Perilaku Lentur
Perilaku Lentur
PERILAKU LENTUR
OLEH
DEWA MADE ADITYA DWI PRATAMA
1981511043
6.1 Diagram Momen dan Geser
BALOK
• Bagian struktur yang dapat menerima beban yang umumnya tegak lurus terhadap sumbu
memanjang disebut balok. Secara umum, balok memiliki panjang, luas penampang yang konstan.
Balok menjadi suatu elemen yang paling penting dalam sebuah struktur, digunakan untuk
mendukung lantai bangunan, deck jembatan, atau sayap pesawat terbang. Balok biasanya
diklasifikasikan dari segi bagaimana mereka ditumpu.
Contoh :
6.1 Diagram Momen dan Geser
• Suatu balok yang dibebani akan menghasilkan gaya geser internal momen
lentur yang secara umum bervariasi dari titik ke titik di sepanjang sumbu balok,
maka sangat perlu untuk menentukan nilai gaya geser dan momen maksimum
yang terjadi dalam balok agar balok yang didesain baik.
• Salah satu caranya yaitu dengan menyatakan V dan M sebagai fungsi dari posisi
x sepanjang sumbu. Fungsi gaya geser dan momen dalam disajikan dalam
grafik yang disebut diagram geser dan momen.
• Nilai maximum dari V dan M bisa diketahui dari grafik ini, selain itu
menampilkan variasi dari gaya geser dan momen sepanjang sumbu balok
sehingga digunakan untuk mengambil keputusan dalam penempatan
perkuatan balok dan menentukan proporsi ukuran balok pada berbagai titik
disepanjang balok.
6.1 Diagram Momen dan Geser
• Pertama-tama perlu dilakukan membuat konvensi tanda untuk mendefinisikan "positif" dan "negatif“
nilai untuk V dan M.
Jika kita ingin menentukan gaya dalam yang bekerja maka
pada balok harus dipotong menjadi dua bagian ditunjukkan
pada gambar. Tinjau potongan bagian kiri, gaya geser V
dengan arah ke bawah, dan momen putar M dengan arah
berlawanan jarum jam. Pada potongan bagian kanan akan
mengalami gaya-gaya dan momen putar yang besarnya
sama tetapi arahnya berlawanan.
Contoh Soal :
Penyelesaian : Diagram bebas pada segmen kiri ditunjukan pada gambar diatas. Seperti
yang terlihat, beban trapezium digantikan oleh distribusi segitiga dan
persegi. Gaya resultan dan lokasi dari masing-masing beban merata juga
ditampilkan. Dengan menerapkan persamaan kesetimbangan, maka
diperoleh :
Eq. 2 dapat dicek dengan
mengigat bahwa dM/dx =
Reaksi Perletakan V, pada eq.1.
Dan, w = dV/dx = -2 – 2/9
Beban merata dibagi menjadi beban segitiga dan persegi x.
panjang dan beban ini digantikan dengan gaya Pemeriksaan terhadap
persamaan ini berlaku saat
resultannya. Seperti yang ditunjukkan pada diagram x = 0, w = -2 kip/ft, and
benda bebas diatas. when x = 18 ft, w = -6
kip/ft,
Diagram geser dan momen
Dari Persamaan 1 :
Dari Persamaan 2 :
Sebual balok diberi beban sembarang, dan segmen kecil dari balok x Karena segmen ini telah
dipilih pada posisi x di mana tidak ada gaya terkonsentrasi atau momen kopel, hasil yang akan
diperoleh tidak berlaku pada titik-titik pemuatan terkonsentrasi ini
6.2 Diagram Momen dan Geser
Perhatikan bahwa semua pembebanan yang diperlihatkan pada segmen bertindak dalam arah
positifnya sesuai dengan konvensi tanda yang telah ditetapkan, Gbr. 6–3. Juga, baik geser dan
momen resultan internal, yang bekerja pada penampang sebelah kanan segmen, harus diubah
dengan jumlah kecil untuk menjaga agar segmen tetap dalam keseimbangan. Beban terdistribusi,
yang kira-kira konstan melebihi x, telah digantikan oleh gaya resultan w (x) x yang bekerja pada
1/2 x dari sisi kanan.
6.2 Diagram Momen dan Geser
(a) (b)
6.2 Diagram Momen dan Geser
ketika gaya F bekerja ke atas balok, V positif sehingga gaya geser akan
"melompat" ke atas. Demikian juga, jika F bekerja ke bawah, lompatan V
akan turun. Ketika segmen balok menyertakan momen kopel M0, maka
momen keseimbangan memerlukan perubahan momen untuk menjadi
Dengan x = 0
Dalam hal ini, jika M0 diterapkan searah jarum jam, M
positif sehingga diagram momen akan "melompat" ke
atas. Demikian juga, ketika M0 bertindak berlawanan
arah jarum jam, lompatan M akan turun.
6.2 Diagram Momen dan Geser
Contoh Soal :
6.2 Diagram Momen dan Geser
• Pada bagian ini, kita akan membahas deformasi yang terjadi pada balok lurus prismatik, terbuat dari bahan yang
homogen, dan mengalami pembengkokan.
• Elemen diatas, yang diambil dari balok, digambarkan dalam keadaan terdeformasi dan tak deformasi.
Perhatiakan bahwa beberapa garis segmen ∆X, terletak pada permukaan natural, tidak mengubah
panjangnya, sedangkan beberapa garis segmen ∆s, terletak pada jarak sembarang y diatas permukaan
natural, akan berkontraksi dan menjadi ∆s’ setelah deformasi.
• Sebelum deformasi ∆s = ∆x (gambar a). Setelah deformasi ∆x memiliki kurva radius dengan titik tengan
kurva pada point O’ (gambar b). Karena ∆θ menetapkan sudut dari sisi element, ∆x = ∆s = ∆θ. Dengan cara
yang sama, panjanag yang terdeformasi dari ∆s menjadi ∆s’ = ( -y) ∆θ. Subtitusikan ke persamaan diatas,
maka akan menjadi :
6.3 Deformasi Lentur dari Penampang Lurus
• persamaan ini menggambarkan distribusi tegangan pada area penampang. Untuk M positif, yang
bekerja dalam arah + z, nilai positif y memberikan nilai negatif untuk , yaitu, Tegangan tekan
yang bekerja dalam arah x negatif. Demikian pula, nilai y negatif akan memberikan nilai positif
atau tegangan tarik .
• Jika elemen volume material dipilih pada titik tertentu pada penampang, hanya tegangan normal
tarik atau tekan yang akan bekerja elemen tersebut.
• Misalnya, elemen yang terletak di + y ditunjukkan pada Gambar. 6-24 c. Kita dapat menemukan
posisi sumbu netral pada penampang dengan memenuhi kondisi bahwa gaya resultan yang
dihasilkan oleh distribusi tegangan pada luas penampang harus sama dengan nol.
Memperhatikan bahwa gaya dF = dA bekerja pada elemen sembarang pada Gambar 6-24 c,
6.4 Rumus Lentur
6.4 Rumus Lentur
6.4 Rumus Lentur
Dengan kata lain, momen pertama dari luas penampang elemen terhadap sumbu netral
harus nol. Kondisi ini hanya dapat dipenuhi jika sumbu netral juga merupakan sumbu
centroidal horizontal untuk penampang.
Kita dapat menentukan tegangan dalam balok dari persyaratan bahwa momen
internal yang dihasilkan M harus sama dengan momen yang dihasilkan oleh distribusi
tegangan tentang sumbu netral
Momen dF pada Gambar. 6-24 c terhadap sumbu netral adalah dM = y dF.
Karena dF = dA
6.4 Rumus Lentur
Integral mewakili momen inersia area penampang terhadap sumbu netral. Yang
dilambangkan sebagai (I). Oleh karena itu, Persamaan. Integral diatas dapat diselesaikan
untuk max
(I)
Karena max / c = - > y, Persamaan. 6-9, tegangan normal pada jarak lokasi y dapat
ditentukan dari persamaan yang mirip dengan Persamaan diatas
Dua persamaan di atas sering disebut sebagai rumus lentur. Ini digunakan untuk menentukan
tegangan normal pada penampang lurus, memiliki penampang yang simetris terhadap sumbu, dan
momen yang bekerja tegak lurus terhadap sumbu.
6.4 Rumus Lentur
Contoh Soal :
6.4 Rumus Lentur
Contoh Soal :
6.5 Lentur Tak Simetris (Unsymetric Bending)
Sebuah penampang balok memiliki bentuk tidak simetris yang ditunjukkan pada Gambar. 6–
30 a. Seperti dalam Sec. 6.4, sistem koordinat x, y, z dibuat sedemikian rupa sehingga titik asal
terletak pada centroid C pada penampang, dan momen internal M yang dihasilkan bekerja di
sepanjang sumbu + z. Distribusi tegangan dibutuhkan bekerja di seluruh area penampang
untuk memiliki resultan gaya nol, momen internal yang dihasilkan terhadap sumbu y menjadi
nol, dan momen internal yang dihasilkan terhadap sumbu z sama dengan M. * Ketiga kondisi
ini dapat diekspresikan secara matematis dengan mempertimbangkan gaya yang bekerja
pada elemen diferensial dA yang terletak di (0, y, z), Gaya ini adalah
dF = s dA,
6.5 Lentur Tak Simetris (Unsymetric Bending)
Yang membutuhkan,
6.5 Lentur Tak Simetris (Unsymetric Bending)
Integral ini disebut produk inersia untuk area tersebut. Seperti ditunjukkan dalam
Lampiran A, memang akan menjadi nol asalkan sumbu y dan z dipilih sebagai sumbu
utama inersia untuk area tersebut
Untuk area berbentuk sembarang, orientasi sumbu utama selalu dapat ditentukan,
menggunakan persamaan transformasi inersia atau lingkaran inersia Mohr seperti yang
dijelaskan dalam Lampiran A, Secs. A.4 dan A.5. Namun, jika area tersebut memiliki sumbu
simetri, maka sumbu utama dapat dengan mudah ditentukan karena akan selalu berorientasi
sepanjang sumbu simetri dan tegak lurus terhadapnya.
6.5 Lentur Tak Simetris (Unsymetric Bending)
Terkadang sebuah penampang dapat dibebani sedemikian sehingga M tidak terjadi pada
salah satu sumbu utama dari penampang. Ketika ini terjadi, momen pertama-tama harus
diselesaikan menjadi komponen yang diarahkan sepanjang sumbu utama, kemudian rumus
lentur dapat digunakan untuk menentukan tegangan normal yang disebabkan oleh setiap
komponen momen. Akhirnya, dengan menggunakan prinsip superposisi, tegangan normal
yang dihasilkan pada titik tersebut dapat ditentukan
Menerapkan rumus lentur untuk setiap komponen momen dalam gambar dan menambahkan
hasilnya secara aljabar, tegangan normal yang dihasilkan pada titik mana pun pada penampang
dapat ditentukan dengan persamaan berikut
6.5 Lentur Tak Simetris (Unsymetric Bending)
Contoh soal :
6.5 Lentur Tak Simetris (Unsymetric Bending)
Contoh soal :
6.5 Lentur Tak Simetris (Unsymetric Bending)
Contoh soal :
6.5 Lentur Tak Simetris (Unsymetric Bending)
Contoh soal :
6.6 Balok Komposit (Composite Beam)
• Balok yang dibangun dari dua atau lebih bahan yang berbeda disebut sebagai balok
komposit.
• Para insinyur dengan sengaja merancang balok dengan cara ini untuk mengembangkan
cara yang lebih efisien untuk mendukung beban.
• Formula lentur dikembangkan hanya untuk balok yang memiliki bahan homogen, rumus
ini tidak dapat diterapkan secara langsung untuk menentukan tegangan normal pada
balok komposit.
• Pada bagian ini akan mengembangkan metode untuk memodifikasi atau "mengubah"
penampang balok komposit menjadi satu yang terbuat dari bahan tunggal.
6.6 Balok Komposit (Composite Beam)
• Jika bahan yang kurang kaku 2 diubah menjadi bahan yang lebih
kaku 1, penampang akan terlihat seperti yang ditunjukkan pada
Gambar. F
• Contoh Soal :
6.6 Balok Komposit (Composite Beam)
• Contoh Soal :
6.7 Balok Beton Bertulang (RC Beam)
• Semua balok yang mengalami lentur murni harus menahan tegangan tarik
dan tekan.
• Beton, sangat rentan terhadap retak ketika berada dalam tegangan, dan
oleh karena itu beton tidak akan cocok untuk menahan momen lentur.
• Agar paling efektif, batang ini terletak paling jauh dari sumbu netral balok,
sehingga momen yang diciptakan oleh gaya yang dikembangkan di
dalamnya adalah yang terbesar terhadap sumbu netral.
• Contoh Soal :
6.7 Balok Beton Bertulang (RC Beam)
• Contoh Soal :
6.8 Balok Lengkung (Curved Beam)
• Formula lentur berlaku untuk batang lurus, karena ditunjukkan bahwa regangan normal di dalam
batang bervariasi secara linier dari sumbu netral, jika bagian melengkung, regangan tidak akan
linier sehingga harus dikembangkan metode lain untuk menggambarkan distribusi tegangan.
• Analisis berikut mengasumsikan bahwa potongan melintang adalah konstan dan memiliki sumbu
simetri yang tegak lurus terhadap arah momen yang diterapkan M.Juga, material homogen dan
isotropik, dan berperilaku linier-elastis ketika beban bekerja.
• Seperti halnya balok lurus, diasumsikan bahwa potongan melintang penampang tetap setelah
memikul momen. setiap distorsi dari penampang dalam bidangnya sendiri akan diabaikan.
6.8 Balok Lengkung (Curved Beam)
Untuk melakukan analisis, tiga jari-jari, memanjang dari pusat kelengkungan O’ dari penampang,
diidentifikasi pada Gambar. a. Di sini r mereferensikan lokasi centroid untuk area penampang
yang diketahui, R mereferensikan lokasi sumbu netral yang belum ditentukan, dan r
menempatkan titik sembarang atau elemen area dA pada penampang.
6.8 Balok Lengkung (Curved Beam)
• Strip ini memiliki panjang r d namun karena adanya rotasi /2 perubahan
panjang total strip adalah (R-r), oleh karena itu = (R-r)/r d, jika k =
/d dimana sama untuk strip tertentu maka didapat = k(R – r)/r
• Berbeda dengan kasus balok lurus, di sini dapat dilihat bahwa regangan
normal adalah fungsi nonlinear dari r, pada kenyataannya akan bervariasi
dalam hiperbolik. Ini terjadi meskipun penampang balok tetap datar setelah
deformasi. Jika bahan tetap elastis linear maka = E dan seterusnya.
6.8 Balok Lengkung (Curved Beam)
• Variasi ini juga hiperbolik, dan karena sekarang telah ditetapkan, kita dapat
menentukan lokasi sumbu netral dan menghubungkan distribusi tegangan ke
momen internal yang dihasilkan M. Untuk mendapatkan lokasi R dari sumbu
netral, resultan gaya internal yang disebabkan oleh distribusi tegangan yang
bekerja pada penampang harus sama dengan nol;
• R leleh;
6.8 Balok Lengkung (Curved Beam)
Integral pertama setara dengan A/R dan integral kedua hanyalah area penampang A. mengingat
bahwa lokasi centroid dari penampang ditentukan dari , integral ketiga dapat digantikan
oleh rA. Maka
Jika ,
𝜎
Maka,
𝐸𝑘=
𝑅−𝑟
( )
𝑟
Jika , r = R – y , serta jarak yang konstan dan biasanya sangat kecil antara sumbu netral dan
centroid
Maka,
Kedua persamaan ini mewakili dua bentuk rumus balok melengkung, yang seperti rumus lentur
dapat digunakan untuk menentukan distribusi tegangan normal pada bagian melengkung
6.8 Balok Lengkung (Curved Beam)
Contoh Soal :
6.8 Balok Lengkung (Curved Beam)
Contoh Soal :
6.9 Konsentrasi Tegangan
Rumus lentur tidak dapat digunakan untuk menentukan distribusi tegangan yang luas
penampangnya tiba-tiba berubah karena distribusi tegangan-normal dan terjadi regangan non
linier.
Diskontinuitas yang umum meliputi anggota yang memiliki takikan pada permukaannya,
Gambar 6–42 a, lubang untuk pengencang atau barang lainnya, Gambar 6–42 b, atau
perubahan mendadak dalam dimensi luar dari penampang anggota, Gambar. 6 –42 c.
Tegangan normal maksimum pada setiap diskontinuitas ini terjadi pada bagian yang diambil
melalui area penampang terkecil.
6.9 Konsentrasi Tegangan
6.9 Konsentrasi Tegangan
Seperti beban aksial dan puntir, konsentrasi tegangan untuk lentur harus selalu
dipertimbangkan ketika merancang penampang yang terbuat dari bahan rapuh
atau yang mengalami kelelahan atau beban siklik.
6.9 Konsentrasi Tegangan
Contoh Soal :
6.9 Konsentrasi Tegangan
Contoh Soal :
6.10 Lentur Inelastis
Resultan Gaya = 0
Karena hanya ada momen internal yang dihasilkan yang
bekerja pada penampang, gaya resultan yang disebabkan
oleh distribusi tegangan harus sama dengan nol. Karena
menciptakan gaya pada area dA dari dF = dA, maka
untuk seluruh area penampang A,
6.10 Lentur Inelastis
Resultan Momen
Momen yang dihasilkan pada penampang harus sama dengan momen yang disebabkan oleh distribusi
tegangan terhadap sumbu netral. Momen akibar gaya dF = dA serta momen terhadap sumbu netral
adalah dM = y ( dA), kemudian menjumlahkan hasil di seluruh bagian melintang,
Kondisi geometri dan pembebanan ini sekarang akan digunakan untuk menunjukkan bagaimana
menentukan distribusi tegangan dalam suatu balok ketika dikenakan momen internal yang
menyebabkan leleh pada material
6.10 Lentur Inelastis
Momen Plastis
• Beberapa material, seperti baja, cenderung menunjukkan perilaku plastik elastis-
sempurna ketika tegangan pada bahan mencapai y (tegangan leleh).
• Jika momen yang diterapkan M = MY hanya cukup untuk menghasilkan leleh pada serat
atas dan bawah balok seperti yang ditunjukkan pada gambar dibawah maka My dapat
ditentukan menggunakan persamaan berikut
atau
6.10 Lentur Inelastis
Momen Plastis
• Jika momen internal M > MY, bagian atas dan bawah balok akan mulai leleh, akan menyebabkan
redistribusi tegangan pada penampang hingga momen internal yang diperlukan M
dikembangkan.
• Jika ini menyebabkan distribusi regangan normal seperti yang ditunjukkan pada Gambar. 6-48 b,
maka distribusi tegangan normal yang sesuai ditentukan dari diagram tegangan-regangan yang
ditunjukkan pada Gambar. 6-48 c. Di sini tegangan 1, Y, 2, masing-masing berhubungan
dengan regangan 1, Y, Y.
• Diagram tegangan dan blok tekan masing-masing terdiri dari blok komponen persegi panjang
dan segitiga. Resultan gaya yang dihasilkan setara dengan volumenya.
6.10 Lentur Inelastis
Momen Plastis
• Karena simetri, Persamaan. terpenuhi dan sumbu netral melewati centroid dari
penampang seperti yang ditunjukkan. Momen yang M dapat dihubungkan dengan tegangan
leleh y menggunakan Persamaan. Dari Gbr. 6–48 e,
Jika :
Maka persamaan M
juga dapat dituliskan:
6.10 Lentur Inelastis
Momen Plastis
• M menghasilkan dua zona yaitu zona leleh plastis dan zona elastis di tengah
penampang. Batas antara keduanya terletak pada jarak Yy dari sumbu netral. Ketika M
bertambah besar, Yy mendekati nol. Ini akan mengakibatkan material seluruhnya plastis
dan distribusi tegangan kemudian akan terlihat seperti yang ditunjukkan pada Gambar.
6–48 f.