Faktor Risiko II-RevNobi
Faktor Risiko II-RevNobi
Kardiovaskular II
Rasio Apo B/Apo A-I
Prediktor PKV yang lebih baik dibandingkan kolesterol konvensional lain
Lipoprotein (a)
Resiko independen PJK dan stroke
Immunoturbidimetric Immunonephelometric
Assay Assay
Pemeriksaan
Apo A-I Apo B
• Pemeriksaan Immunoturbidimetri (Cobas 501) • Pemeriksaan Immunoturbidimetri (Cobas 501)
• Prinsip: Anti Apolipoprotein A-I Antibodi • Prinsip : Anti Apolipoprotein B Antibodi bereaksi
bereaksi dengan Ag dalam sampel untuk dengan Ag dalam sampel untuk membentuk
membentuk Ag/Ab kompleks. Aglutinasi yang Ag/Abkomplex. Aglutinasi yang terjadi diukur
terjadi dapat diukur secara turbidimetri. secara turbidimetri.
• Sampel : • Sampel :
• Serum, Plasma (Li-heparin, K2-EDTA) • Serum, Plasma (Li-heparin, K2-EDTA)
• Sampel disentrifus terlebih dahulu sebelum • Sampel disentrifus terlebih dahulu sebelum
diperiksa diperiksa
• Stabilitas : • Stabilitas :
• 1 hari pada suhu 15-25°C • 1 hari pada suhu 15-25°C
• 3 hari pada suhu 2-8°C • 8 hari pada suhu 2-8°C
• 2 bulan pada (-15)-(-25) °C (hanya dibekukan • 2 bulan pada (-15)-(-25) °C (hanya dibekukan
satu kali) satu kali)
Pemeriksaan
• Reagen: • Reagen:
• R1: TRIS buffer: 50 mmol/L • R1: TRIS buffer: 50 mmol/L
pH 8,0 pH 8,0
PEG: 3,8% PEG: 4,2%
deterjen Deterjen
pengawet pengawet
• R2: antibodi anti-human • R2: antibodi anti-human
apolipoprotein A-1 (domba) apolipoprotein B (domba)
TRIS buffer: 100 mmol/L TRIS buffer: 100 mmol/L
pH 8,0 pH 8,0
pengawet pengawet
Apolipoprotein A-1 dan B
• Apo A-1 : HDL anti-atherogenik Serum Apo A1:
• Apo B : VLDL, IDL, LDL atherogenik • Pria : 128 ± 24 mg/dL
• Wanita : 141 ± 23 mg/dL
• Rasio Apo B/apo A-1 : resiko
aterosklerosis Serum Apo B:
• 83 ± 15 mg/dL
• Resiko rendah Apo A1 >>, Apo B<<
Apo a-1
penyakit hati
kehamilan
pemberian estrogen (mis: kontrasepsi oral)
penyakit hati
α - β lipoproteinemia
Sepsis
pemberian estrogen
Lipoprotein a – Lp (a)
• Lp(a) memiliki struktur mirip LDL
• Penanda spesifik apo(a)
• Apo(a) memiliki struktur mirip
plasminogen
• Tempat sintesis hati
• Apo B-100 dihubungkan dengan apo(a)
melalui jembatan disulfida
• Apo (a) terdiri dari 10 kringle.
Metabolisme Lp(a)
Lp(a) diproduksi di hati.
Eliminasi Lp(a) dari plasma berbeda dengan LDL walaupun mempunyai
apo B-100 pada permukaannya, Lp(a) tidak berikatan dengan reseptor
hepatik LDL.
Konsentrasi Lp(a) ditentukan terutama oleh kecepatan pembentukan oleh
hati.
Lp(a) adalah mild acute-phase reactant sebaiknya jangan diukur pada
keadaan inflamasi akut atau beberapa minggu setelah miokard infark atau
prosedur pembedahan karena dapat meningkat palsu.
• Machiejko J J. Atherosclerosis Risk Factors. Washington:AACC Press; 2004. p143
Struktur dari Lp(a)
Rifai N, Warnick GR. Lipid, Lipoproteins, Apolipoproteins and Othe Cardiovascular Risk Factors. In: Burtis Ca, Ashwood ER, Bruns DE, editors. TIETZ Textbook of Clinincal Chemistry and Molecular
Diagnostics. 4TH ed. St. Louis, Missouri: ELSEVIER SAUNDERS; 2006. p. 903
Metode pemeriksaan :
ELISA direct binding, sandwich type ELISA kombinasi antibodi
monoklonal dan poliklonal
NIA (Nephelometric immunoassay )
TIA (Turbidimetric immunoassay ) paling banyak digunakan
LIA (Latex immunoassay)
• Nilai referensi:
Lp(a) <0,1 hingga > 180 mmol/L.
• Lp(a) > 0,3 gr/L dan kadar kolesterol normal → resiko PKV ↑2x lipat, bila
keduanya meningkat → resiko PKV↑ 8x lipat
Direct binding, sandwich type ELISA
Antibodi
penangkap
Antigen Lp (a)
yang akan diukur
Antibodi
Deteksi
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KADAR Lp (a)
GH
Estrogen
Progesteron
Hipotiroidisme
Gagal ginjal
Reaksi fase akut
Gagal hati
Pemeriksaan Lipoprotein(a) di RSCM
• Menggunakan pemeriksaan immunoturbidimetric
• Lipoprotein(a) aglutinasi dengan partikel latex yang dilapisi antibodi anti-Lp(a). Presipitasi
ditentukan dengan turbidimetri pada panjang gelombang 450 nm.
• Reagen:
• R1 phosphate buffer: 60 mmol/L, pH 7,5; NaCl: 100 mmol/L; polyethylene glycol (PEG): 30 g/L; pengawet
• R3 partikel latex dilapisi dengan antibodi anti-human Lp(a) poliklonal (kelinci); glycine buffer: 25 mmol/L, pH 9,6; pengawet
• Sampel yang digunakan:
• Puasa 12 jam
• Serum
• Plasma: Li-heparin dan K2-EDTA
• Sampel disentrifus terlebih dahulu sebelum diperiksa
• Stabilitas sampel:
• 2 hari pada suhu 15-25 °C
• 2 minggu pada 2-8 °C
• 3 bulan pada (-15)-(-25) °C
KELEBIHAN RASIO APO B/APO A1
• Tersedia metode terstandarisasi internasional
• Pengukuran tidak dipengaruhi kadar trigliserida (hingga kadar trigliserida 390
mg/dL)
• Analisa dapat dibuat dari sampel yang dibekukan.
• Rasio ApoB/A-1 mudah dijelaskan pada pasien Keseimbangan dari atherogenic
dan antiatherogenic
• Individu dengan LDL kolesterol normal ( <100 mg/dL) dapat memiliki nilai Apo B
tinggi karena adanya partikel small dense LDL. Individu ini dapat diidentifikasi oleh
tingginya rasio Apo B / A1 demikian pula pasien dengan sindroma metabolik dan
DM tipe II dapat diidentifikasi dengan lebih mudah.
• Sensitivitas dan spesifisitas rasio apo B / A1 lebih tinggi dibanding HDL dan LDL
kolesterol.
KELEBIHAN RASIO APO B/APO A1
• Dari segi tehnik:
• Sampel darah tidak memerlukan puasa.
• Tidak memerlukan tehnik presipitasi.
• Presisi lebih baik ( CV <3%)
• mudah diintergrasi pada pemeriksaan rutin karena dapat
dilakukan dengan metode otomasi.
Interferensi Pemeriksaan
• Ikterus
• Lp(a), apoA-1, apoB : kadar bilirubin >60 mg/dL
• Hemolisis
• Lipemia
• Lp(a) : pada L index >2000
• apoA, apoB : pada L index >1000
• Rheumatoid factors
• Lp(a) : pada kadar >90 IU/mL
• apoA-1, apoB : pada kadar >1200 IU/mL
• Gammopathy: terutama IgM (Waldenström’s macroglobulinemia)