Anda di halaman 1dari 39

PENYELENGGARAAN

PEMBANGUNAN
BANGUNAN
GEDUNG
NEGARA
DASAR HUKUM
1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang
Bangunan Gedung
2. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2002 tentang Bangunan Gedung
3. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah
4. Peratuan Presiden Republik Indonesia Nomor 73 Tahun
2011 tentang Pembangunan Bangunan Gedung Negara
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
45/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Pembangunan
Bangunan Gedung Negara
6. Peraturan Menteri Keuangan Nomor ..../PMK..../20...
tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana
Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga
PEMBANGUNAN BANGUNAN
GEDUNG NEGARA
PERATURAN PRESIDEN RI NOMOR
73 TAHUN 2011
DAFTAR ISI

I. KETENTUAN UMUM
II. PERSYARATAN BGN

III. PROSEDUR PEMBANGUNAN BGN


IV. BIAYA PEMBANGUNAN BGN
V. PEMBINAAN

VI. KETENTUAN PENUTUP


I. KETENTUAN UMUM

Bangunan Gedung Negara adalah bangunan gedung untuk


keperluan dinas yang menjadi barang milik negara/daerah dan
diadakan dengan sumber pembiayaan yang berasal dari dana
APBN, dan/atau APBD, atau perolehan lainnya yang sah.

5
PEMBANGUNAN BGN
adalah kegiatan mendirikan bangunan gedung negara
yang diselenggarakan melalui tahapan:
• perencanaan teknis,
• pelaksanaan konstruksi,
• pengawasan teknis.
Pembangunan yang dimaksud dapat berupa:
• pembangunan baru,
• perawatan bangunan gedung,
• perluasan bangunan gedung yang sudah ada,
dan/atau lanjutan pembangunan bangunan
gedung.
II. 1. PERSYARATAN
PERSYARATAN ADMINISTRASI
2. PERSYARATAN
BGN TEKNIS
PERSYARATAN ADMINISTRATIF
1. Status Hak Atas Tanah dan/atau izin pemanfaatan
2. Status Kepemilikan Bangunan Gedung (SKBG)
3. Izin Mendirikan Bangunan Gedung (IMB), termasuk
dokumen AMDAL
4. Dokumen Pendanaan
5. Dokumen Perencanaan
6. Dokumen Pembangunan
7. Dokumen Pendaftaran
PERSYARATAN TEKNIS
1. TATA BANGUNAN 4. STANDAR LUAS
 peruntukan dan intensitas  Gedung Kantor  rata-rata 10 m2/
bangunan personel
 wujud / arsitektur bangunan  Rumah Negara  tipe didasarkan pada
dan lingkungan tingkat jabatan dan golongan penghuni
 dampak lingkungan  Bangunan Gedung Negara lainnya 
2. KEANDALAN BANGUNAN mengikuti ketentuan yg ditetapkan oleh
menteri yang bersangkutan
 keselamatan
 kesehatan 5. STANDAR JUMLAH LANTAI
 kemudahan/aksesibilitas  Bangunan Gedung Negara  maks. 8
 kenyamanan lantai (>8 lt hrs dgn persetujuan menteri)
 Rumah Negara  maks. 2 lantai
3. KLASIFIKASI
 BGN yang dibangun lebih dari 8 lantai harus
 Bangunan Sederhana mendapat persetujuan terlebih dahulu dari
 Bangunan Tidak Sederhana Menteri.
 Bangunan Khusus
KLASIFIKASI
berdasarkan KOMPLEKSITAS
• BG Kantor yang sudah ada disain
Sederhana: BGN dengan prototipe-nya/ sd. 2 lantai/luas sd. 500m2
• Rumah Dinas Tipe C,D, dan E
teknologi-spesifikasi
• Pelayanan kesehatan: Puskesmas
sederhana • Pendidikan: lanjutan dan dasar sd. 2 lantai

• BG Kantor belum ada prototipe-nya/ diatas


2 lantai/ >500 m2
Tidak Sederhana: BGN • Rumah Dinas Tipe A & B, atau C,D,&E
KLASIFI dengan teknologi- bertingkat
• Rumah Sakit Klas A & B
KASI spesifikasi tidak
• Universitas/Akademi
sederhana
• Istana Negara/Wisma Negara
• Instalasi Nuklir, instalasi hankam
• Laboratorium, terminal, stadion OR,
Khusus: BGN dengan rumah tahanan, gudang benda berbahaya
fungsi, teknologi, dan • Bangunan Monumental, ged. Perwakilan
spesifikasi khusus RI

9
STANDAR LUAS BANGUNAN GEDUNG KANTOR
Sesuai Perpres 73 tahun 2011 tentang Pembangunan Bangunan Gedung Negara
STANDAR LUAS BANGUNAN GEDUNG KANTOR
A. RUANG UTAMA
LUAS RUANG (m 2)
R. PELAYANAN KETERANGAN
R. PENUNJANG JABATAN
JABATAN JABATAN
R. KERJA JML
R. JML
R. TAMU R. RAPAT R. TUNGGU R. SEKRET R. STAF R. SIMPAN R. TOILET CATATAN
ISTIRAHAT STAF
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Menteri/ Ketua Lembaga 28,00 40,00 40,00 60,00 20,00 15,00 24,00 14,00 6,00 247,00 8

2 Wakil Menteri K/L 16,00 14,00 20,00 18,00 10,00 10,00 15,00 10,00 4,00 117,00 2

3 Eselon IA/ Anggota Dewan 16,00 14,00 20,00 18,00 10,00 10,00 15,00 10,00 4,00 117,00 5
R.Staf pada setiap
4 Eselon IB 16,00 14,00 20,00 9,00 5,00 7,00 4,40 5,00 3,00 83,40 2 jabatan diperhitungkan
berdasarkan jumlah
5 Eselon IIA 14,00 12,00 14,00 12,00 5,00 7,00 4,40 3,00 3,00 74,40 2
personel @ 2,2 - 3 m2/
6 Eselon IIB 14,00 12,00 10,00 6,00 5,00 5,00 4,40 3,00 3,00 62,40 2 personel, sesuai
dengan tingkat jabatan
7 Eselon IIIA 12,00 6,00 3,00 3,00 24,00 0
R. Toilet
8 Eselon IIIB 12,00 6,00 3,00 bersama
21,00 0

9 Eselon IV 8,00 8,80 2,00 18,80 4

B. RUANG PENUNJANG
JENIS RUANG LUAS KETERANGAN
1 2 3
2
1 Ruang Rapat Utama Kementrian 140 m Kapasitas 100 orang
2
2 Ruang Rapat Utama Es. I 90 m Kapasitas 75 orang
2
3 Ruang Rapat Utama Es. II 40 m Kapasitas 30 orang
2
4 Ruang Studio 4 m / orang Pemakai 10% dari staf
2
5 Ruang Arsip 0,4 m / orang Pemakai seluruh staf
2
6 WC/ Toilet 2 m / 25 orang Pemakai Pejabat Es. V sd Es. III dan seluruh staf
7 Musholla 0,8 m2/ orang Pemakai 20% dari jumlah personel

C. SIRKULASI 25% X (JUMLAH A + B)


Keterangan:
- Standar luas ruang tersebut diatas merupakan acuan dasar, yang dapat disesuaikan berdasarkan fungsi/sifat tiap eselon/jabatan.
- Luas ruang kerja untuk Satuan Kerja dan Jabatan Fungsional dihitung tersendiri sesuai dengan kebutuhan di luar standar luas tersebut di atas.
- Untuk bangunan gedung kantor yang memerlukan ruang-ruang khusus atau ruang pelayanan masyarakat, seperti Kantor Pelayanan Pajak, Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara,
kebutuhannya dihitung tersendiri, di luar standar luas tersebut di atas.
10
STANDAR LUAS RUMAH NEGARA
Sesuai Perpres 73 tahun 2011 tentang Pembangunan Bangunan Gedung Negara
LAMPIRAN - 2
ST ANDAR LUAS RUMAH NEGARA
LUAS (m 2)
TIPE PENGGUNA
BANGUNAN TANAH

1 2 3 4

- Menteri
KHUSUS 400 1000
- Kepala Lembaga Tinggi/ Tertinggi Negara

- Sekretaris Jenderal/Direktur Jenderal/Inspektur Jenderal


A 250 600
- Pejabat yang setingkat/Anggota Dewan

- Direktur/Kepala Pusat/Kepala Biro

B - Pejabat yang setingkat 120 350

- Pegawai Negeri Sipil Gol. IV/d dan IV/e

- Kepala Sub Direktorat/Kepala Bagian/Kepala Bidang

C - Pejabat yang setingkat 70 200

- Pegawai Negeri Sipil Gol. IV/a dan IV/ c

- Kepala Seksi/Kepala Sub Bagian/Kepala Sub Bidang

D - Pejabat yang setingkat 50 120

- Pegawai Negeri Sipil Gol. III

E - Pegawai Negeri Sipil Gol. I dan II 36 100

Keterangan :
1. Untuk :
- Untuk Rumah Jabatan Gubernur disetarakan dengan Rumah Tipe Khusus.
- Untuk Rumah Jabatan Bupati/Walikota disetarakan dengan Rumah Negara Tipe A.
Untuk Rumah Jabatan Gubernur/Bupati/Walikota dapat ditambahkan luas ruang untuk Ruang Tamu
Besar/Pendopo
2. Sepanjang tidakyang dihitung sesuai
bertentangan dengankebutuhan dan kewajaran.
luasan persil yang ditetapkan dalam RTRW, toleransi kelebihan luas
-tanah yang diijinkan,
DKI Jakarta untuk:
: 20%
- Ibukota Provinsi : 30%
- Ibukota Kab/ Kota: 40%
- Perdesaan : 50%

11
III.
1. PENGELOLAAN
PROSEDUR TEKNIS
PEMBANGUNAN 2. TAHAPAN
PEMBANGUNAN
BGN
PENGELOLAAN TEKNIS
1. Setiap pembangunan bangunan gedung
negara yang dilaksanakan oleh
kementerian/lembaga/SKPD harus
mendapat bantuan teknis dalam bentuk
pengelolaan teknis;
2. Pengelolaan teknis dilakukan oleh tenaga
pengelola teknis yang bersertifikat;
3. Tenaga pengelola teknis bertugas
membantu dalam pengelolaan kegiatan
pembangunan bangunan gedung negara di
bidang teknis administratif.
Untuk APBN:

Di pusat oleh unsur Kementerian. PUPR di Pusat,

Di daerah oleh unsur Dinas PU Provinsi (dekonsentrasi) atau unsur
Dinas PU Kab/Kota (tugas pembantuan)
TAHAPAN PEMBANGUNAN
TAHAPAN
 Perencanaan teknis
 Pelaksanaaan konstruksi
Dok
 Pengawasan teknis
DIPA/DPA Pembangunan

PERSIAPAN PASCA KONSTRUKSI


 Penyusunan rencana Keg. persiapan utk
kebutuhan mendptkan:
 Penyusunan rencana • Status barang dari
pendanaan pengelola barang
 Penyusunan rencana • SLF
penyediaan dana • Pendaftaran BGN
PROSES PEMBANGUNAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA
Sesuai Perpres 73 tahun 2011 tentang Pembangunan Bangunan Gedung Negara
IV. 1. BIAYA STANDAR dan
BIAYA NON
BIAYA STANDAR
2. STANDAR HARGA
PEMBANGUNA SATUAN TERTINGGI
N 3. KOMPONEN BIAYA
PEMBANGUNAN
BGN 4. BIAYA PERAWATAN
BIAYA PEMBANGUNAN
BANGUNAN GEDUNG
pekerjaan struktur
NEGARA
pekerjaan arsitektur

Biaya Standar pekerjaan perampungan


(berdasarkan HSBGN,
koefisien, luas bangunan)
pekerjaan utitiltas

BIAYA IMB

KONSTRUKSI perizinan selain IMB


FISIK penyiapan dan
Biaya pematangan lahan
Nonstandar peningkatan arsitektur-
(berdasarkan kebutuhan struktur
nyata dan harga pasar
wajar dgn total 150%
biaya standar) green building

penyambungan utilitas
BIAYA PEK. NON STANDAR PERMEN PU 45/2007
 Dihitung berdasarkan rincian volume kebutuhan nyata dan harga pasar yang wajar,
dengan terlebih dahulu berkonsultasi kepada instansi Teknis Setempat;
 Besarnya biaya perencanaan, manajemen konstruksi/pengawasan, dihitung
berdasarkan billing-rate;
 Total nilai biaya pekerjaan non-standar maksimum sebesar 150% dari total biaya
pekerjaan standar, dan dapat berpedoman pada

Jenis Pekerjaan Biaya


Alat Pengkondisian Udara 10-20% dari X
Elevator/escalator 8-12% dari X
Tata suara (Sound System) 3-6% dari X
Telepon dan PABX 3-6% dari X
Instalasi IT (Informasi dan Teknologi) 6-11% dari X
Elektrikal 7-12% dari X
Sistem Proteksi Kebakaran 7-12% dari X
Penangkal petir khusus 2-5% dari X
Instalasi Pengolahan Air Limbah 2-4% dari X
Interior (termasuk Furniture) 15-25% dari X
Gas Pembakaran 1-2% dari X
Gas Medis 2-4% dari X
Pencegahan Bahaya Rayap 1-3% dari X
Pondasi dalam 7-12% dari X
Fasilitas penyandang cacat 3-8% dari X
Sarana/prasarana lingkungan 3-8% dari X
Basement (per m2) 120% dari Y
Peningkatan mutu 15-30% dari Z
STANDAR HARGA SATUAN
TERTINGGI(HSBGN)

Standar harga satuan tertinggi bangunan gedung negara


ditetapkan secara berkala oleh Bupati/Walikota.

Standar harga satuan tertinggi bangunan gedung negara


untuk Provinsi DKI Jakarta ditetapkan oleh Gubernur.

Standar harga satuan tertinggi bangunan gedung negara


dihitung berdasarkan formula perhitungan standar harga satuan
tertinggi yang ditetapkan oleh Menteri Pekerjaan Umum.
KOMPONEN BIAYA
PEMBANGUNAN
1. BIAYA PELAKSANAAN KONSTRUKSI
adalah pembiayaan pembangunan untuk pekerjaan
STANDAR dan pekerjaan NON-STANDAR. Dimana biaya
pekerjaan non standar MAKSIMAL adalah 150% dari
biaya pekerjaan standar.
2. BIAYA PERENCANAAN TEKNIS
3. BIAYA PENGAWASAN /MANAJEMEN KONSTRUKSI
4. BIAYA PENGELOLAAN KEGIATAN
Besaran biaya PERENCANAAN,
PENGAWASAN/MANAJEMEN KONSTRUKSI,
PENGELOLAAN KEGIATAN MAKSIMUM dihitung
berdasarkan prosentase biaya terhadap Nilai Biaya
Konstruksi Fisik (sesuai interpolasi pada PermenPU no.
45/PRT/M/2007).
BIAYA PERAWATAN
Biaya perawatan BGN dihitung berdasarkan
TINGKAT KERUSAKAN pada bangunan, yaitu:
o Kerusakan Ringan: biaya perawatan maks. 30%
biaya pembangunan tahun berjalan
o Kerusakan Sedang: biaya perawatan maks. 45%
biaya pembangunan tahun berjalan
o Kerusakan Berat: biaya perawatan maks. 65%
biaya pembangunan tahun berjalan
Biaya perawatan BGN yang termasuk kategori
bangunan cagar budaya, besarnya biaya perawatan
dihitung sesuai dengan kebutuhan nyata.
V. PEMBINAAN
• Pembinaan teknis pembangunan BGN dilaksanakan oleh Menteri
• Pembinaan teknis dilakukan melalui pengaturan, pemberdayaan dan pengawasan
• Pembinaan dan pengawasan umum pembangunan BGN yang pendanaannya
bersumber dari APBD Provinsi dilaksanakan oleh Menteri yang membidangi
urusan pemerintahan dalam negeri
• Pembinaan dan pengawasan umum pembangunan BGN yang pendanaannya
bersumber dari APBD Kab./Kota dilaksanakan oleh Gubernur.
• Pembinaan dan Pengawasan umum dilaksanakan melalui koordinasi,
konsultasi,arahan,perencanaan, pemantauan dan evaluasi
VI. KETENTUAN PENUTUP

• PerMen yang merupakan pelaksanaan dari PerPres harus diterbitkan


paling lama 6 bulan sejak perpres ditetapkan (11 Oktober 2011)

PERMEN PU NO.45/2007
KEGIATAN PERSIAPAN PERMEN PU
45/2007

• BGN yang belum ada HSBGN harus dikonsultasikan


dahulu kepada instansi teknis setempat
• Pembangunan BGN yang pelaksanaannya menerus
lebih dari satu tahun anggaran sebagai kontrak
tahun jamak (multiyears contract), program dan
pembiayaannya harus mendapat persetujuan dari
Menteri Keuangan setelah memperoleh pendapat
teknis dari menteri PUPR.
TAHAP PERENCANAAN PERMEN PU
45/2007

• Kelengkapan Dokumen Perencanaan


• Pembayaran didasarkan pada progres:
– Tahap konsep rancanganmax 10%
– Tahap Pra rancangan max 20%
– Tahap Pengembangan max 25%
– Tahap DED, RKS, dan RAB max 25%
– Tahap Pelelangan max 5%
– Tahap Pengawasan Berkala max 15%
TAHAP PERENCANAAN PERMEN PU
• Pemb dengan luas bangunan 45/2007
di atas 12.000 m2 atau diatas 8
lantai, penyedia jasa perencanaan diwajibkan pada pra
rancangan menyelenggarakan paket VE selama 40 jam.
• Tahap perencanaan teknis konstruksi untuk bangunan
gedung negara:
– Diatas 4 lantai; dan/atau
– Luas total diatas 5.000 m2; dan/atau
– Klasifikasi khusus; dan/atau
– Melibatkan lebih dari 1 PRC atau pelaksana konst. Fisik;
dan/atau
– Dilaksanakan lebih dari 1 tahun anggaran, diharuskan
melibatkan penyedia jasa manajemen konstruksi sejak
awal tahap perencanaan.
PBGN dengan MK PERMEN PU 45/2007
• Kegiatan Pengawasan teknis dan dokumen pembangunan;
• Pembayaran didasarkan pada progres:
– Tahap Persiapan/pengadaan konsultan PRC max 5%
– Tahap review rwnc teknis sampai dengan serah terima dok
perencanaan max 10%
– Tahap pelelangan pelaksana konst. Fisik max 5%
– Tahap Pengawasan konstruksi sd ST II max 80%
P. PEMBANGUNAN TERTENTU
PERMEN PU 45/2007

• Pelaksanaan Pembangunan Lebih dari 1 TA

• Pelaksanaan Pembangunan dengan Desain


Berulang
• Pelaksanaan Pembangunan dengan Desain
Prototipe
PEMBANGUNAN BGN > 1 TA

 Dokumen perencanaan (dok. lelang) selesai


pada tahun pertama
 Susun rencana pembiayaan keseluruhan
pembangunan berdasarkan proyeksi standar
harga yang berlaku
 Untuk efektivitas dan efesiensi pelaksanaan,
dilaksanakan dengan multi-years contract
DESAIN BERULANG
 Penggunaan secara berulang terhadap produk
desain yang sudah ada dan telah ditetapkan
sebelumnya dalam KAK
 Desain berulang total dan Desain berulang
parsial.
 Biaya perencanaan:
 Pengulangan Pertama :75%
 Pengulangan kedua :65%
 Pengulangan Ketiga dst masing2 :50%
DESAIN PROTOTIPE
 PENGUNAAN DESAIN YANG TELAH
DITETAPKAN/DIBAKUKAN OLEH PEMERINTAH
 Penyesuaian disain prototipe dapat dilakukan oleh
penyedia jasa perencanaan dengan prosentase biaya
perencanaan maksimum sebesar 50 % dari biaya
perencanaan
 Apabila penyesuaian disain prototipe dilakukan oleh
instansi teknis setempat, maka prosentase biaya
perencanaan 60 % x biaya penyesuaian desain
 Biaya pengawasan adalah max 60 % x biaya pengawasan,
apabila dilaksanakan swakelola.
TERIMA KASIH
APA YANG HARUS DILAKUKAN???

•? DIPA/
•? •?
? ?
•? DPA
•? •?
PROSES BANTUAN TEKNIS
TENAGA PENGELOLA TEKNIS KEMENTERIAN PU

• Setiap pembangunan bangunan gedung negara yang dilaksanakan oleh


kementerian/lembaga/SKPD harus mendapat bantuan teknis dalam bentuk
pengelolaan teknis dari Kementerian Pekerjaan Umum.
• Bantuan Teknis dari Kementerian Pekerjaan Umum terkait penyelenggaraan
Bangunan Gedung Negara meliputi 3 hal:
o Tenaga, berupa tenaga pengelola teknis
o Informasi, berupa rekomendasi teknis (kebutuhan biaya, pembangunan di
atas 8 lantai, pembangunan lebih dari satu tahun anggaran).
o Kegiatan Percontohan, berupa pilot project
• Pengelolaan teknis dilakukan oleh tenaga pengelola teknis yang bersertifikat.
• Tenaga pengelola teknis bertugas membantu dalam pengelolaan kegiatan
pembangunan bangunan gedung negara di bidang teknis administratif.
PROSES BANTUAN TEKNIS
PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA

PROSES PEMBANGUNAN BGN PASCA KONSTRUKSI

PERENCANAAN
PERENCANAAN PELAKSANAAN
PELAKSANAAN
PERSIAPAN
PERSIAPAN PEMANFAATAN
PEMANFAATAN PENGHAPUSAN
PENGHAPUSAN
TEKNIS
TEKNIS KONSTRUKSI
KONSTRUKSI

BANTUAN TEKNIS BERUPA TENAGA PENGELOLA TEKNIS


DALAM RANGKA
PERAWATAN PEMBONGKARAN
BANGUNAN, BGN, BANTUAN
BANTUAN TEKNIS TEKNIS BERUPA
BANTUAN TEKNIS BERUPA ANALISIS TAKSIRAN HARGA
BERUPA: TINGKAT BONGKARAN
1. Rekomendasi KERUSAKAN
Kebutuhan Biaya
Pembangunan Baru/
Kebutuhan Biaya
Perawatan BGN
2. Rekomendasi Teknis, = PROSES PENYELENGGARAAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA
seperti: Multiyears,
Bangunan > 8 lantai, = BANTUAN TEKNIS OLEH KEMENTERIAN PU cq DITJEN CK cq DIT. PBL
Pekerjaan Lanjutan
PEMBIAYAAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA
ANALISIS KEBUTUHAN BIAYA PEMBANGUNAN
PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BANGUNAN GEDUNG
NEGARA
ANALISIS KEBUTUHAN BIAYA PEMBANGUNAN BARU

• Untuk pekerjaan PEMBANGUNAN BARU Bangunan Gedung Negara, dilakukan analisis


perhitungan kebutuhan biaya oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya cq Direktorat Penataan
Bangunan dan Lingkungan atau oleh instansi teknis provinsi setempat.
• Perhitungan Kebutuhan Biaya dihitung berdasarkan perkiraan kebutuhan luas bangunan.
Data dukung yang diperlukan dalam perhitungan tersebut antara lain:
o Struktur Organisasi dan Jumlah Personil Pengguna Gedung;
o Kebutuhan Ruang Penunjang dan Fasilitas Lain sesuai Tusi K/L
o Surat Keterangan Rencana Kota (berupa keterangan mengenai ketentuan KDB, GSB,
KLB, Ketinggian maksimum, dll yang berlaku dalam lokasi.
o Kejelasan status kepemilikan tanah (berupa sertifikat, atau surat perjanjian tertulis izin
pemanfaatan lahan/hak pinjam pakai bila lahan dikuasai oleh pihak lain.
o Harga satuan tertinggi per m2 (HSBGN) kota/kabupaten yang berlaku saat itu.
• Dasar untuk melakukan perhitungan kebutuhan biaya adalah Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Nomor 45/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung
Negara
PERATURAN MENTERI PUPR TERKAIT BG

• PERMEN PU NO 29/PRT/M/2006 TENTANG PERAYARATAN TEKNIS


BANGUNAN GEDUNG
• PERMEN PU NO 26/PRT/M/2008 TENTANG PERSYARATAN TEKNIS
SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN PADA BANGUNAN GEDUNG DAN
LINGKUNGAN
• PERMEN PUPR NO 14/PRT/M/2017 TENTANG PERSYARATAN
KEMUDAHAN BANGUNAN GEDUNG
• PERMEN PUPR NO 02/PRT/M/2015 TENTANG BANGUNAN GEDUNG
HIJAU

Anda mungkin juga menyukai