Anda di halaman 1dari 25

CHEST PAIN e.

c UAP

Elsa Hewuni, S. Ked


FAA 118 031

Pembimbing :
dr. Fajar Pantopo

KEPANITERAAN KLINIK REHABILITASI MEDIK DAN


EMERGENCY MEDICINE
FK UPR/RSUD dr. DORIS SYLVANUS
PALANGKARAYA
2019
PENDAHULUAN
• Penyakit jantung koroner yang lebih dikenal dengan sindroma
koroner akut.
• Penyakit ini menyerang pembuluh darah yang mengalirkan
darah ke jantung sehingga terjadi penyempitan pada arteri
koroner. Akibat proses aterosklerosis atau spasme ataupun
kombinasi dari keduanya.
• Angka kematian karena PJK di seluruh dunia tiap tahun
didapatkan 50 juta, sedangkan di negara berkembang terdapat
39 juta.

• survei dari Badan Kesehatan Nasional tahun 2001


menunjukkan tiga dari 1000 penduduk Indonesia menderita
PJK, pada tahun 2007 terdapat sekitar 400 ribu penderita PJK
dan pada saat ini penyakit jantung koroner menjadi pembunuh
nomor satu di dalam negeri dengan tingkat kematian mencapai
26%.3
BAB II. LAPORAN
KASUS
Survey Primer
Ny. M, 59 th, Perempuan
• Vital Sign :
o Tekanan Darah : 140/80 mmHg
o Nadi : 83x/menit, regular, kuat angkat, isi cukup
o Pernafasan : 20 x/menit
o Suhu : 36,2 °C
o Spo2 : 96%
o Skala nyeri : 4
• Airways : Bebas, tidak terdapat sumbatan.
• Breathing : Spontan, 20x/menit, pola torakoabdominal, pergerakan dada simetris
kanan-kiri, tidak tampak ketertinggalan
gerak.
• Circulation : Denyut nadi 90x/menit, regular, kuat angkat, isi cukup, CRT <2’’.
• Disability : GCS 15 (Eye 4, Verbal 5, Motorik 6), pupil isokor  3mm-
3mm.
• Exposure : Tampak kesakitan dan gelisah.
• Evaluasi masalah : Kasus ini merupakan kasus yang
termasuk dalam Priority sign yaitu pasien datang dengan
keluhan nyeri dada, sehingga memerlukan penanganan
pemberian oksigenasi segera dengan ditempatkan diruang non
bedah dan diberikan oksigenasi. Pasien diberi label Kuning.

• Tatalaksana awal : Tata laksana awal pada pasien ini


adalah ditempatkan di ruangan non bedah dan oksigenasi.
LAPORAN KASUS
• Nama : Ny. M
• Usia : 63 tahun
• Jenis kelamin : perempuan
• Pekerjaan : Pensiunan PNS
• Alamat : Jl. Menteng
• Tanggal pemeriksaan: 13 mei 2019
• Anamnesis : Autoanamnesis
• Keluhan Utama : Nyeri dada sebelah kiri 1 hari SMRS
• Riwayat Penyakit Sekarang
• 1 hari SMRS pasien merasakan nyeri dada sebelah kiri yang muncul secara
tiba-tiba. Nyeri dirasakan seperti ditindih benda berat dan nyeri yang
dirasakan tidak menjalar. Nyeri dada timbul saat pasien sedang beraktivitas.
Nyeri dada dirasakan selama ±1 jam. 2 hari sebelumnya pasien mengalami
nyeri dada yang hilang timbul dan muncul saat istirahat dan saat bekerja.
Nyeri dada yang dirasakan tidak terlalu kuat dan berlangsung selama ± 30
menit. Keluhan nyeri pada pasien tidak disertai adanya sesak nafas, tetapi
disertai perasaan berdebar-debar, dan berkeringat dingin. Pasien juga
mengeluhkan sering sakit kepala, tengkuk terasa berat. Mual (+), nyeri ulu
hati (-), muntah (-), demam (-), bengkak dan kebas pada ekstremitas (-).
BAK dan BAB tidak ada keluhan.
1 tahun SMRS pasien mulai merasakan keluhan nyeri dada pertama kali.
Nyeri dada dirasakan saat beraktivitas berat (seperti mengangkat benda
berat, dan bersih-bersih rumah terlalu lama). Nyeri dirasakan seperti ditindih
benda berat dan tidak menjalar, nyeri agak berkurang saat dibawa istirahat.
Nyeri yang dirasakan hilang dalam hitungan menit (5-10 menit). Nyeri
berkurang setelah beristirahat. Keluhan nyeri dada dirasakan semakin sering
dan semakin berat, dahulunya nyeri dada dirasakan 2-3 kali dalam seminggu
(saat beraktivitas) dan keluhan hilang setelah 5-10 menit. Seiring waktu
nyeri dada hampir dirasakan setiap hari, terkadang 2 kali dalam sehari.
Nyeri dada dirasakan selama 30 menit hingga 1 jam. Nyeri tidak disertai
dengan sesak napas. Keluhan sesak napas saat beraktivitas berat (-), tidur
menggunakan 1 bantal, sesak napas saat berjalan (-).
3. Riwayat Penyakit Dahulu
• Pernah dirawat di ICCU RSUD Palangka Raya dengan keluhan nyeri
dada, dirawat selama 5 hari.
• Riwayat Hipertensi (+) sejak 5 tahun SMRS terkontrol.
• Riwayat kolesterol tinggi
• Riwayat penyakit diabetes melitus disangkal
4. Riwayat Minum Obat
• Pasien rutin minum obat Telmisartan, Bisoprolol, dan Simvastatin.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
• Riwayat penyakit hipertensi pada ayah pasien
• Riwayat penyakit diabetes disangkal
• Riwayat penyakit jantung disangkal
PEMERIKSAAN FISIK
• Keadaan umum : Tampak sakit sedang
• Kesadaran : Compos mentis
Vital sign
• Tekanan darah : 140/80 mmHg
• Nadi : 83 x/menit, regular, kuat angkat, isi cukup
• Pernapasan : 20 x/menit, torako-abdominal
• Suhu : 36,2 0C
• SPO2 : 96%
• Skala Nyeri :4
Kepala dan Leher
• Konjungtiva anemis (-/-)
• Sklera ikterik (-/-)
• JVP tidak meningkat (5-2 cm H2O)
• Pembesaran KGB di leher (-)
Thoraks
Paru-paru
• Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris kiri dan kanan, penggunaan otot bantu
pernapasan (-)
• Palpasi : Vokal fremitus kanan sama dengan kiri
• Perkusi: Sonor pada kedua lapangan paru
• Auskultasi : Vesikuler +/+, wheezing (-), rhonki (-)

Jantung
• Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
• Palpasi : Iktus kordis teraba di ICS V linea midklavikula
• Auskultasi : Bunyi jantung 1 (S1) dan 2 (S2) normal, mumur (-), gallop (-).
Abdomen
• Inspeksi : datar
• Auskultasi : Bising usus (+) normal
• Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
• Perkusi: Timpani
Ekstremitas
• Akral hangat
• CRT < 2 detik
• Edema (-/-)
• Tampak sianosis pada kuku (-)
• Deformitas (-)
LAPORAN KASUS

Kalibrasi 10 dengan kecepatan 25mm/V,


Irama reguler, gelombang P ≤ 0,12 detik,
aksis normal.
Kesan : normal.
FOTO THORAKS
A : Trakea berada
ditengah tidak terdorong
ke kiri atau ke kanan
B : Tidak terlihat adanya
fraktur
C : Tidak terdapat
perbesaran CTR 48%
D : Kedua ujung paru
tampak tajam, corakan
bronkovaskuler tidak
meningkat
Usulan Pemeriksaan
• Darah lengkap (Hb, Ht, Leuko, Trombosit, CT, BT)
• Kimia darah (Ureum, kreatinin)
• Troponin I/T
DIAGNOSIS
a. Diagnosa Banding
• UAP
• SKA NSTEMI
Diagnosis Klinis
• chest pain ec UAP, hipertensi gr.I
PENATALAKSANAAN
• Oksigenasi nasal canul 3 lpm
• ISDN 1 x 5 mg sublingual
• Amlodipin 1 x 5mg
• Sucralfat 3x1 C
• Pasien dianjurkan dirawat di ODC untuk observasi nyeri
dada tetapi pasien menolak dirawat.
PROGNOSIS
• Quo ad vitam : dubia ad bonam
• Quo ad functionam : dubia ad bonam
• Quo ad sanationam : dubia ad bonam
DEFINISI
Angina pektoris merupakan suatu sindrom klinis berupa
serangan nyeri dada yang khas, yaitu dada seperti ditekan
benda berat, seperti ditusuk-tusuk dan nyeri sering menjalar
kelengan kiri atau ke kedua lengan. Nyeri timbul biasanya saat
melakukan aktivitas dan dapat menghilang saat aktivitas
dihentikan, nyeri juga dapat dipicu oleh aktivitas emosional.
Angina terjadi sebagai konsekuensi dari iskemia miokardium.
KLASIFIKASI
• Angina stabil
Nyeri dada yang dicetuskan oleh sejumlah stimulus, angina stabil hilang
dengan istirahat atau penghentian stimulus, gejala muncul karena iskemia
miokardium yang disebabkan oleh gangguan pasokan darah pada
miokardium. Angina stabil gejalanya bersifat reversible dan tidak
progresif.

• Angina tidak stabil


Angina dengan frekuensi dan derajat keparahan yang meningkat, dengan
serangan yang lama dan hanya menghilang sebagian dengan nitrat
sublingual. riwayat penyakit biasanya pendek (beberapa minggu) dan
prognosis buruk, dengan kemungkinan bermakna untuk berkembang
menjadi infark miokardium akut atau kematian mendadak.
• Angina prinzmetal
angina yang muncul saat istirahat dan elevasi segmen ST pada
EKG yang menandakan adanya iskemik transmural. Keadaan
yang tidak biasa ini berhubungan dengan adanya tonus arteri
koroner yang bertambah, yang dengan cepat hilang melalui
pemberian nitrogliserin dan dapat diprovokasi oleh asetilkolin.
GAMBARAN KLINIS
• Nyeri dada seperti pada angina biasa tapi lebih berat dan lebih
lama, mungkin timbul pada waktu istirahat, atau timbul karena
aktivitas yang minimal.
• Nyeri dada dapat disertai keluhan sesak napas, mual, sampai
muntah, kadang-kadang disertai keringat dingin. Pada
pemeriksaan jasmani seringkali tidak ada yang khas.
• Pemeriksaan fisik sewaktu angina dapat tidak menunjukkan
kelainan.
• Pada auskultasi dapat terdengar derap atrial atau ventrikel dan
murmur sistolik di daerah apeks. Frekuensi denyut jantung dapat
menurun, menetap, atau meningkat pada waktu serangan angina.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
• EKG
• Ekhokardiografi
• Foto Thoraks
• Pemeriksaan Lab
PENATALAKSANAAN
• Obat anti iskemia (Nitrat, β-blocker, antagonis kalsium)
• Obat anti agregasi trombosit
• Obat anti trombin
KESIMPULAN
• Angina pektoris merupakan suatu sindrom klinis berupa serangan
nyeri dada yang khas, yaitu dada seperti ditekan benda berat,
seperti ditusuk-tusuk dan nyeri sering menjalar kelengan kiri atau
ke kedua lengan. Nyeri timbul biasanya saat melakukan aktivitas
dan dapat menghilang saat aktivitas dihentikan, nyeri juga dapat
dipicu oleh aktivitas emosional.
• Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang dapat disimpulkan bahwa pasien ini mengalami angina
pektoris tak stabil (UAP) disertai adanya hipertensi grade I.
Secara keseluruhan untuk penanganan pasien ini masih kurang
dikarenakan belum dilakukan pemeriksaan laboratorium, pasien
ini seharusnya diobservasi lebih lanjut tetapi pasien meminta
pulang, sehingga penanganannya belum maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
• Hamm CW, Bertrand M, Braunwald E. Acute coronary syndrome without ST elevation : implementation of
new guidelines.Lancet 2015;358:1533-8.
• World Health Organization. Deaths from coronary heart disease. Cited 2016 July Available from URL :
http://www.who.int/cardiovasculardiseases/ cvd_14_deathHD.pdf
• Rahman AM. Angina Pektoris Stabil. Dalam : Sudoyo AW, Setiuohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S.
(Editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi IV. Penerbit FK UI,2006. Jakarta: p.1611.
• Trisnohadi, Hanafi B. 2006. Angina Pectoris Tak Stabil dalam Aru W.S, Bambang S, Idrus A, Marcelius S.K,
Siti S.S (Editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi IV.Penerbit FK UI 2006. Jakarta. P.1606-8.
• Hamm CW, Bertrand M, Braunwald E. A classification of unstable angina revisited. Availavle from URL:
http://circ.ahajournals.org/content/102/1/118.
• R B Guthrie, Z Vlodaver, D M Nicoloff, J E Edwards. Pathology of stable and unstable angina pectoris.
Available from URL: http://circ.ahajournals.org/content/51/6/1/1059.
• Hamm, Christian W; Bassand, Jean-Pierre; Agewall, Stefan and et al. ESC Guidelines for the management of
acute coronary syndromes in patients presenting without persistent ST-segment elevation, 2016.
• Gunawan SG. Farmakologi dan terapi. Edisi 5. Jakarta: FKUI; 2007.
• Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner Akut.
Jakarta : 2015.
• Silva, Fernando Morita Fernandes. Pesaro, Antonio Eduardo Pereira. Acute management of unstable angina
and non-ST segment elevation myocardial infarction. Einstein. 2015;13(3):454-61.

Anda mungkin juga menyukai