Anda di halaman 1dari 43

Pendekatan Klinis Pada Benign

Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV)

KELOMPOK C6
Skenario 5

Seorang perempuan 45 tahun datang dengan


keluhan pusing berputar sejak 2 hari yang
lalu.
Istilah yang Tak Diketahui

-
Perumusan Masalah
Seorang perempuan 45 tahun datang dengan
keluhan pusing berputar sejak 2 hari yang
lalu.
Mind Map
Diferensial Diagnosis

Rumusan Masalah Penatalaksanaan


dan prognosis

Anamnesis, PF, Penunjang Etio dan Patofisiologi


Hipotesis
Perempuan tersebut menderita BPPV
Sasaran Belajar
1. Mengetahui epidemiologi, patologi, dan etiologi
BPPV
2. Dapat membedakan WD dengan DD berdasarkan
gejala klinis
3. Mengerti prognosis dan penatalaksanaan BPPV
Belajar Mandiri dan Pencarian
Data
Anamnesis
Keluhan Utama :
Ada keluhan apa, Bu ? Bisa saya bantu ?
RPS :
1. Saat serangan biasanya berapa lama ? Apakah berulang-ulang ?
2. Apakah ada hal yang dapat meringankan atau memperberat keluhan ?
3. Apakah terdapat mual dan muntah ?
4. Apakah ada pikiran/stress ?
5. Sebelum gejala apakah ada demam/pilek/diare/nyeri telinga ?
6. Apakah penglihatan/visus dalam keadaan normal ?
7. Apakah ada kekurangan oksigen (berada di ketinggian atau ruangan padat) ?
8. Apakah ada sakit kepala ?
9. Apakah ada kaku otot/pegal di leher ?
10. Apakah belakangan ini kurang tidur ?
11. Apakah ada sinusitis ?
12. Apakah ada riwayat anemia/perdarahan ?
13. Apakah ada trauma kepala sebelum timbul gejala ?
Anamnesis
 Riwayat penyakit dahulu

1. Apakah dalam waktu dekat pernah mengalami hal yang serupa?


2. Apakah memiliki riwayat penyakit kronis seperti diabetes, stroke, tekanan darah
tinggi, penyakit jantung?
 Riwayat penyakit keluarga

1. Apakah dikeluarga ada yang mengalami gejala serupa?


2. Apakah dikeluarga ibu yang mengalami penyakit kronis seperti dm, penyakit darah
tinggi, penyakit jantung?
 Riwayat pribadi

1. Apakah ibu seorang perokok?


2. Apakah ibu mengkonsumsi minuman beralkohol?
3. Apakah rajin berolahraga ? Pola makan apakah dijaga ? Kolesterol dan tekanan darah
apakah dalam batas normal ?
4. Apakah rajin membersihkan hidung dan menjaga kebersihan diri ?
Hasil resume anamnesis

 Keluhan utama: Seorang perempuan 45 tahun pusing


berputar 2 hari.
 RPS : Durasinya 1 menit berulang-ulang. Kepala berubah
posisi makin pusing, nengok makin mutar. Jika pasien tutup
mata maka gejalanya terasa lebih ringan. Mual dan muntah
sudah 3 kali dialami. Tidak ada stress, demam, pilek, diare,
nyeri telinga. Penglihatannya baik. Tidak ada riwayat
trauma, kekurangan oksigen, anemia, sakit kepala.
 RPD: -
 RPK:-
 RP:-
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum dan kesadaran : Sakit ringan, kompos mentis
TTV : TD 120/80,RR 18, T 36,50 C, Nadi : 90.
Head to toe : PF normal (Tekanan darah dan denyut jantung
terutama)
Pemeriksaan neurologis :
1. Saraf kranialis nervus VII dan VIII
2. Tonus dan kekuatan motorik
3. Koordinasi
4. Keseimbangan
5. Gait/Cara berjalan
6. Dix-Hallpike Maneuver (untuk membedakan vertigo sentral dan
perifer)
Pemeriksaan Fisik

1. Pemeriksaan fisik umum sistem kardiovaskuler


2. Periksa liang telinga dan pendengaran
3. Lakukan pemeriksaan neurologis lengkap dengan
perhatian khusus pada sara kranialis, fungsi serebelum, dan
adanya nistagmus
4. Periksa kemungkinan adanya vertigo dan nistagmus
posisional dengan perasat Nylan-Barany/manuver Dix-
Hallpike (penderita dari posisi duduk ke telentang sambil
dengan cepat kepala menoleh ke satu sisi)
BPPV Central

Latency 3-30 sec None

Single direction (usually


Direction Upbeat and torsional
vertical)

Duration 3-30 sec >30 sec

Fatiques Yes No
Lanjutan

5. Tes kalorik (minimal tes kalorik air es). Penderita dalam


posisi tidur telentang dengan posisi kepala terangkat 30˚. Irigasi
tiap telinga dengan 0,2 ml air es. Komponen cepat nistagmus
akan ke arah telinga yang tidak diirigasi dan harus berhenti
dalam 1 menit (pemeriksaan sesungguhya terdiri dari irigasi air
es dan air hangat). Simetris atau tidaknya reaksi antar kedua
telinga merupakan hal yang penting untuk diperhatikan.
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
1. Darah lengkap
2. Profil lipid
3. Asam urat
4. Hemostasis
Pemeriksaan Penunjang
Radiologi
1. CT-Scan
2. MRI  Pilihan !
Working Diagnosis

BPPV

Hipertensi
Tension Type Headache
Migrain
DD Stroke Vertebrobasiler
Meniere
Meningitis
Ensefalitis
BPPV Hipertensi Tension Headache Stroke
Vertebrobasiler

Patof Gangguan Peningkatan tekanan a. organik, seperti: Gangguan pasokan


keseimbangan perifer darah sistolik lebih tumor serebral, aliran darah otak dapat
yang sering dijumpai. dari 140 mmHg dan meningitis, terjadi dimana saja di
tekanan darah hidrosefalus, dan dalam arteri-arteri
diastolik lebih dari 90 sifilis yang membentuk
mmHg pada dua kali b. gangguan Sirkulus Willisi yaitu
pengukuran dengan fungsional, misalnya: arteria karotis interna
selang waktu lima lelah, bekerja tak dan sistem
menit dalam keadaan kenal waktu, anemia, vertebrobasilar atau
cukup istirahat/tenang. gout, abnormal semua cabangnya.
endokrin, obesitas,
intoksikasi, dan nyeri
yang direfleksikan.

Gejala Timbul tiba-tiba pada Sakit kepala/rasa berat Nyeri kepala tegang Vertigo (dizziness),
perubahan posisi di tengkuk, mumet otot dirasakan Gangguan
kepala. Sangat berat, (vertigo), jantung bilateral. Intensitasnya penglihatan, (blurring,
berlangsung singkat berdebar-debar, dari ringan sampai graying, double
hanya beberapa detik. mudah Ieiah, sedang. Rasa nyeri vision) Jatuh
Keluhan dapat disertai penglihatan kabur, yang dirasakan antara mendadak (sudden
mual bahkan sampai telinga berdenging lain seperti diikat, falls), Kebas Bicara
muntah (tinnitus), dan seperti ditindih cadel, Kebingungan,
mimisan. barang. Durasi dari 30 Sulit menelan
menit sampai 7 hari.
Meniere Meningitis Ensefalitis Migrain

Patof Pembengkakan pada Peradangan pada Ensefalitis adalah gangguan nyeri kepala
ruang endolimfe, selaput otak atau radang jaringan otak berulang, serangan
kemungkinan ruang subaraknoid oleh Bakteri, Virus, berlangsung selama 4-
merupakan faktor oleh infeksi virus, Parasit, Fungus, 72 jam.
yang mendasari bakteri, riketsia, Riketsia
kelainan ini jamur, cacing dan
protozoa.

Gejala Trias gejala utama, Demam, nyeri kepala Demam, nyeri kepala, berlokasi unilateral,
yaitu vertigo, tinitus, hebat, dan kaku vertigo, nyeri badan, nyeri berdenyut
dan tuli. Serangan kuduk; tidak jarang nausea, kesadaran (pulsating), intensitas
berlangsung beberapa disertai kejang umum menurun, timbul sedang atau berat,
menit sampai jam lalu dan gangguan serangan kejang- diperberat oleh
mereda. kesadaran. kejang, kaku kuduk, aktivitas fi sik rutin,
hemiparesis dan dan berhubungan
paralysis bulbaris dengan mual dan/atau
fotofobia serta
fonofobia.
DD : Hipertensi

Epidemiologi : Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah, prevalensi


hipertensi pada penduduk umur 18 tahun ke atas tahun 2007 di Indonesia
adalah sebesar 31,7%. Menurut provinsi, prevalensi hipertensi tertinggi di
Kalimantan Selatan (39,6%) dan terendah di Papua Barat (20,1%).

Diagnosis : Lakukan tensi minimal didapatkan 2 kali hasil yang tinggi


(sistol >130 atau diastol >90) sebanyak 2 kali dalam selang waktu
seminggu.

Faktor Resiko : umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, genetik (faktor


resiko yang tidak dapat diubah/dikontrol), kebiasaan merokok, konsumsi
garam, konsumsi lemak jenuh, penggunaan jelantah, kebiasaan konsumsi
minum-minuman beralkohol, obesitas, kurang aktifitas fisik, stres,
penggunaan estrogen.
DD : Tension Headache
Faktor Resiko : Stress dan gangguan emosional
Diagnosis : Sesuai dengan kriteria The Internasional Headache Society, maka diagnosis nyeri kepala
tegang otot episodik dapat ditegakkan apabila:
1. Minimal ada 10 kali serangan nyeri kepala
2. Tidak ada nausea dan vomitus
3. Tidak ditemukan adanya fonofobia dan fotofobia, dan kalaupun ada hanya salah satu.
4. Dikatakan nyeri kepala tegang otot yang berhubungan dengan gangguan otot perikranial (dahulu
disebut muscle contraction headache), bila ditemukan adanya ketegangan otot perikranial dengan cara
palpasi atau dengan pemeriksaan EMG. Sementara itu apabila tidak berhubungan dengan gangguan
otot perikranial , yang dahulu dikenal sebagai idiopathic headache, psychogenic headache.
5. Apabila bentuk di atas ditemukan akan tetapi serangan nyeri kepala terjadi paling sedikit 15 hari tiap
bulannya dan telah berlangsung lebih dari 6 bulan, serta mungkin pula diiringi dengan salah satu dari
gejala berikut : nausea, fotofobia, akan tetapi tidak disertai vomitus maka diagnosisnya adalah nyeri
kepala tegang otot kronik. Bentuk seperti tadi, apabila ditemukan adanya ketegangan otot maka disebut
sebagai nyeri kepala tegang kronik yang tidak berhubungan dengan gangguan otot perikranial.
6. Tipe yang lain yaitu semua bentuk nyeri kepala yang mirip dengan gejala sebagaimana diuraikan
diatas, tetapi tidak memenuhi syarat untuk diagnosis salah satu nyeri kepala tegang otot dan juga tidak
memenuhi kriteria untuk nyeri kepala migrein tanpa aura.
DD : Migrain
Epidemiologi : Migren dialami oleh lebih dari 28 juta orang di seluruh dunia.
Diperkirakan prevalensinya di dunia mencapai 10%; wanita lebih banyak
daripada pria.
a. Penunjang
Terapi tahap akut ada pemeriksaan penunjang khusus untuk membantu
: • Tidak
Tujuan pengobatan
menegakkan pada tahap
diagnosis. akut inipenunjang
Pemeriksaan adalah untuk mengatasi
diperlukan bila rasa
dicurigai adanya
nyeri akibat struktural
kelainan terjadinyayang
dilatasi arteri dikulit
mempunyai gejalakepala
sepertiyang terjadi
migren. pada• MRI
• EEG. saat
serangan migren.
(Magnetic Obat : Ergotamin,
Resonance Dihidro-ergotamin
Imaging). • PET dan Tomography).
(Positron Emission Cafergot. • Sachs
b. Diagnosis
Terapi Profilaktif Terapi profilaktif ditujukan untuk mencegah
: Dalam anamnesis perlu digali lokasi, penjalaran, intensitas, kualitas,
terjadinya serangan akut.
gejala premonitory, Obat
aura, : metisergid
gejala maleat,pencetus,
penyerta, faktor Pizotifen,
faktor
Siproheptadi, Propanolol.
peringan/perberat dan riwayat keluarga.Dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik
yang teliti ketepatan diagnosis migren mencapai 95%. Disamping pemeriksaan
fisik secara umum, dilakukan pemeriksaan neurologis yang meliputi: Nervus
kranialis, pupil, lapangan pandang, gerakan bola mata, funduskopi untuk
evaluasi keadaan n. II, retina dan pembuluh darah retina, kekuatan otot, tonus
dan koordinasi,reflex fisiologis dan patologis, sensorik terutama sensorik
kortikal (stereognosis), gait, bising orbita, palpasi arteri superfisialis temporalis.
DD : Stroke Vertebrobasiler
Patofisiologi : gangguan pasokan aliran darah otak dapat terjadi
dimana saja di dalam arteri-arteri yang membentuk Sirkulus
Willisi yaitu arteria karotis interna dan sistem vertebrobasilar atau
semua cabangcabangnya. Secara umum, apabila aliran darah
kejaringan otak terputus selama 15 sampai 20 menit akan terjadi
Diagnosis
infark atau : kematian
magnetic resonance
jaringan. angiography or standardpenyakit
Proses patofisiologi angiography.
ini
Tatalaksana : Berhenti merokok, olahraga, kurangi kolesterol,
dapat berupa: 1) keadaan penyakit pada pembuluh itu sendiri, kontrol
diabetes. Hypercholesterolemia Medications (Lipitor™, Zocor™, etc.) •
seperti pada aterosklerosis dan trombosis, robeknya dinding
Aspirin, Clopidogrel (Plavix™). Pembedahan : Endarterectomy • Bypass
pembuluh, atau peradangan; 2) berkurangnya perfusi akibat
grafting • Vertebral artery reconstruction. Endovascular : Angioplasty and
gangguan
Stenting status aliran darah, misalnya syok atau hiperviskositas
darah; 3) gangguan aliran darah akibat bekuan atau embolus
infeksi yang berasal dari jantung atau pembuluh ekstrakranium;
atau 4) ruptur vaskular di dalam jaringan otak atau ruang
subaraknoid.
DD : Meniere
Tatalaksana : Penatalaksanaan pasien dengan meniere’s disease terbagi atas
penanganan secara umum, pada seragan akut dan fase kronik
A. Penanganan secara umum
Etiologi : Para Ilmuan menduga faktor etiologi penyakit meniere : ~
Penenangan kecemasan pasien dan mengatur pola hidup sehat
Kegagalan penyerapan oleh kantong endolimf ~ Genetik ~ Anatomi
B. Penanganan pada serangan akut
~ Gangguan vasomotor ~ Infeksi virus ~ Alergi, Autoimun ~
• Tirah baring • Obat-obatan sedatif vestibular untuk mengurangi vertigo
Psikosomatik dan hipertiroidisme
diantaranya
Dimenhydrinate(Dramamine),Promethazinetheoclate(Avomine),Prochlorperazine
Penunjang : – Full blood count – Laju endap darah – Urea dan
(stemetil) • Diazepam
Elektrolit (Valium ataudisease
– VDRL(Venereal Calmpose) 5-10laboratory
research mg(IV) Obat testini
) –memiliki
efek sedatif dan juga penekanan
TPHA(Treponema pallidumdari nukleus vestibular
haemagglutination medial Vasodilator
antibody) – Glukosa •
Inhalasi dari Carbogen(
ad Random dan GTT5%–CO2 dengan 95
Cholesterol dan%Trygliserida
O2) • Histamin Drip. Histamin
– Tyroid
diphosphate
fungtion2,75
testmg dicampur kedalam 500 ml glu
C. Penanganan pada fase kronis
Obat Diagnosa : • Diagnosa
sedatif vestibular. di permudah dengan adanya
Prochlorperazine(stemetil) 10 mg kriteria meniere’s
, 3 X sehari, ( 2 Bln)
disease ini berupa vertigo episodik, tinnitus dan tuli sensorineural
kemudian diturunkan menjadi 5 mg , 3 X sehari pada bulan berikutnya •
Untuk mendukung
Vasodilator. Asam Nikotinikdiagnosa diperlukan
, 50 mg satu jam•sebelum
Pemeriksaan
makanFisik3 X •sehari .
Pemeriksaan
Dosisnya THT Rutinsecara
dapat ditingkatkan • Pemeriksaan Penunjang
perlahan untuk mendapatkan flushing pada
kulit. • Betahistine(vertin) 8-16 mg, 3 X sehari.
DD : Meningitis
Etiologi : Infectious Agent meningitis purulenta mempunyai
kecenderungan pada golongan umur tertentu, yaitu golongan neonatus
paling banyak disebabkan oleh E.Coli, S.beta hemolitikus dan Listeria
monositogenes. Golongan umur dibawah 5 tahun (balita) disebabkan
oleh H.influenzae, Meningococcus dan Pneumococcus. Golongan umur
Diagnosis MB ditegakkan melalui analisis CSS, kultur darah,
5-20 tahun disebabkan oleh Haemophilus influenzae, Neisseria
pewarnaan CSS, dan biakan CSS.
meningitidis dan Streptococcus Pneumococcus, dan pada usia dewasa
(>20 tahun) disebabkan oleh Meningococcus, Pneumococcus,
Stafilocccus, Streptococcus dan Listeria. Penyebab meningitis serosa
yang paling banyak ditemukan adalah kuman Tuberculosis dan virus.
Meningitis yang disebabkan oleh virus mempunyai prognosis yang lebih
baik, cenderung jinak dan bisa sembuh sendiri. Penyebab meningitis
virus yang paling sering ditemukan yaitu Mumpsvirus, Echovirus, dan
Coxsackie virus , sedangkan Herpes simplex , Herpes zooster, dan
enterovirus jarang menjadi penyebab meningitis aseptik(viral).
DD : Ensefalitis
Etiologi : Bakteri, Virus, Parasit, Fungus, Riketsia
Penunjang : Pemeriksaan cairan serobrospinal - Pemeriksaan darah lengkap - Pemeriksaan
feses - Pemeriksaan serologik darah (VDRL, TPHA) - Pemeriksaan titer antibody - EEG -
Foto thorax - Foto roentgen kepala - CT-Scan - Arteriografi.
Penatalaksanaan :
1. Ensefalitis supurativa - Ampisillin 4 x 3-4 g per oral selama 10 hari. - Cloramphenicol 4
x 1g/24 jam intra vena selama 10 hari.(3,4,5)
2. Ensefalitis syphilis - Penisillin G 12-24 juta unit/hari dibagi 6 dosis selama 14 hari -
Penisillin prokain G 2,4 juta unit/hari intra muskulat + probenesid 4 x 500mg oral selama
14 hari.
3. Ensefalitis Virus : Pengobatan simptomatis Analgetik dan antipiretik : Asam mefenamat
4 x 500 mg Anticonvulsi : Phenitoin 50 mg/ml intravena 2 x sehari. 7 - Pengobatan
antivirus diberikan pada ensefalitis virus dengan penyebab herpes zoster-varicella.
Asiclovir 10 mg/kgBB intra vena 3 x sehari selama 10 hari atau 200 mg peroral tiap 4 jam
selama 10 hari
Prognosis : Ensefalitis supurativa angka kematian dapat mencapai 50%
Etiologi
 BPPV merupakan penyakit degeneratif yang idiopatik yang
sering ditemukan, kebanyakan diderita pada usia dewasa
muda dan usia lanjut. Trauma kepala merupakan penyebab
terbanyak kedua terbanyak pada pada BPPV bilateral.
Penyebab lain yang lebih jarang adalah labirintitis virus,
neuritis vestibuler, pasca stapedectomi, fistula perilimfa,
dan penyakit meniere
Patofisiologi
 Mekanisme pasti terjadinya BPPV masih samar.
 Tapi penyebabnya sudah diketahui pasti yaitu debris
”otokonia” yang terdapat pada kanalis semisirkularis,
biasanya pada kanalis posterior. Debris berupa kristal
kalsium karbonat yang berasal dari struktur utrikulus.
Diduga debris itu menyebabkan perubahan tekanan
endolimfe dan defleksi kupula sehingga timbul gejala
vertigo.
 Teori Cupulolithiasis dan Teori Canalithiasis  Masih
belum bisa dibuktikan
Epidemiologi
Benign Paroxysmal Potitional Vertigo (BPPV) adalah gangguan
keseimbangan perifer yang sering dijumpai, kira-kira 107 kasus per
100.000 penduduk, dan lebih banyak pada perempuan serta usia tua
(51-57 tahun). Jarang ditemukan pada orang berusia dibawah 35 tahun
yang tidak memiliki riwayat cedera kepala. BPPV menyumbang 8%
dari individu dengan pusing / vertigo sedang atau berat. Prevalensi
seumur hidup BPPV adalah 2,4%, prevalensi 1 tahun adalah 1,6% dan
kejadian 1 tahun adalah 0,6%. Durasi rata-rata sebuah episode adalah 2
minggu. Pada 86% individu yang terkena, BPPV mengarah ke
konsultasi medis, gangguan kegiatan sehari-hari atau cuti sakit. Secara
total, hanya 8% dari peserta yang terpengaruh menerima pengobatan
yang efektif. Pada analisis multivariat, usia, migrain, hipertensi,
hiperlipidemia dan stroke secara independen terkait dengan BPPV.
Manifestasi Klinis
• Serangan vertigo berlangsung singkat (kurang dari 1 menit)
• Bila serangan vertigo datang bertubi-tubi, pasien akan merasakan kepala
ringan, merasa tidak stabil dan rasa mengambang yang menetap selama
beberapa hari.
• Gangguan hilang secara spontan dalam waktu beberapa minggu, namun
dapat kambuh setelah beberapa waktu kemudian
• Pandangan gelap, jantung berdebar, hilang keseimbangan, tidak mampu
konsentrasi, otot terasa sakit, mual dan muntah, sensitif pada cahaya
terang, serta memori menurun
Vertigo Sentral
Vertigo sentral disebabkan lesi pada jalur sepanjang vestibuler sentral,
yaitu :
1. Nukleus vestibularis di medula oblongata
2. Rostral midbrain
3. Nukleus okulomotor (vestibulo okular reflex
4. Vestibuloserebellum (flocculus, paraflocculus, vermis dan nodulus)
5. Thalamus
6. Korteks temporoparietal

Lesi iskemik, perdarahan, tumor, infeksi, trauma dan multipel sklerosis


pada organ vestibuler sentral
Gejala Sentral Perifer
Rasa mual berlebihan + +++
muntah + +
Diperburuk oleh pergerakan kepala tidak spesifik ++ -
Dicetuskan oleh pergerakan kepala spesifik ( misalnya posisi dixx – + +++
hallpike), perputaran kepala dalam posisi terlentang

Timbulnya nistagmus paroxysmal ke atas dan rotatoar dengan manuver - +++


dixx – hallpike

Timbulnya nistagmus paroxysmal ke bawah dengan manuver dixx – ++ +


hallpike

Nistagmus dengan perubahan posisi horizontal paroxysmal + ++


( geotropic/ageotropic) yang dibangkitkan oleh perputaran posisi
horizontal kepala

Nistagmus persisten ke bawah pada semua posisi +++ -


Hilangnya nistagmus dengan pergerakan posisi - +++
Membaik setelah perawatan dengan manuver posisional - +++
Gejala
Golongan Dosis Oral Anti Emetik Sedasi Mukosa Kering
Ekstrapira-midal

Penyekat Kalsium
Flunarisin
Terapi Medikamentosa
5-10 mg; 1x1 + + - +

Sinarisin 25 mg; 3x1 + + - +


1.
Antihistamin Obat anti vertigo hanya obat simtomatik
Prometasin 25-50 mg; 3x1 + ++ ++ -

Dimenhidrinat 50 mg; 3x1 + + + +


Antikolinergik
Skopolamin 0,6 mg; 3x1 + + +++ -
Atropin 0,4 mg; 3x1 + - +++ -
Monoaminergik
Amfetamin 5-10 mg; 3x1 + - + +

Efedrin 25 mgl 3x1 + - + -


Phenotiazine
Proklorperasin 3 mg; 3x1 +++ + + +
Klorpromasin   ++ +++ + +++
Benzodiazepin
Diazepam 2-5 mg; 3x1 + +++ - -
Non-Medikamentosa
Latihan vestibular :
•Berdiri tegak dengan mata dibuka, kemudian mata ditutup.
•Olahraga yang menggerakan kepaka (fleksi, rotasi, ekstensi,
gerak miring).
•Dari sikap duduk disuruh berdiri dengan mata terbuka, kemudian
tertutup.
•Jalan di kamar dengan mata terbuka kemudian mata tertutup.
•Berjalan tandem.
•Melirikkan mata ke arah horizontal dan vertikal.
•Melatih gerakan mata untuk memfiksasi objek yang bergerak
maupun diam.
Manuver-Epley
Brandt Daroff
1. Mulai dengan posisi duduk kemudian posisi baring miring
pada satu sisi, dengan sudut kepala maju sekitar setengah
selama 30 detik, atau sampai pusing di sisi kepala.
2. Kemudian kembali ke posisi duduk. Tetap pada keadaan
ini selama 30 detik, dan kemudian dilanjutkan ke posisi
berlawanan dan ikuti rute yang sama.
3. Latihan ini harus dilakukan selama 2 minggu, 3 kali sehari,
atau selama 3 minggu, 2 kali sehari. Pada sekitar 30 %
pasien, BPPV dapat muncul kembali dalam 1 tahun.
Terapi Bedah
 Jarang untuk kasus ini
 Mereposisi kanalith (canalith reposition)
 Pemutusan koneksi neural ke kanalis posterior (singular
neurotomi) atau memblok kanal posterior
 Miringotomi dan pemasangan grommet untuk mengurangi
terulangnya vertigo
 Dekompresi sakus endolimfatikus untuk mengurangi
tekanan di dalam labirin membranosa, yang dapat
menghilangkan vertigo
Pencegahan

1. Tidur dengan posisi kepala yang agak tinggi


2. Bangun secara perlahan dan duduk terlebih dahulu
sebelum berdiri dari tempat tidur
3. Hindari posisi membungkuk bila mengangkat barang
4. Hindari posisi mendongakkan kepala, misalnya untuk
mengambil suatu benda dari ketinggian
5. Gerakkan kepala secara hati-hati, jika kepala kita dalam
posisi datar (horizontal) atau bila leher dalam posisi
mendongak
Prognosis
Prognosis pasien dengan vertigo vestibular tipe
perifer umumnya baik, dapat terjadi remisi spontan
dalam 6 minggu, meskipun beberapa kasus tidak
terjadi. Dengan sekali pengobatan tingkat rekurensi
sekitar 10-25%
Kesimpulan

Dari skenario, pasien mengeluh pusing berputar disertai mual muntah yang
tambah parah jika berpindah posisi kepalanya. Ini adalah gejala dari BPPV. Tidak
ada demam, nyeri telinga, gangguan penglihatan, trauma, anemia yang sudah dapat
menyingkirkan beberapa DD sehingga diagnosa BPPV dapat ditegakkan.

Anda mungkin juga menyukai