Anda di halaman 1dari 21

KELOMPOK 12

1. AKMAL SYAM SYAM SYAM SYAM


1. AKMAL
2. AIRIN MUSLIMAH
2. AIRIN MUSLIMAH
3. INTAN DIENIAH
3. INTAN DIENIAH
“Teori pemerolehan bahasa”
Teori pemerolehan bahasa

pemerolehan bahasa (language acquisition)


adalah proses-proses yang berlaku di
dalam otak seorang anak ketika
memperoleh bahasa ibunya.
Pemerolehan bahasa dibagi menjadi
dua, yaitu:
1. bahasa pertama ( first laguage acquisition) yang
biasa disebut dengan bahasa ibu atau B1.
2. pemerolehan bahasa kedua (second laguage
acquisition) yaitu kajian tentang bagaimana
pembelajar mempelajari sebuah bahasa lain setelah
dia memperoleh bahasa ibunya.

Sumber: Arifudin, Neuro Psikolinguistik, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2010


Teori pemerolehan bahasa
pertama
Secara empiris, tedapat pula dua teori utama
tentang bagaimana manusia memperoleh
bahasa pertamanya yang diperbincangkan
dikalangan para peneliti, yaitu:
a. Teori pertama, menyebutkan bahwa manusia
memeperoleh bahasanya secara alami (Nativist
Theory).
b.Teori kedua, menyatakan bahwa manusia
memperoleh bahasa melalaui proses
mempelajari (Learning Theory).
Nativist Theory
teori yang menyebutkan bahwa manusia
mmemperoleh bahasa secara alamiteori ini
kemudian dikenal dengan hipotesis nurani
yang dipelopri oleh Leneberg dan Chomsky.
Berikut hasil penelitan dari kedua pelopor
(Leneberg dan Chomsky ), yaitu:
a. Semua anak normal akan memperoleh bahasa ibunya
asalkan dia dikenalkan dengan bahasa itu.
b. Pemerolehan bahasa tidak ada hubungannya dengan
kecerdasan.
c. Kalimat yang digunakan anak cenderung tanpa
menggunakan gramatikal, tidak lengkap dan jumlahnya
sedikit.
d. Hanya manusia yang bisa berbahasa.
e. Perkembangan bahasa anak sejalan dengan perkembangan
lain.
f. Struktur bahsa sangat rumit, kompleks dan istimewa.
Teori chomsky ini menegaskan bahwa bahasa
merupakan warisan, manusia sejak lahir sudah
dibekali genetik untuk berbahasa. Maka hipotesis
naluri berbahsa merupakan suatu asumsi yang
menyatakan bahwa sebagian atau semua bagian
bahasa tidaklah diperoleh atau dipelajari, akan
tetapi ditentukan oleh fitur-fitur nurani yang
khusus dari organisme manusia. Hipotesis ini
menekankan bahwa adanya suatu benda yang
dibawa manusia sejak lahir yaitu Laguage
Acquisition Device (LAD).
Learning teory
Teori yang menyatakan bahwa pemerolehan
bahasa melalui proses mempelajari.
Teori ini lahir dari pakar psikologi dari Harvard
B.f Skiner . Skiner adalah seorang toko
behaviorisme yang menyatakan bahwa bahasa
adalah perilaku verbal. Behaviorisme adalah
aliran psikologi yang mempelajari tentang
perilaku yang nyata yang bisa diukur secara
objektif.
Blomfeed dalam bukunya “ laguage” dalam
parera (1986: 80) menerapkan pikiran pikiran
pokok behaviorisme dalam analis bahasa sebagai
berikut:

a. Bahasa adalah bentuk dari tingkah laku fisik.


b. Orang harus bisa membedakan antara sesuatu yang
mendahului bahasa, bahasa dan peristiwa yang mengikuti
bahasa.
c. Sebagai respon pengganti.
d. Sebgai stimulus pengganti.
Skinner, mengatakan bahwa berbahasa haruslah
ditanggapi sebagai satu respon berkondisi terhadap
stimulus-stimulus tersembunyi baik yang internal
atau eksternal. Hal ini bisa dijelaskan bahwa semua
pengetahuan bahasa yang dimiliki oleh manusia yang
tampak dalam perilaku berbahasa merupakan hasil
integrasi dari peristiwa linguistik yang dialami dan
diamati oleh manusia. Dalam teori ini dinyatakan
bahwa perilaku berbahasa seseorang dibentuk oleh
serentetan peristiwa beragam yang muncul dari
sekitar orang itu.
Sebagai penjelasan lebih lanjut dari teori ini bisa
digambarkan tentang bagaimana seorang bayi
mulai berbahasa. Pada tahapan ketika anak
memperoleh sistem-sistem bunyi bahasa ibunya,
semula dia mengucapkan sistem bunyi yang ada
disemua bahasa yang ada didunia ini. Akan tetapi
karena lingkungan telah memberikan contoh terus
menerus terhadap sistem bunyi yang ada pada
bahasa ibunya, dan dimotivasi terus untuk
menirukan sistem bahasa ibunya, maka yang
akhirnya dikuasai adalah sistem bahasa ibunya.
Teori pemerolehan bahasa kedua
Bahasa kedua dapat didefinisikan berdasarkan urutan,
yakni bahasa yang diperoleh atau dipelajari setelah anak
menguasai bahasa pertama (B1) atau bahasa ibu.
Pemerolehan bahasa, sebagaimana pembelajaran
bahasa, pun dapat dilihat dari beberapa teori, yakni teori
akulturasi, teori akomodasi, teori wacana, teori monitor,
teori kompetensi teori hipotesis universal, dan teori
neurofungsional.
Teori Akulturasi
Akulturasi adalah proses penyesuaian diri terhadap kebudayaan yang baru (Brown, 1987:129).
Teori ini memandang bahasa sebagai ekspresi budaya yang paling nyata dan dapat diamati dan
bahwa proses pemerolehan baru akan terlihat dari cara saling memandang antara masyarakat B1
dan masyarakat B2.
Walaupun mungkin tidak begitu tepat, teori ini dapat dipergunakan untuk menjelaskan bahwa
proses pemerolehan B2 telah dimulai ketika anak mulai dapat menyesuaikan dirinya terhadap
kebudayaan B2, seperti penggunakan kata sapaan, nada suara, pilihan kata, dan aturan-aturan yang
lain.
Dalam teori ini, jarak sosial dan jarak psikologis anak sangat menentukan keberhasilan
pemerolehan. Beradaptasi dari teori Schumann, akulturasi akan berada pada situasi yang baik, jika :
(1) Anak berada pada masyarkat tutur yang memiliki tingkat sosial sama;
(2) Anak didorong untuk berakulturasi dengan budaya bahasa Jawa Krama;
(3) Budaya B1 tidak terlalu mendominasi
(4) Masyarakat tutur B1 dan B2 saling memiliki sikap positif (Bahasa Indonesia demokratis dan
bahasa Jawa Krama sopan)
Adapun faktor psikologis yang harus dijaga adalah :
(1) anak tidak mengalami goncangan bahasa, seperti ragu-ragu atau bingung;
(2) anak tidak mengalami kemunduran motivasi;
Teori Akomodasi
Teori memandang B1 dan B2 (Indonesia dan Jawa Krama), misalnya, sebagai dua kelompok
yang berbeda. Teori ini berusaha menjelaskan bahwa hubungan antara dua kelompok itu dinamis.
Oleh karena itu, dengan beranalogi pada tesis Ball dan Giles (1982) pemerolehan bhasa Jawa
Krama akan berhasil jika :
(1) anak didorong untuk beranggapan dan menyadari bahwa dirinya adalah bagian dari masyarakat
tutur bahasa Jawa;
(2) anak dapat menempatkan diri sesuai dengan bahasa yang digunakannya;
(3) anak tidak terlalu mengagung-agungkan B1nya;
(4) anak tidak terlalu memandang kelas sosial sehingga semua orang dapat dikenai bahasa Jawa
Krama, termasuk pembantu, “Mbak, nyuwun mimik, nggih?”
Dalam teori ini, motivasi memegang peran yang sangat penting. Dengan motivasi, pajanan
informal akan lebih diserap dan diperhatikan anak. Untuk itu, guru dan orang tua perlu berbicara
dalam bahasa Jawa Krama ketika bertemu, terutama apabila anak hadir di situ dan dilibatkan
dalam pembicaraan.
Teori Monitor
Teori dari Krashen (1977) ini memandang pemerolehan bahasa sebagai proses
konstruktif kreatif. Monitor adalah alat yang digunakan anak untuk menyunting
performansi (penampilan verbal) berbahasanya. Monitor ini bekerja menggunakan
kompetensi yang”dipelajari”.
Teori monitor memiliki lima hipotesis, yakni:
(1) hipotesis pemerolehan-pembelajaran (anak kecil cenderung ke pemerolehan)
(2) hipotesis urutan alamiah (B2 cenderung menekankan unsur struktur gramatika)
Pemerolehan struktur gramatika anak dapat diramalkan.
(3) Hipotesis monitor (anak cenderung menggunakan alat (monitor) untuk mengedit
kemampuan berbahasanya. Dengan monitor, anak memodifikasi ujaran dari
kompetensinya, seperti “seganipun wonten pundi, Bu?”. Proses memonitor terjadi
sebelum dan sesudah tuturan berlangsung. Pengoperasian monitor ditentukan oleh
kecukupan waktu, fokus bentuk-makna, pengetahuan kaidah.
(4) Hipotesis masukan (anak memperoleh bahasa bukan melalui pelatihan
melainkan dengan menjajagi makna, baru kemudian memperoleh struktur:
•masukan terjadi pada proses pemerolehan, bukan pembelajaran pemerolehan
terjadi apabila anak memperoleh masukan setingkat lebih tinggi daripada
struktur yang telah dimilikinya (i + 1)
•bila komunikasi berhasil, i + 1 tersaji secara otomatis kemampuan
memproduksi muncul secara langsung, tidak melalui diajarkan.
(5) Hipotesis saringan afektif (sikap memegang peran penting). Saringan akan
terbuka jika anak punya sikap yang benar dan guru berhasil menciptakan
atmosfir kelas yang bebas dari perasaan cemas.
Teori Fungsional

Pemerolehan bahasa berkaitan erat dengan sistem syaraf,


terutama area Broca (area ekspresif verbal) dan Wernicke (area
komprehensi). Meskipun demikian, area asosiasi, visualisasi, dan
nada tuturan juga berperan. Dengan demikian, pemerolehan
bahasa sebenarnya juga melibatkan otak kanak dan kiri.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai