1. AKMAL 2. AIRIN MUSLIMAH 2. AIRIN MUSLIMAH 3. INTAN DIENIAH 3. INTAN DIENIAH “Teori pemerolehan bahasa” Teori pemerolehan bahasa
pemerolehan bahasa (language acquisition)
adalah proses-proses yang berlaku di dalam otak seorang anak ketika memperoleh bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa dibagi menjadi dua, yaitu: 1. bahasa pertama ( first laguage acquisition) yang biasa disebut dengan bahasa ibu atau B1. 2. pemerolehan bahasa kedua (second laguage acquisition) yaitu kajian tentang bagaimana pembelajar mempelajari sebuah bahasa lain setelah dia memperoleh bahasa ibunya.
Sumber: Arifudin, Neuro Psikolinguistik, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2010
Teori pemerolehan bahasa pertama Secara empiris, tedapat pula dua teori utama tentang bagaimana manusia memperoleh bahasa pertamanya yang diperbincangkan dikalangan para peneliti, yaitu: a. Teori pertama, menyebutkan bahwa manusia memeperoleh bahasanya secara alami (Nativist Theory). b.Teori kedua, menyatakan bahwa manusia memperoleh bahasa melalaui proses mempelajari (Learning Theory). Nativist Theory teori yang menyebutkan bahwa manusia mmemperoleh bahasa secara alamiteori ini kemudian dikenal dengan hipotesis nurani yang dipelopri oleh Leneberg dan Chomsky. Berikut hasil penelitan dari kedua pelopor (Leneberg dan Chomsky ), yaitu: a. Semua anak normal akan memperoleh bahasa ibunya asalkan dia dikenalkan dengan bahasa itu. b. Pemerolehan bahasa tidak ada hubungannya dengan kecerdasan. c. Kalimat yang digunakan anak cenderung tanpa menggunakan gramatikal, tidak lengkap dan jumlahnya sedikit. d. Hanya manusia yang bisa berbahasa. e. Perkembangan bahasa anak sejalan dengan perkembangan lain. f. Struktur bahsa sangat rumit, kompleks dan istimewa. Teori chomsky ini menegaskan bahwa bahasa merupakan warisan, manusia sejak lahir sudah dibekali genetik untuk berbahasa. Maka hipotesis naluri berbahsa merupakan suatu asumsi yang menyatakan bahwa sebagian atau semua bagian bahasa tidaklah diperoleh atau dipelajari, akan tetapi ditentukan oleh fitur-fitur nurani yang khusus dari organisme manusia. Hipotesis ini menekankan bahwa adanya suatu benda yang dibawa manusia sejak lahir yaitu Laguage Acquisition Device (LAD). Learning teory Teori yang menyatakan bahwa pemerolehan bahasa melalui proses mempelajari. Teori ini lahir dari pakar psikologi dari Harvard B.f Skiner . Skiner adalah seorang toko behaviorisme yang menyatakan bahwa bahasa adalah perilaku verbal. Behaviorisme adalah aliran psikologi yang mempelajari tentang perilaku yang nyata yang bisa diukur secara objektif. Blomfeed dalam bukunya “ laguage” dalam parera (1986: 80) menerapkan pikiran pikiran pokok behaviorisme dalam analis bahasa sebagai berikut:
a. Bahasa adalah bentuk dari tingkah laku fisik.
b. Orang harus bisa membedakan antara sesuatu yang mendahului bahasa, bahasa dan peristiwa yang mengikuti bahasa. c. Sebagai respon pengganti. d. Sebgai stimulus pengganti. Skinner, mengatakan bahwa berbahasa haruslah ditanggapi sebagai satu respon berkondisi terhadap stimulus-stimulus tersembunyi baik yang internal atau eksternal. Hal ini bisa dijelaskan bahwa semua pengetahuan bahasa yang dimiliki oleh manusia yang tampak dalam perilaku berbahasa merupakan hasil integrasi dari peristiwa linguistik yang dialami dan diamati oleh manusia. Dalam teori ini dinyatakan bahwa perilaku berbahasa seseorang dibentuk oleh serentetan peristiwa beragam yang muncul dari sekitar orang itu. Sebagai penjelasan lebih lanjut dari teori ini bisa digambarkan tentang bagaimana seorang bayi mulai berbahasa. Pada tahapan ketika anak memperoleh sistem-sistem bunyi bahasa ibunya, semula dia mengucapkan sistem bunyi yang ada disemua bahasa yang ada didunia ini. Akan tetapi karena lingkungan telah memberikan contoh terus menerus terhadap sistem bunyi yang ada pada bahasa ibunya, dan dimotivasi terus untuk menirukan sistem bahasa ibunya, maka yang akhirnya dikuasai adalah sistem bahasa ibunya. Teori pemerolehan bahasa kedua Bahasa kedua dapat didefinisikan berdasarkan urutan, yakni bahasa yang diperoleh atau dipelajari setelah anak menguasai bahasa pertama (B1) atau bahasa ibu. Pemerolehan bahasa, sebagaimana pembelajaran bahasa, pun dapat dilihat dari beberapa teori, yakni teori akulturasi, teori akomodasi, teori wacana, teori monitor, teori kompetensi teori hipotesis universal, dan teori neurofungsional. Teori Akulturasi Akulturasi adalah proses penyesuaian diri terhadap kebudayaan yang baru (Brown, 1987:129). Teori ini memandang bahasa sebagai ekspresi budaya yang paling nyata dan dapat diamati dan bahwa proses pemerolehan baru akan terlihat dari cara saling memandang antara masyarakat B1 dan masyarakat B2. Walaupun mungkin tidak begitu tepat, teori ini dapat dipergunakan untuk menjelaskan bahwa proses pemerolehan B2 telah dimulai ketika anak mulai dapat menyesuaikan dirinya terhadap kebudayaan B2, seperti penggunakan kata sapaan, nada suara, pilihan kata, dan aturan-aturan yang lain. Dalam teori ini, jarak sosial dan jarak psikologis anak sangat menentukan keberhasilan pemerolehan. Beradaptasi dari teori Schumann, akulturasi akan berada pada situasi yang baik, jika : (1) Anak berada pada masyarkat tutur yang memiliki tingkat sosial sama; (2) Anak didorong untuk berakulturasi dengan budaya bahasa Jawa Krama; (3) Budaya B1 tidak terlalu mendominasi (4) Masyarakat tutur B1 dan B2 saling memiliki sikap positif (Bahasa Indonesia demokratis dan bahasa Jawa Krama sopan) Adapun faktor psikologis yang harus dijaga adalah : (1) anak tidak mengalami goncangan bahasa, seperti ragu-ragu atau bingung; (2) anak tidak mengalami kemunduran motivasi; Teori Akomodasi Teori memandang B1 dan B2 (Indonesia dan Jawa Krama), misalnya, sebagai dua kelompok yang berbeda. Teori ini berusaha menjelaskan bahwa hubungan antara dua kelompok itu dinamis. Oleh karena itu, dengan beranalogi pada tesis Ball dan Giles (1982) pemerolehan bhasa Jawa Krama akan berhasil jika : (1) anak didorong untuk beranggapan dan menyadari bahwa dirinya adalah bagian dari masyarakat tutur bahasa Jawa; (2) anak dapat menempatkan diri sesuai dengan bahasa yang digunakannya; (3) anak tidak terlalu mengagung-agungkan B1nya; (4) anak tidak terlalu memandang kelas sosial sehingga semua orang dapat dikenai bahasa Jawa Krama, termasuk pembantu, “Mbak, nyuwun mimik, nggih?” Dalam teori ini, motivasi memegang peran yang sangat penting. Dengan motivasi, pajanan informal akan lebih diserap dan diperhatikan anak. Untuk itu, guru dan orang tua perlu berbicara dalam bahasa Jawa Krama ketika bertemu, terutama apabila anak hadir di situ dan dilibatkan dalam pembicaraan. Teori Monitor Teori dari Krashen (1977) ini memandang pemerolehan bahasa sebagai proses konstruktif kreatif. Monitor adalah alat yang digunakan anak untuk menyunting performansi (penampilan verbal) berbahasanya. Monitor ini bekerja menggunakan kompetensi yang”dipelajari”. Teori monitor memiliki lima hipotesis, yakni: (1) hipotesis pemerolehan-pembelajaran (anak kecil cenderung ke pemerolehan) (2) hipotesis urutan alamiah (B2 cenderung menekankan unsur struktur gramatika) Pemerolehan struktur gramatika anak dapat diramalkan. (3) Hipotesis monitor (anak cenderung menggunakan alat (monitor) untuk mengedit kemampuan berbahasanya. Dengan monitor, anak memodifikasi ujaran dari kompetensinya, seperti “seganipun wonten pundi, Bu?”. Proses memonitor terjadi sebelum dan sesudah tuturan berlangsung. Pengoperasian monitor ditentukan oleh kecukupan waktu, fokus bentuk-makna, pengetahuan kaidah. (4) Hipotesis masukan (anak memperoleh bahasa bukan melalui pelatihan melainkan dengan menjajagi makna, baru kemudian memperoleh struktur: •masukan terjadi pada proses pemerolehan, bukan pembelajaran pemerolehan terjadi apabila anak memperoleh masukan setingkat lebih tinggi daripada struktur yang telah dimilikinya (i + 1) •bila komunikasi berhasil, i + 1 tersaji secara otomatis kemampuan memproduksi muncul secara langsung, tidak melalui diajarkan. (5) Hipotesis saringan afektif (sikap memegang peran penting). Saringan akan terbuka jika anak punya sikap yang benar dan guru berhasil menciptakan atmosfir kelas yang bebas dari perasaan cemas. Teori Fungsional
Pemerolehan bahasa berkaitan erat dengan sistem syaraf,
terutama area Broca (area ekspresif verbal) dan Wernicke (area komprehensi). Meskipun demikian, area asosiasi, visualisasi, dan nada tuturan juga berperan. Dengan demikian, pemerolehan bahasa sebenarnya juga melibatkan otak kanak dan kiri. Terimakasih