Anda di halaman 1dari 24

REFERAT

LARINGITIS TUBERKULOSIS
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 4

PEMBIMBING:
dr. Hastuti Rahmi, Sp.THT-KL

KEPANITERAAN KLINIK ILMU THT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
APRIL 2020
ANATOMI LARING

Laring merupakan bagian


terbawah saluran napas bagian
atas.

Bentuknya menyerupai
limas segitiga terpancung
dengan bagian atas lebih besar
dari pada bagian bawah. Batas
atas laring adalah aditus laring,
sedangkan batas bawahnya
ialah batas kaudal kartilago
krikoid.
Place Your Picture Here

Bangunan kerangka laring tersusun dari


satu tulang, yaitu tulang hioid berbentuk seperti
huruf U, yang permukaan atasnya dihubungkan
dengan lidah, mandibula dan tengkorak oleh
tendo dan otot-otot.

Tulang rawan yang menyusun laring adalah


kartilago epiglotis, kartilago tiroid, kartilago
krikoid, kartilago aritenoid, kartilago kornikulata,
kartilago kuneiformis dan kartilago tritisea.
Gerakan laring dilaksanakan oleh
kelompok otot-otot ekstrinsik dan otot-
otot intrinsik. Otot-otot ekstrinsik
terutama bekerja pada laring secara
keseluruhan, sedangkan otot-otot intrinsik
menyebabkan gerak bagian-bagian laring
tertentu yang berhubungan dengan
gerakan pita suara.
Persarafan laring

Laring dipersarafi oleh cabang-cabang nervus vagus,


yaitu n. laringis superior dan n.laringis inferior. Kedua
saraf ini merupakan campuran saraf motorik dan sensorik.

Perdarahan

Perdarahan untuk laring terdiri dari 2 cabang, yaitu


a.laringis superior dan a.laringis inferior. Arteri laringis
superior merupakan cabang dari a.tiroid superior yang
memperdarahi mukosa dan otot-otot laring.
FISIOLOGI LARING
01 Proteksi

05
Untuk mencegah makanan dan benda
asing masuk ke dalam trakea, dengan jalan Menelan
menutup aditus laring dan rima glotis Dengan 3 mekanisme, yaitu gerakan
secara bersamaan laring bagian bawah ke atas,

02 Batuk
Dengan ini benda asing yang telah
menutup aditus laringis dan
mendorong bolus makanan turun ke
hipofaring dan tidak masuk ke dalam

06
masuk ke dalam trakea dapat dibatukkan ke laring
luar. Dengan batuk, sekret yang berasal
Emosi
dari paru dapat dikeluarkan. Untuk mengekspresikan emosi,

03 Respirasi
Fungsi respirasi dari laring ialah
seperti berteriak,
menangis, dan lain-lain.
mengeluh,

04
dengan mengatur besar kecilnya rima glotis.

Sirkulasi 07 Fonasi
Dengan membuat suara serta
Dengan terjadinya perubahan tekanan udara menentukan tinggi rendahnya nada.
di traktus trakeo-bronkial akan Tinggi rendahnya nada diatur oleh
ketegangan plika vokalis
DEFINISI • Laringitis merupakan suatu proses
inflamasi pada laring yang dapat terjadi,
baik secara akut maupun kronik.
• Laringitis akut biasanya terjadi
mendadak dan berlangsung dalam
kurun waktu kurang lebih 3 minggu.
• Bila gejala telah lebih dari 3 minggu
dinamakan laringitis kronis.

• Salah satu bentuk laringitis kronis


spesifik adalah laringitis tuberkulosis.
• Laringitis tuberkulosis adalah proses
inflamasi pada mukosa pita suara dan
laring yang terjadi dalam jangka waktu
lama yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberculosa.
EPIDEMIOLOGI
Sebagaimana insidensi dan prevalensi
tuberkulosis paru yang mengalami penurunan,
kejadian laringitis tuberkulosis juga mengalami
penurunan, meskipun kecenderungan peningkatan
kejadian laringitis tuberkulosis dalam beberapa
tahun terakhir

Saat ini tuberkulosis dalam semua bentuk dua kali


lebih sering pada laki-laki dibanding dengan
perempuan. Tuberkulosis laring juga lebih sering
terjadi pada laki-laki usia lanjut, terutama pasien-
pasien dengan keadaan ekonomi dan kesehatan yang
buruk, banyak diantaranya adalah peminum alkohol
Etiologi
Sering kali setelah diberi
pengobatan, tuberculosis
Laringitis tuberkulosis parunya sembuh tetapi
disebabkan infeksi laring laringitis tuberkulosanya sehingga bila infeksi
oleh Mycobacterium menetap. Hal ini terjadi sudah mengenai
tuberculosa yang hampir karena struktur mukosa kartilago, pengobatannya
selalu akibat tuberkulosis laring yang sangat lekat lebih lama
paru aktif. pada kartilago serta
vaskularisasi yang tidak
sebaik paru
Patogenesis
terjadi jika ditemukan infeksi
Mycobacterium tuberculosa
Laringitis pada laring, tanpa disertai
adanya keterlibatan paru. Rute
Tuberkulosis penyebaran infeksi melalui

Mekanisme Primer invasi langsung dari basil


tuberkel melalui inhalasi.
terjadinya laringitis
tuberkulosis Laringitis
terjadi jika ditemukan infeksi
laring akibat Mycobacterium
Tuberkulosis tuberculosa yang disertai
adanya keterlibatan paru.
Sekunder Laringitis tuberculosis
sekunder merupakan
komplikasi dari lesi
Laringitis tuberkulosis umumnya merupakan sekunder dari lesi tuberkulosis tuberculosis paru aktif.
paru aktif, jarang merupakan infeksi primer dari inhalasi basil tuberkel
secara langsung.
Teori yang menyebabkan terjadinya kontaminasi laring oleh kuman tuberculosis:

Teori Bronkogenik Teori Hematogenik


• laring mengalami infeksi melalui • kelainan hanya terjadi di laring dan
kontak langsung dari sekret atau tidak memperlihatkan kelainan
sputum yang kaya kuman pada paru, Kuman tuberkulosis
tuberkulosis baik pada cabang menyebar melalui darah dan
bronkus atau pada mukosa laring sistem limfatik
• Lokasi lesi pada laring yang paling • lesi pada laring paling sering
sering terjadi adalah pada bagian ditemukan pada epiglotis dan
posterior laring berupa edema bagian anterior laring berupa
granuloma, hiperplasia reaktif, edema polipoid, hipreplasia, dan
ulserasi, dan tuberkel epiteloid ulserasi minimal.
Tergantung pada stadiumnya, disamping itu terdapat gejala sebagai berikut:

1. Rasa kering, panas dan tertekan 5. Keadaan umum buruk


di daerah laring. 6. Pada pemeriksaan paru (secara
2. Suara parau berlangsung klinis dan radiologik) terdapat
berminggu-minggu, sedangkan proses aktif (biasanya pada
pada stadium lanjut dapat timbul stadium eksudatif atau pada
afoni. pembentukan kaverne)
3. Hemoptisis
4. Nyeri waktu menelan yang lebih
hebat bila dibandingkan dengan
nyeri karena radang lainnya,
merupakan tanda yang khas.
Manifestasi Klinis
1. Stadium Infiltrasi
• Yang pertama-tama mengalami pembengkakan dan hiperemis adalah mukosa laring
bagian posterior.
• daerah submukosa terbentuk tuberkel, sehingga mukosa tidak rata, tampak bintik-bintik
yang berwarna kebiruan. Tuberkel ini makin membesar, serta beberapa tuberkel yang
berdekatan bersatu, sehingga mukosa di atasnya meregang. Pada suatu saat, karena
sangat meregang, maka akan pecah dan timbul ulkus.

2. Stadium Ulserasi
• Ulkus yang timbul pada akhir stadium infiltrasi membesar. Ulkus ini dangkal, dasarnya
ditutupi oleh perkijuan, serta sangat dirasakan yeri oleh pasien.
3. Stadium perikondritis
• Ulkus makin dalam, sehingga mengenai kartilago laring, dan yang paling sering terkena ialah
kartilago aritenoid dan epiglotis. Dengan demikian terjadi kerusakan tulang rawan, sehingga
terbentuk nanah yang berbau, proses ini akan berlanjut dan terbentuk sekuester (squester).
• Pada stadium ini keadaan umum pasien sangat buruk dan dapat meninggal dunia. Bila pasien
dapat bertahan maka proses penyakit berlanjut dan masuk dalam stadium terakhir yaitu stadium
fibrotuberkulosis

4. Stadium fibrotuberkulosis
• Pada stadium ini terbentuk fibrotuberkulosis pada dinding posterior, piata suara
dan subglotik
Diagnosis

Pemeriksaan Pemeriksaan
Anamanesis
fisik Penunjang

Pasien sering Pada pemeriksaan fisik Pemeriksaan


mengeluhkan suara dengan laringoskopi laboratorium yang dapat
serak berlanjut 1 – 3 sering ditemukan dilakukan antara lain
bulan dengan batuk perubahan plika vokalis bakteriologis, kultur
berdahak dan demam. berupa eritem dan bakteri, histopatologi, dan
dapat ditemukan pula granulomatosa atau uji tuberkulin.
disfagia, dispneu, dan polipoid. Foto rontgen toraks, pada
gejala sistemik berupa kasus TB laring dapat
malaise, demam, dan ditemukan kelainan paru
penurunan nafsu makan yang dilihat dari rontgen
disertai penurunan berat toraks.
badan.
DIAGNOSIS BANDING

Laringitis Lupus vulgaris


luetika laring

Karsinoma Aktinomikosis
laring laring
TATA LAKSANA
Non
Medikamentosa :
Mengistirahatkan pita Menghindari iritasi pada laring :
suara -> pasien tidak • Rokok,
banyak berbicara. • Makanan pedas,
• Minuman dingin

Medikamentosa :

Kortikosteroid:
Mencegah fibrosis (dapat
Terapi simtomatik:
menyebabkan sumbatan
• Analgetik,
jalan nafas atas) pada kasus-
• Antipiretik
kasus dengan fiksasi pita
suara.
Medikamentosa :
Lama pemberian terapi : 6 bulan
Nama Obat Dosis Harian Efek Samping
Isoniazid 4-6 mg/kgBB (max 300 mg) Hepatitis, neuropati perifer,
psikosis toksik, kejang,
agranulositosis,ginekomastia

Rifampisin 8-12 g/kgBB (max 600 mg) Hepatitis, gangguan


pencernaan, demam, eritem
kulit, trombositopeni, nefritis
interstisial, sindrom flu, anemia
hemolitik, skin rash

Pirazinamid 20-30 mg/kgBB Hepatitis, hiperurisemia,


muntah, nyeri sendi, eritem kulit
Streptomisin 15-18 mg/kgBB Ototoksik, nefrotoksik
Etambutol 15-20 mg/kgBB Neuritis retrobulbar, nyeri sendi,
hiperurisemia, neuropati perifer
TATA LAKSANA

OPERATIF

Tindakan operatif dilakukan dengan tujuan untuk pengangkatan


sekuester

Trakeostomi
Indikasi:
jika terjadi obstruksi laring dan mengurangi ruang di saluran napas
bagian atas seperti daerah rongga mulut, sekitar lidah, dan faring
PENCEGAHAN

a. Menjaga Kebersihan
b. Menjaga pola makan gizi seimbang
c. Menghindari merokok dan hindari paparan asap rokok
d. Membatasi alcohol dan kafein
e. Minum cukup air mineral
Komplikasi

a. Stenosis laring
b. Fiksasi dari krikoaritenoid akibat fibrosis
c. Subglotis stenosis
d. Gangguan otot laring
e. Paralisis pita suara ketika krikoaritenoid atau nervus
laryngeal rekuren mengalami trauma
PROGNOSIS

• kebiasaan hidup sehat


• ketekunan berobat.
• Diagnosis dapat Prognosis Baik

ditegakkan pada stadium


dini
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai