Anda di halaman 1dari 27

ALAT OPTIK

Berfungsi sebagai penggeser bayangan yang dibentuk


Sehingga dapat memperjelas objek yang diamati.
CONTOH :
1. KACA MATA

2. LUP

3. MIKROSKOP

4. TELESKOP
Mata dan
Kaca Mata
MATA DAN KACA MATA

Penampang
Mata
Pembentukan Bayangan Pada
Mata

(+)

O Keterangan :
2F2 F2 F1 2F1

Benda yang diamati mata selalu berada di ruang III


Sehingga bayangan yang terbentuk jatuh di retina pada ruang
2
Dengan sifat bayangan : Nyata, Terbalik, Diperkecil
Agar posisi benda selalu berada di ruang III

Maka lensa mata harus menyesuaikan dengan cara melakukan

DAYA AKOMODASI yaitu :

Kemampuan lensa mata untuk menebal atau memipih sesuai


dengan jarak benda yang dilihat

Saat melihat jauh lensa mata memipih atau

Berakomodasi minimum

Saat melihat dekat lensa mata menebal atau

Berakomodasi maksimum
BATAS PENGLIHATAN

PUNCTUN PROXIMUM (PP) PUNCTUM REMATUM (PR)

Titik terdekat yang masih dapat dilihat Titik terjauh yang masih dapat dilihat
Mata dengan jelas dengan mata ber – Mata dengan jelas dengan mata tidak
AKOMODASI MAKSIMUM (AKOMAX) Ber-AKOMODASI (AKOMIN)

UNTUK MATA NORMAL

PP PR

25 CM Tak terhingga ~
KEADAAN MATA DAN PENANGGULANGANNYA

NO. JENIS MATA BATAS PENGLIHATAN POSISI BAYANGAN PENANGGULANGAN

EMETROP
1. PP=25 CM PR=~ Tepat di retina
(MATA NORMAL)

HIPERMETROP
2. PP>25 CM PR=~ Di belakang retina Lensa Cembung
(rabun dekat)

MIOP
3. PP=25 CM PR<~ Di depan retina Lensa Cekung
(rabun jauh)
Bayangan dari :
Benda jauh Lensa Rangkap
PRESBIOP di depan ritina
4. PP>25 CM PR<~ (bifokal)
(Rabun Tua) Benda dekat
di belakang retina

Kornea mata tdk speris


(kelengkungannya tidak
ASTIGMA konstan)sehingga untuk
5. Lensa Silindris
TISME sinar-sinar vertikal fo-
kusnya lebih pendek
KEKUATAN LENSA KACA MATA
Keterangan :
RUMUS 1 1 1
LENSA   s = letak benda (PP =25 cm ------ PR =~)
f s s' s’= letak bayangan (-PP untuk hipermetrop
dan –PR untuk miop)
1
P di mana f = jarak fokus lensa
f P = kekuatan lensa dalam dioptri

UNTUK MATA MIOP UNTUK MATA HIPERMETROP

s = ~ dan s’ = -PR s = 25 cm dan s’ = -PP


Sehingga didapat : Sehingga didapat :

1 100 1 100
P P P  4 P  4
 PR  PR PP PP
PR dalam meter PR dalam cm PP dalam meter PP dalam cm
P Terdiri dari sebuah lensa konvergen yang dapat memperbesar daya
LU akomodasi mata sehingga terbentuk sudut pandang yang lebih besar

Pembentukan bayangan pada lup

(+)

2F F O F 2F

Objek yang diamati dengan LUP diletakan di R.I sehingga terbentuk bayangan yang sifatnya

MAYA, TEGAK, DIPERBESAR


PERBESARAN BAYANGAN
PADA LUP
Mata melihat benda tanpa LUP dengan sudut pandang α

h h
tan  
α PP
PP
Mata melihat benda dengan mengunakan LUP, sehingga sudut pandangnya menjadi β

h'
(+)
tan  
 s ' d
h’

h
β
2F F O F 2F
s
s’
d=jarak mata terhadap LUP
PERBESARAN ANGULER (SUDUT) LUP = γ

Merupakan perbandingan antara sudut pandang mata terhadap


bayangan dengan menggunakan lup (β) dengan sudut pandang
mata terhadap benda tanpa lup (α)

tan  
tan   atau  
tan   Mengingat :

h'  s ' 1 s ' f


h'  dan 
h s s fs '
 h' PP 
   s ' d  x 
h  h  s ' d 
PP

 1 1 d 
Maka didapat :   PP   
  s ' d f f   s ' d  
PERSAMAAN UMUM PERBESARAN SUDUT LUP
PENERAPAN RUMUS  
1 1 d
UMUM PERBESARAN   PP   
LUP   s ' d f f   s ' d  

MATA BERAKOMODASI
MAKSIMUM

Bayangan jatuh di titik dekat mata


Jadi : -s’ + d = PP

Jika jarak antara mata terhadap lup


Jika d diabaikan
(d) diperhitungkan

 PP 
 PP  d    1  
  1     f 
 f f 
PENERAPAN RUMUS  
1 1 d
UMUM PERBESARAN   PP   
LUP   s ' d f f   s ' d  

MATA BERAKOMODASI
PADA JARAK X

Bayangan jatuh di titik dekat mata


Jadi : -s’ + d = x

Jika jarak antara mata terhadap lup


Jika d diabaikan
(d) diperhitungkan

 1 1 d   PP PP 
  PP        
X f f .X   X f 
PENERAPAN RUMUS  
1 1 d
UMUM PERBESARAN   PP   
LUP   s ' d f f   s ' d  

MATA TIDAK
BERAKOMODASI

Bayangan jatuh di titik jauh mata


Jadi : -s’ + d = PR

Jika jarak antara mata terhadap lup


Jika d diabaikan
(d) diperhitungkan

 PP PP 
 1 1 d      
  PP     PR f 
 PR f f .PR 
Untuk mata normal

PP
 
f
MIKROSKO
P
Digunakan untuk mengamati benda-benda mikro dengan kualitas
perbesaran lebih baik dari lup

Terdiri dari : 1. Lensa objektif yang letaknya dekat preparat, berfungsi


sebagai lensa biasa
2. Lensa okuler yang letaknya dekat mata pengamat, berfungsi
sebagai lup

Ketentuan khusus mikroskop : 1. Jarak fokus lensa objektif (fobj) lebih kecil dari jarak
fokus lensa okuler (fok) : (fob<fok)
2. Benda yang diamati diletakan di ruang dua dari lensa
objektif (fob<sob<2fob)
PEMBENTUKAN BAYANGAN PADA MIKROSKOP
PENGAMATAN OBJEK OLEH MATA TANPA AKOMODASI
Ok
(+)

Obj
(+)

Fobj 2Fobj Fok


2Fobj Fobj Oobj Ook Fok

Dari diagram :
a. Bayangan yang dibentuk lensa obj jatuh di
Fok dengan sifat : Nyata, terbalik, diperbesar

b. Bayangan lensa obj menjadi benda untuk lensa ok


c. Bayangan lensa okuler jatuh di ~ dengan sifat : Maya, Tegak ,Diperbesar
-s’ok = PR
PEMBENTUKAN BAYANGAN PADA MIKROSKOP

PENGAMATAN OBJEK OLEH MATA BERAKOMODASI MAKSIMUM


Ok
(+)

Obj
(+)

2Fobj 2Fok Fok Fok


Fobj Oobj Fobj 2Fobj Ook

Dari diagram :
a. Bayangan yang dibentuk lensa obj jatuh di
antara Fok dan Ook dengan sifat :

Nyata, terbalik, diperbesar


b. Bayangan lensa obj menjadi benda untuk lensa ok

c. Bayangan lensa okuler jatuh di PP dengan sifat : Maya, Tegak ,Diperbesar


-s’ok = PP
Besaran-besaran pada mikroskop
Ok
(+)

Obj
(+) d
Sok

2Fobj 2Fok Fok Fok


Fobj Oobj Fobj 2Fobj Ook

Sobj S’obj

S’ok
KESIMPULAN

PENGAMATAN OBJEK DENGAN


MIKROSKOP

DENGAN MATA BERAKOMODASI


DENGAN MATA TIDAK BEROKOMODASI
MAKSIMUM
(AKOMIN)
(AKOMAKS)

1. Bayangan yang dibentuk lensa objektif


1. Bayangan yang dibentuk lensa objektif
jatuh di titik fokus lensa okuler dengan
jatuh diantara Fok dan Ook dengan
sifat : Nyata, terbalik, diperbesar.
2. Bayangan lensa Obj menjadi benda sifat : Nyata, terbalik, diperbesar.
lensa Ok, yang letaknya di Fok 2. Bayangan lensa Obj menjadi benda
lensa Ok, terletak antara Fok dan 2Fok.
sehingga : sok = fok
3. Bayangan lensa Ok jatuh di PP dengan
3. Bayangan lensa Ok jatuh di ~ dengan
sifat : Maya, Tegak, Diperbesar.
sifat : Maya, Tegak, Diperbesar.
sehingga : -sok’ = PP
sehingga : -sok’ = PR
PERBESARAN MIKROSKOP

LENSA OBJEKTIF LENSA OKULER


(PERBESARAN LENSA BIASA) (PERBESARAN LUP)

sobj '  1 1 
M obj  M ok  PP  
sobj   sok ' f ok 
Untuk mata berakomaks : -sok’ = PP
Untuk mata berakomin : -sok’ = PR
Untuk mata berakomodasi pada jarak x : -sok’ = x

PERBESARAN MIKROSKOP PANJANG TUBUS MIKROSKOP

M total  M obj xM ok d  sobj ' sok


TELESKOP
Digunakan untuk mengamati benda-benda yang sangat jauh
sehingga tampak lebih dekat dan jelas

TELESKOP/TEROPONG

TEROPONG BIAS TEROPONG PANTUL

1. TEROPONG BINTANG
2. TEROPONG BUMI 1. TEROPONG NEWTON
3. TEROPONG GALILEO 2. TEROPONG CASEGRIAN
4. TEROPONG PRISMA 3. TEROPONG GREGORIAN
5. DLL
TEROPONG BINTANG

Terdiri dari

Membentuk bayangan dari benda yang


LENSA OBJEKTIF (+) letaknya di jauh tak terhingga yang
jatuh di Fobj.

fobj>fok
Bayangan yang dibentuk lensa obj
menjadi benda untuk lensa ok yang
diposisikan :
LENSA OKULER (+) 1. Diantara Ook dan Fok untuk
pengamatan mata berakomak
2. Di fokus ok (Fok) untuk mata tidak
berakomodasi
PEMBENTUKAN BAYANGAN PADA TEROPONG BINTANG
PENGAMATAN OBJEK OLEH MATA BERAKOMODASI MAKSIMUM
Ok
(+)

Obj
(+)
L = PANJANG TEROPONG

sobj’ = fobj sok


Fobj
Oobj Fok Ook Fok

Dari diagram :
1. Lensa Obj membentuk bayangan :
Nyata, terbalik, diperkecil
2. Lensa Ok membentuk bayangan :
Maya, Diperbesar
RUMUS TEROPONG

PERBESARAN PANJANG
TEROPONG TEROPONG

f obj
MATA BERAKOMODASI
MAKSIMUM
M  L  f obj  sok
sok

f obj L  f obj  f ok
MATA TIDAK
BERAKOMODASI M 
f ok
sok = fok

Anda mungkin juga menyukai