Anda di halaman 1dari 62

Decubitus

…………………… 2018
Ulkus Decubitus
 Bedsores adalah
kerusakan/kematian jaringan
dibawah kulit yang terjadi akibat
gangguan  aliran darah setempat
dan iritasi pada kulit yang
menutupi tulang yang menonjol,
dimana kulit tersebut
mendapatkan tekanan dari
tempat tidur, kursi roda, gips,
pembidaian atau benda keras
lainnya dalam jangka waktu yang
lama.
 Bagian tubuh yang sering
mengalami ulkus dekubitus
adalah bagian dimana terdapat
penonjolan tulang, yaitu bagian
siku, tumit, pinggul, pergelangan
kaki, bahu, punggung dan kepala
bagian belakang.

 Area yang biasa terjadi dekubitus


adalah tempat diatas tonjolan
tulang dan tidak dilindungi oleh
cukup dengan lemak sub kutan,
misalnya daerah sakrum, daerah
trokantor mayor dan spina
ischiadica superior anterior,
daerah tumit dan siku.
Resiko tinggi terjadinya ulkus dekubitus
ditemukan pada:
 Orang-orang yang tidak dapat bergerak (misalnya lumpuh,
sangat lemah, dipasung)
 Orang-orang yang tidak mampu merasakan nyeri.

Kerusakan saraf (misalnya akibat cedera, stroke, diabetes)


dan koma bisa menyebabkan berkurangnya kemampuan
untuk merasakan nyeri.
 Orang-orang yang mengalami kekurangan gizi (malnutrisi)

tidak memiliki lapisan lemak sebagai pelindung dan


kulitnya tidak mengalami pemulihan sempurna karena
kekurangan zat-zat gizi yang penting.
 Gesekan dan kerusakan lainnya pada lapisan kulit paling

luar bisa menyebabkan terbentuknya ulkus.


Tipe Ulkus Dekubitus
 Berdasarkan waktu
yang diperlukan untuk Tipe normal
penyembuhan dari suatu
ulkus dekubitus dan
perbedaan temperatur
dari ulkus dengan kulit Tipe terminal
sekitarnya, dekubitus
dapat dibagi menjadi
tiga;  
Tipe arterioskelerosis
Tipe normal Tipe arterioskelerosis
 Mempunyai beda temperatur  Mempunyai beda
lebih kurang 2,5oC temperatur kurang dari 1oC
dibandingkan kulit sekitarnya antara daerah ulkus dengan
dan akan sembuh dalam kulit sekitarnya. Keadaan ini
perawatan sekitar 6 minggu.
menunjukkan gangguan
Ulkus ini terjadi karena iskemia
aliran darah akibat penyakit
jaringan setempat akibat
tekanan, tetapi aliran darah pada pembuluh darah (
dan pembuluh-pembuluh arterisklerotik) ikut
darah sebenarnya baik. perperan untuk terjadinya
dekubitus disamping faktor
Tipe terminal tekanan. Dengan
 Terjadi pada klien yang akan perawatan, ulkus ini
meninggal dunia dan tidak diharapkan sembuh dalam
akan sembuh. 16 minggu.
Etiologi....
 Primer : Iskemia, tekanan intra okuler dan
suprakapiler, dan dilatasi pembuluh darah.
 Sekunder : Gangguan saraf vasomotorik,

sensorik dan motorik, malnutrisi, anemia,


demam, infeksi, hygine yg buruk, kemunduran
mental dan penurunan kesadaran.
Faktor resiko
 a. Faktor Ekstrinsik
1.       Tekanan : kulit dan jaringan dibawahnya tertekan
antara tulang dengan permukaan keras lainnya, seperti tempat
tidur dan meja operasi. Tekanan ringan dalam waktu yang
lama sama bahayanya dengan tekanan besar dalam waktu
singkat. Terjadi gangguan mikrosirkulasi lokal kemudian
menyebabkan hipoksi dan nekrosis. tekanan antar muka
( interface pressure). Tekanan antar muka adalah kekuatan per
unit area antara tubuh dengan permukaan matras. Apabila
tekanan antar muka lebih besar daripada tekanan kapiler rata
rata, maka pembuluh darah kapiler akan mudah kolap, daerah
tersebut menjadi lebih mudah untuk terjadinya iskemia dan
nekrotik. Tekanan kapiler rata rata adalah sekitar 32 mmHg.
Next.................
2.       Gesekan dan pergeseran : gesekan berulang akan menyebabkan
abrasi sehingga integritas jaringan rusak. Kulit mengalami regangan,
lapisan kulit bergeser terjadi gangguan mikrosirkulasi lokal.
Perubahan posisi yang kurang, posisi yang tidak tepat
3.       Kelembaban : akan menyebabkan maserasi, biasanya akibat
inkontinensia, drain dan keringat. Jaringan yang mengalami
maserasi akan mudah mengalami erosi. Selain itu kelembapan juga
mengakibatkan kulit mudah terkena pergesekan (friction) dan
perobekan jaringan (shear). Inkontinensia alvi lebih signifikan
dalam perkembangan luka tekan daripada inkontinensia urin karena
adanya bakteri dan enzim pada feses dapat merusak permukaan
kulit.
4.       Kebersihan tempat tidur, alat-alat tenun yang kusut dan kotor,
atau peralatan medik yang menyebabkan klien terfiksasi pada suatu
sikap tertentu juga memudahkan terjadinya dekubitus.
5.       Mobilitas dan aktivitas : Mobilitas adalah
kemampuan untuk mengubah dan mengontrol posisi
tubuh, sedangkan aktivitas adalah kemampuan untuk
berpindah. Pasien yang berbaring terus menerus
ditempat tidur tanpa mampu untuk merubah posisi
beresiko tinggi untuk terkena luka tekan. Orang-orang
yang tidak dapat bergerak (misalnya lumpuh, sangat
lemah, dipasung). Imobilitas adalah faktor yang paling
signifikan dalam kejadian luka tekan.
b. Fase Intrinsik
1.      Usia :  pada usia lanjut akan terjadi penurunan elastisitas
dan vaskularisasi. Pasien yang sudah tua memiliki resiko yang
tinggi untuk terkena luka tekan karena kulit dan jaringan akan
berubah seiring dengan penuaan. Penuaan mengakibatkan
kehilangan otot, penurunan kadar serum albumin, penurunan
respon inflamatori, penurunan  elastisitas kulit, serta
penurunan kohesi antara epidermis dan dermis. Perubahan ini
berkombinasi dengan faktor penuaan lain akan membuat kulit
menjadi berkurang toleransinya terhadap tekanan, pergesekan,
dan tenaga yang merobek.  Selain itu, akibat dari penuaan 
adalah berkurangnya jaringan lemak subkutan, berkurangnya
jaringan kolagen dan elastin. menurunnya efesiensi kolateral
kapiler pada kulit sehingga kulit menjadi lebih tipis dan rapuh.
2.      Penurunan sensori persepsi : Pasien dengan
penurunan sensori persepsi akan mengalami penurunan
untuk merasakan sensari nyeri akibat tekanan diatas
tulang yang menonjol. Bila ini terjadi dalam durasi yang
lama, pasien akan mudah terkena luka tekan. karena nyeri
merupakan suatu tanda yang secara normal mendorong
seseorang untuk bergerak. Kerusakan saraf (misalnya
akibat cedera, stroke, diabetes) dan koma bisa
menyebabkan berkurangnya kemampuan untuk
merasakan nyeri.
3.      Penurunan kesadaran : gangguan neurologis, trauma,
analgetik narkotik.
4.      Malnutrisi : Orang-orang yang mengalami kekurangan
gizi (malnutrisi) tidak memiliki lapisan lemak sebagai
pelindung dan kulitnya tidak mengalami pemulihan sempurna
karena kekurangan zat-zat gizi yang penting.
Karena itu klien malnutrisi juga memiliki resiko tinggi
menderita ulkus dekubitus. Selain itu, malnutrisi dapat
gangguan penyembuhan luka. Biasanya berhubungan dengan
hipoalbumin. Hipoalbuminemia, kehilangan berat badan, dan
malnutrisi umumnya diidentifikasi sebagai faktor predisposisi
untuk terjadinya luka tekan. Menurut penelitian Guenter
(2000) stadium tiga dan empat dari luka tekan pada orang tua
berhubungan dengan penurunan berat badan, rendahnya
kadar albumin, dan intake makanan yang tidak mencukupi.
6.       Merokok : Nikotin yang terdapat pada rokok
dapat menurunkan aliran darah dan memiliki efek
toksik terhadap endotelium pembuluh darah. Menurut
hasil penelitian Suriadi (2002) ada hubungaan yang
signifikan antara merokok dengan perkembangan
terhadap luka tekan.
7.       Temperatur kulit : Menurut hasil penelitian
Sugama (1992) peningkatan temperatur merupakan
faktor yang signifikan dengan resiko terjadinya luka
tekan.
8. Kemampuan sistem kardiovaskuler menurun,
sehingga perfusi kulit menurun secara progresif.
9. Anemia
11. Penyakit-penyakit yang merusak pembuluh darah
juga mempermudah terkena dekubitus dan
memperburuk dekubitus.
12. Sejumlah penyakit yang menimbulkan seperti DM
yang menunjukkan insufisiensi kardiovaskuler perifer
dan penurunan fungsi kardiovaskuler seperti pada
sistem pernapasan menyebabkan tingkat oksigenasi
darah pada kulit menurun.
13. Hipoalbuminemia yang mempermudah terjadinya
dekubitus dan memperjelek penyembuhan dekubitus,
sebaliknya bila ada dekubitus akan menyebabkan
kadar albumin darah menurun
14. Keadaan hidrasi/cairan tubuh perlu dinilai dengan
cermat.
Patofisiologi Terjadinya Ulkus Dekubitus
 Tekanan daerah pada kapiler berkisar antara 16 mmHg-33
mmHg. Kulit akan tetap utuh karena sirkulasi darah terjaga, bila
tekanan padanya masih berkisar pada batas-batas tersebut.
Tetapi sebagai contoh bila seorang klien immobil/terpancang
pada tempat tidurnya secara pasif dan berbaring diatas kasur
busa maka tekanan daerah sakrum akan mencapai 60-70
mmHg dan daerah tumit mencapai 30-45 mmHg.
 Tekanan akan menimbulkan daerah iskemik dan bila berlanjut
terjadi nekrosis jaringan kulit. Percobaan pada binatang
didapatkan bahwa sumbatan total pada kapiler masih bersifat
reversibel bila kurang dari 2 jam. Seorang yang terpaksa
berbaring berminggu-minggu tidak akan mengalami dekubitus
selama dapat mengganti posisi beberapa kali perjamnya.
Selain faktor tekanan, ada beberapa faktor mekanik
tambahan yang dapat memudahkan terjadinya
dekubitus;
 Faktor teregangnya kulit misalnya gerakan meluncur
ke bawah pada klien dengan posisi setengah
berbaring
 Faktor terlipatnya kulit akibat gesekan badan yang

sangat kurus dengan alas tempat tidur, sehingga


seakan-akan kulit “tertinggal” dari area tubuh
lainnya.
ASESMENT DEKUBITUS
… Juni 2017
ANAMNESIS
 UMUM
◦ Nama : ibu NN
◦ Umur : 57 tahun
◦ Jenis kelamin : wanita
◦ Pekerjaan : -
◦ Hobi : Membaca
◦ Alamat : Jln Anggrek
KHUSUS
 Keluhan utama  nyeri pada kulit kaki sebelah kiri
 Sejak kapan  seminggu yang lalu
 Apakah pasien pernah mengalami immobilisasi yang
lama  ya, 2 minggu yang lalu bedrest di RS
 Bagaimana pola aktivitas sebelumnya  Ditempat
tidur terus
 Apakah sebelumnya pasien selalu berada di kursi
roda: Ya
 Apa ibu menderita DM? ya
INSPEKSI
 Lihat saat pasien berjalan.
Pola jalannya tidak
normal
 Agak pincang
 Wajah meringis

 Kemungkinan masalah
pada ankle

STATIS DINAMIS
CONTOH KASUS :
 Bapak S, usia 75 tahun dirawat di Ruang Perawatan Saraf dengan keluhan utama
kelumpuhan pada kedua ekstremitas atas dan bawah. Menurut anak Bapak S yang
sedang menunggu di ruangan tersebut, mengatakan bahwa ayahnya telah
menderita sakit seperti ini selama 3 bulan. Sebelumnya pernah dirawat di rumah
sakit lain selama 2 minggu karena penurunan kesadaran. Setelah pulih
kesadarannya, Bapak S diperbolehkan pulang walaupun masih mengalami
kelumpuhan. Selama di rumah, Bapak S hanya berbaring di tempat tidur dan
dirawat oleh keluarganya. Pasien hanya bisa berubah posisi bila dibantu oleh
anggota keluarganya. Sehari yang lalu, saat dimandikan, anaknya menemukan ada
borok di area bokong yang sudah membesar dan Bapak S pun dibawa ke RS untuk
mendapatkan perawatan. Ketika dilakukan pemeriksaan oleh perawat, ditemukan
data: luka ulcer berbentuk seperti kawah, lapisan kulit terkikis sampai jaringan
lemak, warna hitam berbaur jaringan mati, ukuran 10x15x3 cm, di sekitar luka
kulit berwarna pucat, bau khas, pasien tidak merasa sakit waktu ditekan lukanya,
TD 140/30 mmHg, N 60x/menit, RR 18x/menit, S 37,2oC. Anak Bapak S
menyampaikan bahwa ayahnya sulit makan, dan porsi makan yang dihabiskan
hanya 2-3 sendok setiap makan itu pun hanya bubur tanpa sayur dan ikan, pasien
juga minum hanya 5 gelas per hari.
INTERVENSI DEKUBITUS
Meningkatkan status
kesehatan penderita dan
mengurangi/memeratakan
faktor tekanan yang
mengganggu aliran darah
PRINSIP PERAWATAN LUKA
 LUKA KERING (tidak mengeluarkan cairan) dibersihkan
dengan teknik swabbing, yaitu ditekan dan digosok pelan-pelan
menggunakan kasa steril atau kain bersih yang dibasahi dengan
air steril atau NaCl 0,9 %.

 LUKA BASAH dan mudah berdarah dibersihkan dengan


teknik irigasi, yaitu disemprot lembut dengan air steril (kalau
tidak ada bisa diganti air matang) atau NaCl 0,9 %. Jika
memungkinkan bisa direndam selama 10 menit dalam larutan
Kalium Permanganat (PK) 1:10.000 (1 gram bubuk PK dilarutkan
dalam 10 liter air), atau dikompres larutan kalium permanganat
1:10.000 atau rivanol 1:1000 menggunakan kain kasa.
Meningkatkan
status
kesehatan
penderita
UMUM ; Memperbaiki dan menjaga keadaan
umum penderita, misalnya nutirisi dan hidarasi
yang cukup, vitamin (vitamin C) dan mineral
(Zn) ditambahkan.

KHUSUS ; coba mengatasi/mengoabati


penyakit-penyakit yang ada pada penderita,
misalnya DM.
Mengurangi/
memeratakan faktor
tekanan yang
mengganggu aliran
darah
a. Alih posisi/alih baring/tidur selang seling,
paling lama tiap 2 jam.

b. Kasur khusus untuk lebih membagi rata tekan


yang terjadi pada tubuh penderita.
c. Regangan kulit dan lipatan kulit yang menyebabkan
sirkulasi darah setempat terganggu, dapat dikurangi
antara lain;

• Menjaga posisi penderita, apakah ditidurkan rata


pada tempat tidurnya, atau sudah memungkinakan
untuk duduk di kursi

• Bantuan balok penyangga kedua kaki, bantal-bantal


kecil untuk menahan tubuh penderita
d. Pemberian electrical stimulation
woundEL®-therapy atau electrical stimulation
merupakan alat terapi stimulasi.

Terdiri atas :
- Electrode yang dibalut
- Electrode yang dicelupkan

Elektrode yang kontak dengan luka adalah electrode


yang dibalut dengan balutan steril lapisan medical
grade hydrogel yang tidak hanya melembabkan luka,
tetapi juga mengabsorbsi cairan luka yang berlebihan.
Referensi
 Ansharphysio.blogspot.com
 Catherine, Kenda. Pathology Implications for The

Physical Theapist. Saunders Elsevier.


Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai