Anda di halaman 1dari 17

PERSIMPANGAN BERSINYAL

NAMA KELOMPOK;
SANDION MANGENDE
ALDY FERDIANSYAH

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS FAJAR
2019/2020
PENGERTIAN SIMPANG
Simpang merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam
menentukan kapasitas dan waktu perjalanan pada suatu jaringan jalan,
khususnya di daerah- daerah perkotaan. Namun, Simpang merupakan
tempat yang rawan terhadap kecelakaan karena terjadinya konflik antara
kendaraan dengan kendaraan lainnya ataupun antara kendaraan dengan
pejalan kaki. Masalah-masalah yang saling terkait pada Simpang adalah:
1. Volume dan kapasitas (secara langsung mempengaruhi hambatan)
2. Desain geometri dan kebebasan pandang
3. Perilaku lalu lintas dan panjang antrian
4. Kecepatan
5. Pengaturan lampu jalan
6. Kecelakaan dan keselamatan
7. Parkir
Pengaturan Simpang

• Pengaturan simpang dilihat dari segi pandang untuk kontrol kendaraan dapat
dibedakan menjadi dua (Morlok, 1991) yaitu :
• Simpang tanpa sinyal, dimana pengemudi kendaraan sendiri yang
• harus memutuskan apakah aman untuk memasuki Simpang itu.
• Simpang dengan sinyal, dimana Simpang itu diatur sesuai sistem dengan
tiga aspek lampu yaitu merah, kuning dan hijau.
• Kriteria bahwa suatu Simpang sudah harus dipasang alat pemberi isyarat
GAMBAR KONFLIK UTAMA

• Gambar 2.4 Titik konflik utama dan kedua pada Simpang empat lengan
• Sumber: Departemen P.U. (1997)
Jika hanya konflik-konflik utama yang
dipisahkan, maka kemungkinan untuk mengatur
sinyal lampu lalu lintas hanya dengan dua fase.
Masing- masing sebuah untuk jalan yang
berpotongan, metode ini selalu dapat diterapkan
jika gerakan belok kanan dalam suatu Simpang
tidak dilarang, karena pengaturan dua fase
memberikan kapasitas tertinggi dalam beberapa
kejadian.
POLA PERGERAKAN DAN KONFLIK PADA SIMPANG

Gambar 2.2 Contoh siklus pergerakan lalu lintas pada Simpang bersinyal
Sumber: Departemen P.U. (1997)

1.Solusi Time-Sharing
2. Solusi space-sharing
Prinsip dari solusi jenis ini adalah dengan merubah konflik pergerakan
dari crossing menjadi jalinan atau weaving (kombinasi diverging dan
merging). Contohnya adalah bundaran lalu lintas (roundabout)
Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas (APILL)

Alat pemberi isyarat lalu lintas (APILL) adalah salah satu alat
untuk mengontrol arus lalu lintas disuatu simpang jalan
(pertemuan jalan sebidang, dengan memberikan prioritas
bagi masing-masing pergerakan lalu lintas secara bergantian
dalam suatu periode waktu untuk memerintahkan para
penegemudi untuk berhenti atau berjalan.

1.) Alat pengatur waktu tetap dengan program tunggal (single


program)
2.) Alat pengatur waktu tetap dengan program banyak (multi
program)
• Arus Jenuh Dasar (So)
• Arus jenuh dasar adalah besarnya keberangkatan di antrian dalam
pendekat selama kondisi ideal (smp/jam hijau) (Departemen P.U.,
1997). Untuk perhitungan arus jenuh dasar didasari dari jenis tipe
pendekat yaitu:

• Pendekat Terlindung (P)


• Adalah arus berangkat tanpa konflik dengan arus lalu lintas yang
berlawanan. Untuk pendekat terlindung, dihitung menggunakan
rumus:
• So = 600 x We
• (2.4)
• Pendekat Terlawan (O)
• Adalah arus berangkat dari pendekat dengan konflik dengan arus
lalu lintas yang berlawanan. Sebagai fungsi dari So adalah lebar
pendekat efektif (We), besarnya arus belok kanan (QRT) dan besar
arus belok kanan
• terhalang (QRTO).
Tingkat pelayanan simpang
2.15 Tingkat Pelayanan Simpang
Tingkat pelayanan Simpang adalah suatu ukuran kuantitatif yang
memberikan gambaran dari pengguna jalan mengenai kondisi lalu lintas aspek
dari tingkat pelayanan dapat berupa kecepatan dan waktu tempuh,
kepadatan,
tundaan kenyamanan, keamanan, dan lain - lain (TRB, 1994). Pada analisis
kapasitas didefinisikan enam tingkat pelayanan. Hubungan tundaan (delay)
dengan tingkat pelayanan terbaik A dan tingkat pelayanan F yang terburuk.
Hubungan tundaan (delay) dengan tingkat pelayanan sebagai acuan penilaian
Simpang, seperti Tabel 2.8 berikut :
Tabel 2.8 Hubungan tundaan dengan tingkat pelayanan
1.) Tingkat pelayanan A berarti operasi pada simpang
memiliki tundaan yang sangat rendah kurang dari 5,0 detik
perkendaraan. Hal ini terjadi bila sebagian besar
kendaraan datang pada saat hijau sehingga banyak
kendaraan yang tidak berhenti. Panjang siklus yang
pendek juga dapat menghasilkan tundaan rendah.
2.) Tingkat pelayanan B berarti operasi pada simpang
memiliki tundaan
dalam rentang 5,1 – 15,0 detik perkendaraan. Biasanya
hal ini terjadi bila panjang siklus pada simpang pendek.
Kendaraan berhenti lebih banyak dari tingkat pelayanan
A, menghasilkan tundaan rata – rata sedang dan tidak
terjadi kemacetan.
3.) Tingkat pelayanan C berarti operasi pada simpang
memiliki tundaan
dalam rentang 15,1 – 25,0 detik perkendaraan. Tundaan
yang lebih besar ini di hasilkan dari lebih panjangnya
siklus. Pada tingkat ini jumlah kendaraan yang berhenti
adalah signifikan, meski tetap cukup banyak kendaraan
yang terus melalui simpang tanpa harus berhenti.
4.) Tingkat pelayanan D berarti operasi pada simpang memiliki
tundaan
dalam rentang 25,1 – 40,0 detik perkendaraan. Pada tingkat
pelayanan D pengaruh dari kemacetan sudah lebih terlihat. Tundaan
yang lebih besar dapat dihasilkan dari kombinasi panjang siklus yang
lebih rendah. Banyak kendaraan yang harus berhenti pada simpang.
5.) Tingkat pelayanan E berarti operasi pada simpang memiliki
tundaan
dalam rentang 40,1 – 60,0 detik perkendaraan. Pada tingkat
pelayanan E
6.) Tingkat pelayanan F berarti operasi pada
simpang memiliki tundaan lebih besar dari 60,0
detik peerkendaraan. Pada tingkat pelayanan F ini
tundaan sudah tidak dapat diterima, hal ini
biasanya karena terjadinya kejenuhan pada
simpang akibat arus melalui simpang melampaui
kapasitas simpang dan dapat juga karena panjang
siklus yang terlalu panjang.
SEKIAN DAN TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai