Anda di halaman 1dari 9

Praktik penetapan nilai yang

menguntungkan bagi seluruh siswa.


Praktik penetapan nilai yang menguntungkan bagi seluruh siswa
mencakup penggunaan :
1. Pembedaan kartu rapor
Pembedaan kartu rapor adalah ketentuan individual bagi
para siswa untuk memperjelas arti nilai yang mereka peroleh.
Jika diizinkan oleh pihak sekolah distrik, pembedaan kartu rapor
dapat digunakan untuk sebagian besar siswa di kelas anda dan
sesuai untuk siswa-siswa penyandang disabilitas yang:
(a) Mengikuti standar belajar yang sama seperti siswa lainnya
(b) Yang proses kemajuannya dipantau dengan tepat
(c) Yang menerima cakup akomodasi untuk mengakses kurikulum
pendidikan umum (Munk,2007)
2. Menghindari pemberian nilai kosong

Praktik penilaian lain yang juga efektif bagi seluruh siswa adalah
menghindari pemberian nilai kosong untuk tugas yang dikumpulkan atau
ujian yang terlewat lantaran ketidakhadiran yang tidak disertai dengan
izin.

3. Melaporkan kemajuan siswa lebih rutin

Praktik penilaian terakhir yang dapat menguntungkan seluruh siswa


adalah laporan kemajuan siswa yang lebih rutin. Nilai kartu rapor tidak
dikeluarkan terlalu sering, padahal siswa dan orangtua memerlukan
umpan balik yang lebih rutin. Tentu saja frekuensi pelaporan proses
kemajuan siswa ini akan bervariasi, tergantung pada siswa sekaligus
tuntutan waktu anda sebagai seorang guru.
Penetapan nilai individual untuk siswa-siswa penyandang
disabilitas
Penilaian individual dilaksanakan ketika seorang siswa penyandang
disabilitas mengharuskan melakukan modifikasi terhadap ekspektasi
kurikuler. Sekadar memiliki IEP, mengalami kesulitan belajar, gagal karena
melewatkan tugas, atau menerima pemberian akomodasi atau adaptasi yang
buruk tidak dapat membuat seorang siswa menjadi berkualifikasi atas
penilaian individual (Munk,2007).
Penetapan nilai individual mencakup pembuatan keputusan secara
tersistematis. Keputusan ini dibuat bersamaan dengan IEP sehingga
membuat penetapan nilai individual bersifat mengikat secara hukum.
Penetapan nilai individual dapat berupa penilaian berbasis standar atau
melandaskan seluruh atau sebagian dari penilaian pada hasil kemajuan
terhadap pencapaian target IEP. Kedua pendekatan ini telah dirangkum dan
dijelaskan pada sub-bagian berikut ini.
1. Menggunakan penilaian berbasis standar
Jung dan Gueskey (2007) merekomendasikan model penilaian
berbasis standar sebagai upaya untuk membedakan nilai rapor secara
individual bagi siswa-siswa penyandang disabilitas. Dalam penilaian
berbasis standar, tim IEP mula-mula meninjau standar pada suatu
tingkatan pendidikan untuk menentukan ada tidaknya kebutuhan terhadap
akomodasi atau modifikasi. Oleh karena akomodasi hanya melibatkan
akses terhadap kurikulum pendidikan umum, jika sebuah standar
mensyaratkan akomodasi, maka modifikasi terhadap standar atau proses
penilaian tidak akan diperlukan. Sepanjang akomodasi yabg sesuai telah
dilangsungkan selama proses pembelajaran dan asesmen, siswa-siswa
penyandang disabilitas akan dapat dievaluasi pada standar tingkatan
pendidikan yang sama seperti teman-teman sekelasnya.
2. Penilaian berlandaskan pada hasil kemajuan terhadap
pencapaian target
IEP untuk jenis penilaian individual ini, hasil
kemajuan terhadap pencapaian target IEP digunakan
sebagai landasan seluruh atau sebagian dari penilaian
kartu rapor siswa (Munk, 2003).
Melandaskan nilai pada hasil kemajuan terhadap
target IEP juga dapat bermanfaat bagi siswa-siswa
yang menempuh pendidikan khusus namun tidak
menerima modifikasi ekspektasi kurikuler.
Status hukum penetapan nilai individual
Penetapan nilai individual bersifat legal bagi siswa
penyandang disabilitas selama modifikasi yang dibuat
telah tercantum dalam IEP siswa yang bersangkutan.
Penilaian individual sebaiknya tidak diberlakukan
kepada siswa yang tidak memiliki IEP, kecuali jika
sistem penilaian tersebut memang tersedia untuk
seluruh siswa di kelas atau sekolah (Salend &
Duhaney, 2002). Semua sekolah distrik memiliki
kebijakan penetapan nilai mereka sendiri dan anda
harus memeriksa untuk mengetahui apakah sistem
penilaian individual juga tercakup didalamnya.
Bagaimana asesmen menurut performa dapat
bermanfaat bagi siswa-siswa berkebutuhan
khusus?
Asesmen berbasis performa menyediakan kesempetan bagi para
siswa untuk mempertunjukkan penguasaan keterampilan atau
konsep melalui pengerjaan suatu tugas (Haager & Kingner, 2004,
hlm. 66).
Asesmen berbasis performa lebih mengukur proses belajar
ketimbang hanya berfokus pada hasil belajar dan biasanya
melibatkan tugas autentik, yaitu tugas dalam konteks dunia nyata.
Tipe asesmen ini bisa sangat membantu dalam mengevaluasi
pekerjaan siswa-siswa berkebutuhan khusus karena pengukuran
ini tidak selalu tergantung pada format yang dapat ditimbulkan
kendala bagi siswa-siswa penyandang disabilitas. Meskipun
demikian, akomodasi terkadang juga masih perlu diberikan.
Bagaimana asesmen menurut portofolio dapat
bermanfaat bagi siswa-siswa berkebutuhan
khusus?
Asesmen portofolio adalah suatu metode evaluasi untuk
menentukan usaha, proses kemajuan, dan prestasi siswa
dalam satu bidang atau lebih melalui kumpulan tugas dan
pekerjaan mereka (Montgomery, 2001).
Asesmen portofolio juga bisa bermanfaat bagi siswa-siswa
berkebutuhan khusus. Portofolio pada umumnya terdiri dari
berbagai bukti atau hasil asesmen performa yang dapat
diamati seperti catatan anekdot, wawancara, sampel
pekerjaan, dan sampel skor. Siswa-siswa penyandang
disabilitas kemungkinan perlu diajarkan cara untuk memilih
dan mengevaluasi potongan portofolio mereka.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai