MANAJEMEN KEPERAWATAN
Manajemen keperawatan merupakan suatu sistem proses pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui
anggota staf keperawatan dalam pemberian asuhan keperawatan kepada pasien. Prinsip-prinsip dalam
manajemen keperawatan ada tiga prinsip utama yaitu efektif dalam memilih alternatif kegiatan untuk
mencapai tujuan organisasi, efisiensi dalam pemanfaatan sumber daya manusia, dan wajar dalam
pengambilan keputusan manajerial. Penerapan manajemen keperawatan diperlukan peran setiap orang
yang terlibat di dalamnya untuk menyikapi posisi staf masing-masing melalui fungsi manajemen
(Muninjaya, 2011).
Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk
memberikan asuhan keperawatan secara profesional (Nursalam, 2014). Fungsi manajemen keperawatan
sejalan dengan fungsi manajemen secara umum yaitu pengorganisasian, perencanaan, kepemimpinan,
dan pengawasan (Suarli dan Bahtiar, 2012)
Jadi, manajemen keperawatan yakni suatu bentuk koordinasi dan integrasi sumber-sumber keperawatan
dengan menerapkan proses manajemen untuk dapat mencapai tujuan dan obyektifitas asuhan
keperawatan dan pelayanan keperawatan.
Prinsip Manajemen
Manajemen adalah kegiatan pengelolaan
dan pengambilan keputusan.
Pengendalian (controlling)
Pengendalian (controlling) adalah proses untuk mengamati
4 secara terus-menerus pelaksanaan rencana kerja yang sudah
disusun dan mengadakan koreksi terhadap penyimpangan
yang terjadi.
Pengertian Pelayanan Prima
PRIMA sebagaimana tuntutan pelayanan yang memuaskan pelanggan atau masyarakat, maka
diperlukan persyaratan agar dapat dirasakan oleh setiap pelayan untuk memiliki kualitas
kompetensi yang profesional, dengan demikian kualitas kompetensi profesionalisme
menjadi sesuatu aspek penting dan wajar dalam setiap transaksi (Bustami, 2011).
Tujuan dan fungsi pelayanan prima
1. Untuk memberikan pelayanan yang bermutu tinggi kepada
pelanggan
2. Menimbulkan keputusan dari pihak pelanggan agar segera
memberi barang atau jasa yang ditawarkan pada saat itu
juga
3. Untuk menumbuhkan kepercayaan pelanggan terhadap
pelanggan terhadap barang atau jasa yang ditawarkan
4. Menghindrai trjadinya tuntutan-tuntutan yang tidak perlu
dikemudian hari terhadap produsen
5. Untuk menciptakan keepercayaan dan kepuasan kepada
pelanggan
6. Untuk menjaga agar pelnggan merasa diperhatikan segala
kebutuhannya
7. Untuk mempertahankan pelanggan
(Rahmayanty, 2013)
Prinsip Service Excellent
Perbaikan Berkelanjutan
2. Setiap aturan tentang prosedur / tata cara / petunjuk seperti yang tersebut diatas harus
dilaksanakan secara tepat, konsisten, konsekuen sesuai dengan peraturan perundang –
undangan yang berlaku.
3. Hak dan kewajiban pemberi atau penerima pelayanan diatur secara jelas setiap persyaratan
yang diwajibkan dalam rangka menerima pelayanan harus mudah diperoleh dan berkaitan
langsung dengan kepentingan pelayanan serta tidak menambah beban masyarakat penerima
pelayanan.
>>>>
4. Tersedia loket informasi dan kotak saran bagi penerima pelayanan yang mudah dilihat / dijumpai pada
setiap tempat pelayanan. Saran yang masuk harus selalu dipantau dan dievaluasi, bila perlu diberi
tanggapan atau tindak lanjut dalam rangka upaya perbaikan dan peningkatan mutu pelayanan.
5. Penanganan proses pelayanan sedapat mungkin dilakukan oleh petugas yang berwenang atau kompeten,
mampu terampil dan professional sesuai spesifikasi tugasnya. Setiap pelaksanaan pemberian pelayanan dan
hasilnya harus dapat menjamin perlindungan hukum dan dapat dijadikan alat bukti yang sah.
6. Selalu diupayakan untuk menciptakan pola pelayanan yang tepat sesuai dengan sifat dan jenis pelayanan
yang bersangkutan dengan mempertimbangkan efisiensi dan efektivitas dalam pelaksanaannya.
7. Biaya atau tarif pelayanan harus ditetapkan secara wajar dengan memperhitungkan kemampuan
masyarakat. Hendaknya diupayakan untuk mengatur mekanisme pungutan biaya yang memudahkan
pembayarannya dan tidak menimbulkan biaya tinggi. Pengendalian dan pengawasan pelaksanaannya harus
dilaksanakan dengan cermat, sehingga tidak terdapat titipan pungutan oleh instansi lain.
>>>>
8. Pemberian pelayanan dilakukan secara tertib, teratur dan adil, tidak membedakan status sosial
masyarakat. Cakupan / jangkauan pelayanan diupayakan seluas mungkin dengan distribusi yang
merata.
9. Kebersihan dan sanitasi lingkungan tempat dan fasilitas pelayanan harus selalu dijamin melalui
pelaksanaan pembersihan secara rutin dan penyediaan fasilitas pembuangan sampah / kotoran
secukupnya sesuai dengan kepentingannya.
10. Selalu diupayakan agar petugas memberikan pelayanan dengan sikap ramah dan sopan serta berupaya
meningkatkan kinerja pelayanan secara optimal dengan kemampuan pelayanan yang tersedia dalam
jumlah dan jenis yang cukup.
Bentuk-Bentuk Aplikasi Kualitas Pelayanan
Keperawatan
Bentuk-bentuk aplikasi kualitas layanan dengan menerapkan konsep “RATER” yang dikemukakan oleh
Parasuraman (2001:32) sebagai berikut.
Sikap (Attitude)
Sikap adalah perilaku yang harus ditonjolkan perawat ketika menghadapi pasien. Dalam
Penampilan (Appearance)
3 Penampilan perawat dalah penampilan, baik berupa fisik maupun nonfisik yang mampu
merefleksikan kepercayaan diri dan kredibilitas dari pihak lain. Penampilan seseorang
merupakn salah satu hal pertama yang diperhatikan selama komuniksi interpersonal.
Perhatian ( Attention)
Perhatian adalah kepedulian penuh terhadap pasien, baik yang berkaitan
Tindakan (Action)
5 Tindakan adalah berbagai kegiatan nyata yang harus dilakukan dalam
memberikan layanan kepada pasien.
Perbaikan kinerja
Proses perbaikan
Untuk mewujudkan peningkatan mutu pelayanan yang terus-menerus, pilar utamanya terdiri atas hal-hal berikut :
1. Layanan teknik (technical care) yaitu penerapan ilmu dan teknis bagi kedokteran
atau ilmu kesehatan lainnya ke dalam penanganan masalah kesehatan.
Faktor pengetahuan
Faktor komunikasi
INDIKATOR MUTU
Indikator Penilaian Mutu Asuhan Keperawatan
BOR 75-80%
Mutu suatu organisasi pemberi pelayanan sangat sulit diukur dan lebih bersifat subjektif
sehingga aspek mutu menggunakan beberapa dimensi/karakteristik sebagai berikut :
a) Communication, yaitu komunikasi atau hubungan antara penerima dengan pemberi jasa.
b) Credibility, kepercayaan pihak penerima jasa terhadap pemberi jasa.
c) Security, yaitu keamanan terhadap jasa yang ditawarkan.
d) Knowing the customer, yaitu pengertian dari pihak pemberi jasa pada penerima jasa atau
pemahaman pemberi jasa terhadap kebutuhan dengan harapan pemakai jasa.
e) Tangible, yaitu bahwa dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan harus diukur atau
dibuat standarnya.
>>>>
f) Reliability, yaitu konsistensi kerja pemberi jasa dan kemampuan pemberi jasa.
g) Responsiveness, yaitu tanggapan pemberi jasa terhadap kebutuhan dan harapan penerima jasa.
h) Competence, yaitu kemampuan atau keterampilan pemberi jasa yang dibutuhkan setiap orang dalam
perusahaan untuk memberikan jasanya kepeda penerimaan jasa.
i) Access, yaitu kemudahan pemberi jasa untuk dihubungi olrh pihak pelanggan.
j) Courtessy, yaitu kesopanan, aspek perhatian, dan kesamaan dalam hubungan personel.