Anda di halaman 1dari 24

Anggota kelompok

1. Josua 18310183p
2. Nadia Paramita 18310184p
3. Rizky Akbar 18310185p
4. Nur Maulida Kesoema 18310115
5. Nuraini Padmasari 18310116
6. Nyoman fernanda 18310117
7. Panji Setyawan 18310118
8. Paquita Balqis NF 18310119
9. Puguh wb 18310120
10. Puji Lestari 18310121
11. Putri Permata Citra 18310122
12. Qonita lutfia 18310123
13. Radimas Lingga Yuwaka 18310124
Anggota kelompok
1. Josua 18310183P
2. Nadira Paramita 18310184P
3. Rizky Akbar 18310185P
4. Nur Maulida Kesoema 18310115
5. Nuraini Padmasari 18310116
6. Nyoman fernanda 18310117
7. Panji Setyawan 18310118
8. Paquita Balqis NF 18310119
9. Puguh wb 18310120
10.Puji Lestari 18310121
11.Putri Permata Citra 18310122
12.Qonita lutfia 18310123
13.Radimas Lingga Yuwaka 18310124
KASUS 1
Tn X, umur 60 tahun, datang ke RSBAH dengan keluhan tidak bisa
kencing sejak satu hari yang Ialu. Riwayat sebelumnya sejak satu tahun
terakhir ini susah kencing,kencing harus mengejan, sering kencing
malam, tiap kali kencing pancarannya sangat lemah kadang hanya
menetes dan tidak tuntas. Pasien merupakan perokok berat
Keyword
1. Tuan X 60th
2. tidak bisa kencing sejak 1 hari yg lalu
3. sejak 1 tahun terakhir susah kencing
4. kencing harus mengejan,sering kencing malam,pancarannya lemah
5. perokok berat
Problem
• Tuan X 60 tahun tidak bisa kencing sejak 1 hari yang lalu.
DD
• BPH
• Batu kandung kemih
• Ca kandung kemih
• Batu uretra
• ISK
• Prostatitis
• Nefrotialitis
Hipotesa
• Tn x 60 Tahun datang ke RSPBAH dengan keluhan tidak bisa kencing
sejak 1 hari yang lalu dikarenakan BPH ( Benign Prostatic Hyperplasia)
1. Definisi
• Hipertrofi Prostat Benigna (HPB) adalah kelainan histologis yang khas
ditandai dengan proliferasi sel-sel prostat.
• Akumulasi sel-sel dan pembesaran kelenjar merupakan hasil dari
proliferasi sel epitel dan stroma prostat.
• Proses umur yang normal pada laki-laki dan secara hormonal
tergantung dari produksi hormone testosteron dan dehidrotestosteron.
• Diperkirakan 50% laki-laki menunjukan histopatologi BPH dalam
umur 60 tahun dan jumlahnya meningkat menjadi 90% pada umur 80
tahun.
• Istilah lain dari HPB adalah
• Pembesaran/pertumbuhan kelenjar prostat yang menyebabkan sumbatan pada
uretra
• Menyebabkan terjadinya gejala pada traktus urinarius bawah,infeksi saluran
kemih (ISK),hematuria,atau membahayakan fungsi traktus urinarius bagian
atas.
Sumber : chasani, S. eds., 2014. Ilmu penyakit dalam. Interna publishing
• HPB juga di definisikan sebagai pertumbuhan histologik kelenjar
prostat jinak (non malignan).
• Secara umum istilah HPB di gunakan apabila
• Terdapat indikasi pembesaran prostat
• Seseorang yang mempunyai gejala gangguan berkemih yang di yakini karena
adanya sumbatan kelenjar prostat pada kandung kemih.
2. Etiologi
• Faktor risiko terjadinya hyperplasia prostat masih kurang di ketahui.
• Beberapa studi mengatakan faktor genetik merupakan predisposisi
• Karena hampir 50% laki-laki umur 60 tahun yang mengalampi operasi
Hiperplasia Prostat Benigna ternyata telah mempunyai kecenderungan (secara
genetik) menderita hipertrofi prostat.
• Banyaknya testosteron yang bebas dan aktif pada aliran vena prostat
yang ekstrem tinggi akan meningkatkan proliferasi sel prostat dan
menyebabkan pembesaran kelenjar prostat.
• Hiperplasia prostat dianggap akibat dari malfungsi katup vena
spermatika interna akibat varikokel.
3. Gejala Klinis

• Frequent or urgent need to urinate (sering BAK)


• Increased frequency of urination at night (nocturia)
• Difficulty starting urination (sulit mulai BAK)
• Weak urine stream or a stream that stops and starts (pancaran tidak kuat)
• Inability to completely empty the bladder (setelah BAK kandung kemih
masih terasa penuh)
• Less common signs and symptoms include:
• Urinary tract infection (infeksi sal. Kemih)
• Inability to urinate ( tidak bisa BAK)
• Blood in the urine ( darah dalam urine)
Sumber : Prostate enlargement (Benign prostatic hyperplasia). National
Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases.
4. Faktor Resiko
• Berusia diatas 60 tahun
• Memiliki berat badan berlebih
• Menderita penyakit jantung dan diabetes
• Kurang berolahraga
• Rutin mengonsumsi obat hipertansi

Sumber : epints.undip.ac.id (faktor-factor resiko terjadinya pembesaran prostat jinak)


5.Patofisiologi BPH
• Patofisiologi Benign Prostatic Hyperplasia(BPH)Terjadi pada zona transisi
prostat,dimana sel stroma dan sel epitel berinteraksi,sel sel ini
pertumbuhannya dipengaruhi oleh hormone seks dan respon sitokin,didalam
prostat,testosterone diubah menjadi dihidrostestosteron (DHT),DHT
merupakan androgen dianggap sebagai mediator utama munculnya BPH
ini.Pada penderita ini hormone DHT sangat tinggi dalam jaringan
prostat.Sitokin berpengaruh pada pembesaran prostat dengan memicu
respon inflamasi dengan menginduksi epitel.Prostat membesar karena
hyperplasia sehingga terjadi penyempitan uretra yang mengakibatkan aliran
urin melemah dan gejala obstruktif yaitu; hiperaktif kandung kemih,inflamasi.
• Sumber:eprints.umm.ac.id
6. Komplikasi BPH ?
• Rentensio urin akut • Gagal ginjal
• Infeksi saluran kemih • Hematuria
• Involusi kontraksi kandung kemih
• Refluks kandung kemih
• Hidroureter dan Hidronefrosis

• Sumber : BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA


(BPH) Vol.1 |No.2 | Juni 2019| Jurnal
Medical Profesional (MedPro)
7. Prognosis
• Prognosis pada benign prostatic hyperplasia umumnya baik. Pasien-pasien dengan lower urinary tract
symptoms (LUTS) berkepanjangan dapat berisiko mengalami glaukoma (10%) serta disfungsi ereksi dan
ejakulasi. Pilihan terapi yang tepat sesuai kondisi klinis pasien sangat penting dalam menentukan
progresifitas benign prostatic hyperplasia. Sebanyak 10% pasien dengan benign prostatic hyperplasia juga
dapat mengalami kekambuhan meskipun telah dilakukan reseksi prostat.

• Sumber: repository.ump.ac.id “Hiperplasia Prostat”


8.Penatalaksanaan BPH
• enzim 5-alpha reductase mengubah testosteron menjadi DHT. Enzim
ini  adalah target terapi obat penghambat reduktase 5-alpha yang
bertujuan untuk mengurangi ukuran prostat.Terapi medikamentosa
menggunakan obat alpha blocker ataupun 5 alpha reduktase inhibitor
dapat mengakibatkan disfungsi seksual pada pasien BPH baik
disfungsi ereksi, ejakulasi, ataupun penurunan libido.

Sumber : BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA (BPH) Vol.1 |No.2 | Juni


2019| Jurnal Medical Profesional (MedPro)
9. Pemeriksaan penunjang
• Laboratorium :
- Analisi urin dan pemeriksaan mikroskopik urin penting dilakukan untuk melihat adanya sel leukosit,
bakteri dan infeksi.
- Pemeriksaan faal ginjal, untuk mengetahui kemungkinan adanya penyulit yang menegenai saluran kemih
bagian atas.
- Pemeriksaan prostate specific antigen (PSA) dilakukan sebagai dasar penentuan perlunya biopsy atau
sebagai deteksi dini keganasan.

• Radiologi :
- Foto polos abdomen, untuk mengetahui kemungkinan adanya batu opak di saluran kemih, adanya
batu/kalkulosa prostat, dan adanya bayangan buli-buli yang penuh dengan urin sebagai tanda 27 adanya
retensi urin.
- Pemeriksaan Pielografi intravena ( IVP ), untuk mengetahui kemungkinan adanya kelainan pada ginjal
maupun ureter yang berupa hidroureter atau hidronefrosis.
- Pemeriksaan USG transektal, untuk mengetahui besar kelenjar prostat, memeriksa masa ginjal, menentukan
jumlah residual urine, menentukan volum buli-buli, mengukur sisa urin dan batu ginjal, divertikulum atau tumor
buli-buli, dan mencari kelainan yang mungkin ada dalam buli-buli. (Sumber : digilib.unimus.ac.id)
10. PENCEGAHAN
• Menurut penelitian, risiko terkena pembesaran prostat jinak (BPH)
dapat dicegah melalui konsumsi makanan yang kaya akan serat dan
protein, serta rendah lemak. Hindari juga konsumsi daging merah.
Makanan berserat tinggi antara lain kacang hijau, beras merah,
brokoli, gandum, kubis, lobak, bayam, apel dan gandung. Sedangkan,
makanan berprotein tinggi antara lain ikan, telur, kacang kedelai, dada
ayam, susu rendah lemak dan eju.

Sumber : http://repository.unair.ac.id/
Berikut ini dapat membantu mengurangi risiko pengembangan BPH:

•Pemeriksaan rutin: Menurut American Cancer Society, pria berusia di


atas 50 tahun harus menjalani pemeriksaan prostat tahunan untuk
deteksi dini dan pengobatan BPH.
• Pemeriksaan rektal digital (DRE) Pria berusia di atas 50 tahun harus
memiliki DRE setidaknya setahun sekali. Tes ini menguji ukuran dan
bentuk prostat, dan memeriksa nodul abnormal atau pembengkakan.
• Menjaga pola makan sehat dan menerapkan gaya hidup sehat

Sumber : http://repository.unair.ac.id/
11. Kompetensi Dokter Umum (SKDI)
• Tingkat Kemampuan 2 : mendiagnosis dan merujuk
• Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik terhadap penyakit
tersebut dan menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan
pasien selanjutnya. Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti
sesudah kembali dari rujukan.

• Sumber : Standar Kompetensi Dokter indonesia, Konsil Kedokteran


Indonesia Jakarta 2012
12. Epidemiologi Benign Prostatic
Hyperplasia (BPH)
• Menurut penelitian insiden terjadinya BPH erat kaitannya dengan usia. Prevalensi
histopatologis BPH meningkat 20% pada laki-laki beusia 41-50 tahun, 50% pada
laki-laki usia 51-60 tahun hingga lebih dari 90% pada laki-laki berusia diatas 80
tahun. Pada usia 55 tahun ± 25% laki-laki mengeluh gejala obstuksi pada saluran
kemih bagian bawah meningkat hingga usia 75 tahun dimana 50% laki-laki
mengeluh berkurangnya aliran pada saat bekemih (Cooperberg, 2010). Di
Indonesia, BPH merupakan penyakit tersering kedua setelah batu saluran kemih.
Di RSCM ditemukan 423 kasus BPH pada tahun 1994-1997 dan RS Sumber Waras
ditemukan sebanyak 617 kasus pada tahun yang sama.

• Sumber : eprints.umm.ac.id
13. Hubungan Perokok dengan Kasus BPH
• Rokok mengandung nikotin adalah zat, atau bahan senyawa pirolidine
yang terdapat dalam nikotiana tabacum atau sintetisnya yang bersifat
adiktif yang dapat mengakibatkan ketergantungan.Nikotin dan konitin
(produk pemecah nikotin) pada rokok meningkatkan aktifitas enzim
perusak androgen, sehingga menyebabkan penurunan kadar
testosteron.

• Sumber : ejurnalmalahayati.ac.id

Anda mungkin juga menyukai