbalan
(reward) dan hukuman (punishment). Bila
pembelajar merespons stimulus secara
positive maka ia diberi hadiah (reward =
positive reinforcement ), akan tetapi apabila
sebaliknya, maka ia diberi hukuman
(punishment = negative reinforcement).
2. Teori Belajar Kognitif
Para ahli ilmu jiwa kognitifis berpendapat bahwa
tingkah laku seseorang senantiasa didasarkan
pada kognisi, yaitu tindakan untuk mengenal atau
memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi.
Oleh karena itu, maka belajar adalah keterlibatan
langsung seseorang dalam situasi untuk
memperoleh “insight” untuk pemecahan masalah.
Jadi mereka berpndangan bahwa tingkah laku
seseorang tergantung kepada “insight” terhadap
hubungan-hubungan yang ada dalam suatu situasi
. Yang termasuk di antara teori ini adalah teori
psikologi belajar Gestalt (Kaum Gestaltis
berpendapat bahwa pengalaman itu
berstruktur yang terbentuk dalam suatu
keseluruhan. Orang yang belajar, mengamati
stimulus dalam keseluruhan wujud, bukan
bagian-bagian yang terpisah).
Jadi, inti belajar kognitif adalah belajar
dengan pengertian, bukan dengan hafalan.
Macam-macam teori belajar kognitif, antara
lain :
a. Teori Belajar Cognitive – Field
Teori ini dikembangkan oleh Kurt Lewin
(1892-1947). Ia berpendapat bahwa tingkah
laku merupakan hasil interaksi antar
kekuatan-kekuatan, baik yang dari dalam diri
individu seperti tujuan, kebutuhan, tekanan
kejiwaan; maupun dari luar diri individu
seperti tantangan dan permasalahan.
Menurut Kurt Lewin, belajar berlangsung sebagai
akibat dari perubahan dalam struktur kognitif.
Perubahan struktur kognitif itu adalah hasil dari 2
macam kekuatan satu dari struktur medan kognisi
itu sendiri, yang lainnya dari kebutuhan dan
motivasi internal individu. Lewin memberikan
peranan yang lebih penting pada motivasi daripada
reward.


b. Teori Belajar Cognitive – Development
Teori ini dikembangkan oleh Piaget.
Beliau adalah seorang psikolog
“developmental” yakni mengenai tahap-
tahap perkembangan kognisi/intelektualitas.
Dalam penelitiannya beliau menemukan
bahwa kemampuan belajar individu erat
kaitannya dengan perkembangan kognisi dan
perubahan umur seseorang.
Jadi, dalam belajar seorang pembelajar harus
diberikan ruang atau kesempatan untuk
belajar apa yang belum diketahuinya. Dengan
begitu maka ia dapat menga komo-dasi atau
mendapatkan sesuatu dari proses belajar itu
sesuai dengan perkembangan yang
dialaminya secara psikologis. Intinya, anak
diberi kesempatan belajar sesuai perkem-
bangan pribadi dan perubahan usianya.
c. Teori Belajar Cognitive : Discovery Learning
Teori ini dikembangkan oleh J. Bruner.
Berangkat dari pendapat Pieget tentang
Cognitive Learning, J. Bruner berpendapat
bahwa anak harus berperanan secara aktif
dalam belajar. Untuk itu, Bruner memakai cara
dengan apa yang disebutnya “Discovery
Learning” (belajar menemukan), yaitu cara
belajar dimana anak mengorganisasi bahan yang
dipelajarinya dengan suatu bentuk akhir sebagai
temuan.

 
3. Teori Belajar Psikologi Humanistis
Pada dasarnya, teori humanistic adalah teori
belajar yang memanusiakan manusia.
Pembelajaran dipusatkan pada pribadi sesorang.
Teori ini tidak terlepas dari pendidikan yang
berfokus pada bagaimana mengahasilkan sesuatu
yang efektif, bagaimana belajar yang bisa
meningkatkan kreativitas dan memanfaatkan
potensi yang ada pada seseorang. Teori
humanistic ini muncul sebagai perlawanan
terhadap teori belajar sebelumnya, yaitu Teori
Behavioristik, yang dianggap terlalu kaku, pasif.
Teori ini dikembangkan oleh beberapa tokoh filsafat
humanism, antara lain :
a. Arthur Combs
Arthur Combs menyatakan bahwa belajar
merupakan hal yang bisa terjadi tatkala bagi
seseorang ada artinya. Guru tidak bisa memaksa
seseorang untuk mempelajari hal yang tidak disukai
atau dianggap tidak relevan. Ketika muncul
perlawanan, hal itu sebenarnya merupakan bentuk
prilaku buruk yang mencerminkan ketidakmauan
seseorang untuk mempelajari hal yang bukan
minatnya, karena sama saja dengan melakukan
sesuatu yang baginya tidak mendatangkan
kepuasaan.
b. Abraham Maslow
Beliau berpendapat bahwa proses belajar
pada manusia merupakan proses yang
dilaluinya untuk mengaktualisasikan dirinya.
Belajar adalah proses untuk mengerti
sekaligus memahami siapa diri kita sendiri,
bagaimana kita menjadi diri kita sendiri,
sampai potensi apa yang ada pada diri kita
untuk kita kembangkan ke arah tertentu.
c. Carl Rogers
Ia berpendapat bahwa setiap manusia
memiliki kecenderungan untuk mencapai
kesempurnaan hidup, membentuk konsep
hidup yang unik, dan tingkahlakunya selaras
dengan konsep kehidupan yang dimilikinya.
Menurutnya, pembelajaran terjadi melalui
fenomena hidup atau pengalaman yang
dialami setiap orang.
 
 
Mata Kuliah : Psikologi Pendidikan
Tatap Muka : XI (Sebelas)
: XII (Dua belas)
Pokok Bahasan : Tujuan dan Prinsip-Prinsip Belajar

I. Belajar adalah suatu usaha atau perbuatan yang dilakukan


secara sungguh-sungguh, dengan sistematis,
mendayagunakan semua potensi yang dimiliki, baik fisik,
mental serta dana, panca indera, otak dan anggota tubuh
lainnya, demikian pula aspek-aspek kejiwaan lainnya sepeti
intelegensia, bakat, motivasi, minat dan sebagainya.
II. Belajar Bertujuan :
a. Untuk mengadakan perubahan prilaku pada diri
pembelajar.
b. Untuk mengubah kebiasaan pada diri pembelajar.
c. Untuk mengubah sikap (attitude) pada diri
pembelajar.
d. Untuk meningkatkan keterampilan diri pembelajar.
e. Untuk mengembangkan potensi, bakat yang dimiliki
oleh pembelajar.
f. Untuk memperoleh dan menambah pengetahuan
pembelajar.
• Atau dengan kata lain tujuan belajar adalah
untuk mengembangkan dan memperkuat
aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap)
Behevior , psikomotorik (keterampilan)
pembelajar atau peserta didik.
III. Prinsip-Prinsip Belajar
Prinsip Belajar adalah bagian terpenting dalam
proses pembelajaran, oleh karena menjadi
pertimbangan dan landasan berfikir untuk
menentukan bagaimana terwujudnya aktivitas
belajar dan pembelajaran yang efektif dan berhasil.
Bagi peserta didik prinsip belajar bertujuan untuk
meningkatkan upaya belajar, sedang bagi guru
bertujuan untuk meningkatkan kualitas
pengajaran. Adapun prinsip-prinsip belajar sbb :
1. Kematangan Jasmani dan Rohani
2. Memiliki kesiapan
3. Memahami tujuan
4. Perhatian/fokus dan motivasi
5. Keaktifan
6. Kesungguhan
7. Keterlibatan langsung/Pengalaman
8. Pengulangan dan Latihan
9. Kuat menghadapi tantangan/godaan
10. Perbedaan Individual
IV. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN
BELAJAR
Berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar
disebabkan oleh beberapa factor yang mempengaruhi
pencapaian hasil belajar, yaitu berasal dari dalam diri
(factor internal), dan dari luar diri (factor eksternal) :
1. Faktor Internal :
a. Kesehatan
b. Intelegensia
c. Bakat
d. Minat
e. Motivasi
f. Cara Belajar
2. Faktor Eksternal :
a. Keluarga
b. Sekolah
c. Masyarakat
d. Lingkungan Sekitar
e. Media
d. Perkembangan IPTEK
•  
Mata Kuliah : Psikologi Pendidikan
Tatap Muka : XIII (Tiga Belas)
Pokok Bahasan : Tipe-Tipe Belajar

• Secara etimologi “tipe” berarti model, contoh,corak, dan jenis.


Dikaitkan dengan belajar, menjadi “tipe belajar”. Tipe belajar
dimaknai sebagai kegiatan belajar yang memiliki corak yang
berbeda antara satu dengan yang lain, baik dari aspek materi dan
metodenya, maupun dalam aspek tujuan dan perubahan tingkah
laku yang diharapkan. Ada pula yang memaknai tipe belajar sebagai
gaya belajar yang dimiliki oleh setiap individu yang merupakan cara
termudah dalam menyerap, mengatur dan mengolah informasi (De
Petter dan Hearchi). Karena beragamnya aspek belajar, maka para
ahli berbeda pul dalam mema-hami tipe-tipe belajar, antara lain :
 
1. Sutanto, membagi tipe belajar :
a. Tipe Visual - lebih memudah memahami dengan melihat
b. Tipe Auditori – lebih mudah memahami dengan mendengar
c. Tipe Kinestetik – lebih mudah memahami melalui gerak dan sentuhan.

2. Daryono, membagi tipe belajar :


a. Tipe belajar Abstrak, yaitu belajar dengan menggunakan cara-cara
berfikir abstrak. Tujuannnya adalah untuk mmperoleh pemahaman dan
pemecahan masalah-masalah yang tidak nyata, seperti belajar filsafat
ketuhanan, astronomi, dll.
b. Tipe belajar Keterampilan, yakni belajar dengan menggunakan gerakan-
gerakan motorik, atau yang berhubungan dengan otot dan saraf, seperti
pelajaran menari, melukis, olahraga, dll.
c. Tipe belajar Sosial, yakni belajar memahami masalah
social dan cara penyelesaiannya, misalnya pelajaran social,
agama, dll.
d. Tipe belajar Rasional, yakni belajar dengan menggunakan
kemampuan berpikir secara logis dan rasional.
e. Tipe belajar Kebiasaan, yakni proses pembelajaran dan
pembentukan kebiasaan-kebiasaan, atau perbaikan
kebiasaan-kebiasaan yang ada.
f. Tipe belajar Apresiasi, yakni belajar mempertimbangkan
arti penting atau nilai suatu obyek. Dengan belajar ini
maka peserta didik diharapkan dapat memiliki
kemampuan untuk menghargai sesuatu, dan
mengembangkan ranah rasa (affective skill).
3. M. Gagne, membagi tipe belajar :
a.Tipe belajar Signal (isyarat), yaitu belajar dengan cara
menggunakan isyarat, misalnya menutup mulut dengan
telunjuk, isyarat mengambil sikap tidak bicara.
b.Tipe belajar Stimulus Respons, yaitu belajar dengan cara
memperkuat hubungan antara rangsangan dengan tanggapan.
c.Tipe belajar Chaining (rantai atau rangkaian), yaitu belajar
dengan cara merangkaikan gerakan antara satu obyek dengan
obyek yang lain, contoh, antara kegiatan makan-minum.
d. Tipe belajar Verbal Association (asosiasi verbal), yaitu cara
belajar dengan menghubungkan antara satu kata dengan kata
yang lain sehingga terbangun sebuah kalimat.
e.Tipe belajar Discrimination Learning (belajar diskriminasi),
yaitu belajar dengan cara membedakan antara satu obyek
dengan obyek yang lain. Misalnya, sebuah sepeda motor
dapat dibedakan antara satu bagian dengan bagian lainnya.
f. Tipe belajar Concept Learning (belajar konsep), yaitu
belajar dengan cara membuat tafsiran (konsep) terhadap
fakta obyek. Tipe ini mirip dengan diskriminasi, misalnya
jenis-jenis yang hidup binatang hidup di laut.
g. Tipe belajar Rule Learning (belajar aturan), yaitu belajar
dengan cara memahami rumus atau dalil.
h. Tipe belajar Problem Solving (memecahkan masalah),
yaitu belajar bagaimana cara memecahkan masalah.
Pembelajar diarahkan untuk berpikir sistematis, logis, teliti
dalam menyelesaikan sebuah soal.
Mata Kuliah : Psikologi Pendidikan
Tatap Muka : XIV (Empat Belas)
Pokok Bahasan : Kesulitan Dalam Belajar

I. Kesulitan belajar adalah suatu keadaan dalam proses


belajar mengajar dimana peserta didik tidak dapat
belajar sebagaimana mestinya, sehingga prestasi
belajarnya rendah berbeda dengan teman-temannya
yang lain.
II. Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan Belajar
Menurut Helex Wirawan factor penyebab kesulitan
belajar dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian yaitu :
1. Faktor Intern
a. Faktor Fisiologis
Fisik yang kurang sehat dapat memberi dampak
negative bagi proses kegiatan dan prestasi
belajar peserta didik.
b. Faktor Psikologis
Faktor psikis adalah segala hal berkenaan
kejiwaan. Bila tersebut terganggu, atau
berkurang maka akan memberi pengaruh
negative terhadap belajar peserta didik. Seperti
: minat, motivasi, intelegensia, dll.
2. Faktor Eksternal
a. Faktor social
Contoh factor social yang mempengaruhi belajar
anak adalah keadaan keluarga dan lingkungan di
mana anak berada.
b. Faktor non social
Contoh factor non social yang bisa mempengaruhi
belajar anak adalah keadaan di sekolah yang tidak
kondusif, SDM guru yang tidak memadai,
ketersediaan sarana prasarana tidak mendukung,
materi pembelajaran atau kurikulum yang tidak
tertata dengan baik, dan lain-lain sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai