Anda di halaman 1dari 94

CV

Nama: Dr. Ivo Devi Kristyani, Msi Med, SpB


Tempat, tgl lahir: Jember 23 Desember 1970
Lulus dokter Umum : FK Unissula 2000
Lulus bedah : UNDIP 2012
Bekerja :
 PTT : Puskesmas Karangrayung 1 Grobogan 2001 -2004
 RS permata bunda Purwodadi sampai 2014
 RS Roemani muhammadiyah Semarang RS Islam Sultan
Agung Semarang
Rawat luka
Ivo Devi K
Jika ada luka seperti ini…
apa tindakan kita?
Luka
Suatu kerusakan anatomi berupa diskontinuitas
jaringan yang disebabkan oleh trauma dari luar

Luka dibagi 2:
Luka terbuka
Luka tertutup

Petunjuk praktis Ilmu Bedah Plastik Rekonstruksi Edisi 1 2007


Luka terbuka
 kerusakan kulit
(epidermis dan
dermis)

Bersih / kotor
(kontaminasi/infeksi)
Kehilangan jaringan
kulit / tidak
Luka tertutup
 diskontinuitas
jaringan tanpa
kerusakan kulit
penutup di atasnya

Vitalitas kulit baik


Vitalitas kulit
diragukan
Penyembuhan luka

Suatu proses usaha untuk membetulkan kerusakan


yang terjadi agar dapat berfungsi kembali.

Petunjuk praktis Ilmu Bedah Plastik Rekonstruksi Edisi 1 2007


Fase penyembuhan luka secara alami:
Fase I: Lag, Substrat, Inflamasi
 Terjadi luka – H5
 Inflamasi, vasodilatasi dan akumulasi lekosit PMN
 Pertautan luka dengan fibrin

Fase II : Proliferasi, Fibroplasti, Regenerasi


 Sintesa kolagen (6 – 8 minggu)
 Jaringan granulasi
 Proses epitelisasi  SEMBUH

Petunjuk praktis Ilmu Bedah Plastik Rekonstruksi Edisi 1 2007


Fase penyembuhan luka cont…

Fase III: Maturasi, Remodelling, Resorbsi,


diferensiasi (mulai minggu 3 sampai 6-9 bulan)
 Kontraksi luka maksimal
 Sel muda matang (pematangan parut luka)
(tipis, lemas, pucat, mudah digerakkan dari dasar,
tidak ada nyeri/gatal)
Penutupan luka
1. Penutupan Primer
 Luka ditutup segera setelah ada luka

2. Penutupan primer tertunda


 Luka dibiarkan terbuka beberapa hari
sebelum ditutup
 Mengurangi resiko infeksi (kontaminasi berat,
debridement tidak adekuat, perdarahan tidak
dapat dikuasai)

Petunjuk praktis Ilmu Bedah Plastik Rekonstruksi Edisi 1 2007


Penutupan luka cont….

3. Penutupan sekunder
 Luka menutup sendiri setelah ada epitelisasi
dari samping
4. Penutupan pada kehilangan epitel kulit
 Misal: kombusio gr 2, luka donor STSG

Journal of the American Society of Plastic Surgeons; January 2007


Perawatan luka sederhana

Prinsip-prinsip manajemen luka


Assesment/pengenalan luka
Haemostasis
Analgesia
Pembersihan kulit dan wound toilet
Penutupan
Dressing
Pencegahan infeksi
Follow-up

Journal of the American Society of Plastic Surgeons; January 2007


Assesment
 Jenis trauma: tumpul, penetrasi, ledakan, dsb
 Waktu trauma
 Tipe luka: puncture, laserasi, incisi, crush, burst, gigitan
 Lokasi: dekat dengan pembuluh darah besar (potensial
untuk kerusakan pembuluh darah pemasok bagi
penyembuhan luka), organ apa
 bentuk: linear, lengkung, stelata, Y-shaped, inverted V
 Kedalaman dan arah: resiko bagi jaringan lunak di
bawahnya, skin tension lines
 Potensial benda asing:
 Potensial kerusakan struktur di bawahnya: patah tulang,
ruptur tendon, perforasi organ

Journal of the American Society of Plastic Surgeons; January 2007


Haemostasis
Bisa dilakukan:
Penekanan
Elevasi
Tourniquet
Klem/jahit (untuk perdarahan arteri)

Journal of the American Society of Plastic Surgeons; January 2007


Analgesia

Manusiawi
Memfasilitasi pengelolaan

Journal of the American Society of Plastic Surgeons; January 2007


Skin preparation and wound toilet
 Jangan menggunakan alkohol dan deterjen pada
luka
 Di luar negeri penggunaan air keran menunjukkan
tingkat infeksi sama rendah atau lebih rendah
dibanding cairan antiseptik. Di Indonesia?
 Yang biasanya digunakan adalah steril saline
 Irigasi:
 Terutama pada luka dengan resiko infeksi yang tinggi
 Untuk menghilangkan benda asing dan bakteri

Journal of the American Society of Plastic Surgeons; January 2007


Skin preparation and wound toilet cont….

 Gunakan 50-100 ml/cm cairan salin dengan


tekanan (spuit dengan jarum no 25G)
 Pertimbangkan debridement pada tepi luka yang
tidak rata dan nonviabel
 Jika perlu bisa memotong rambut, tetapi jangan
dicukur
 Buang benda asing, tetapi orang dan peralatan
untuk kontrol perdarahan telah siap.

Journal of the American Society of Plastic Surgeons; January 2007


Penutupan luka

 Lapisan pertama yang kontak dengan permukaan


luka seharusnya yang tidak menempel.
 Dressing yang rapat dapat menyebabkan maserasi
dengan cairan yang tertahan.
 Lapisan selanjutnya seharusnya bahan yang bisa
menyerap untuk menarik eksudat luka.
 Kemudian kasa rol yang lembut untuk tetap
menjaga balutan pada tempatnya.
 Penutupan luka tidak diperlukan bila luka kering
dan tidak diperlukan proteksi ekstra.

Journal of the American Society of Plastic Surgeons; January 2007


Infeksi

Tanda dan gejala

meningkatnya inflamasi lokal (rubor, dolor,


calor, tumor, functio laesa)
Discharge/pus
Tanda sistemik - radang

Journal of the American Society of Plastic Surgeons; January 2007


Faktor resiko
Delayed presentation (>12 hours)
Benda asing
Luka yang sangat kotor
gigitan (terutama manusia, kucing)
Luka tusuk (khususnya di kaki)
Luka intra-oral
Fraktur terbuka/ruptur tendon
Crush injury

Journal of the American Society of Plastic Surgeons; January 2007


Pemakaian antibiotik

Disarankan untuk luka dengan resiko tinggi, atau jika


telah ada tanda infeksi.
Jenis antibiotik tergantung pada patogenitas, atau
sesuai dengan padoman rumah sakit.

Journal of the American Society of Plastic Surgeons; January 2007


Follow-up
Cek perkembangan penyembuhan luka dan tanda
infeksi pada 48 – 96 jam
Angkat jahitan jika ada, pada saat yang tepat

Journal of the American Society of Plastic Surgeons; January 2007


Manajemen ulkus diabetik
 komprehensif
 atasi penyakit komorbid
 hilangkan/kurangi tekanan beban (offloading)
 jaga kelembaban (moist)
 tangani infeksi
 debridemen
 revaskularisasi dan tindakan bedah elektif, profilaktik,
kuratif atau emergensi.
Penyakit DM
melibatkan sistem multi organ
 mempengaruhi penyembuhan luka. (Hipertensi,
hiperglikemia,
hiperkolesterolemia, gangguan kardiovaskular (stroke,
penyakit jantung koroner), gangguan fungsi ginjal,
dan sebagainya) harus dikendalikan.
Debridemen
upaya pembersihkan benda asing dan jaringan
nekrotik pada luka
Luka tidak akan sembuh apabila masih
didapatkan jaringan nekrotik, debris, calus,
fistula/rongga yang memungkinkan kuman
berkembang.

Setelah debridemen luka harus diirigasi


dengan larutan garam fisiologis atau
pembersih lain dan dilakukan dressing
(kompres).
Tujuan debridement bedah
mengevakuasi bakteri kontaminasi,
mengangkat jaringan nekrotik sehingga dapat
mempercepat penyembuhan,
menghilangkan jaringan kalus,
mengurangi risiko infeksi lokal
Mengurangi beban tekanan (off loading)
Perawatan luka
Perawatan luka modern menekankan metode moist
wound healing atau menjaga agar luka dalam keadaan
lembab.

Luka akan menjadi cepat sembuh apabila


eksudat dapat dikontrol,
kelembaban luka dapat dijaga
luka tidak lengket dengan bahan kompres,
terhindar dari infeksi
permeabel terhadap udara
Dressing
Prinsip dressing adalah menciptakan suasana
dalam keadaan lembab

faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih


dressing yang akan digunakan:
 tipe ulkus
 ada atau tidaknya eksudat
 ada tidaknya infeksi
 kondisi kulit sekitar
 biaya
PEMILIHAN DRESSING

 mampu memberikan lingkungan luka yang


lembab
 Gunakan penilaian klinis dalam memilih kompres
untuk luka luka tertentu yang akan diobati
 mampu menjaga tepi luka tetap kering sambil
tetap mempertahankan luka bersifat lembab
 dapat mengendalikan eksudat dan tidak
menyebabkan maserasi pada luka
 bersifat mudah digunakan dan yang bersifat tidak
sering diganti
 dapat menjangkau rongga luka sehingga dapat
meminimalisasi invasi bakteri.
Pengendalian Infeksi
Pemberian antibitoka didasarkan pada hasil
kultur kuman.

sebelum hasil kultur dan sensitifitas kuman


tersedia antibiotika harus segera diberikan
secara empiris pada kaki diabetik yang
terinfeksi.

Pada infeksi berat pemberian antibitoika


diberikan selama 2 minggu atau lebih
Tindakan bedah emergensi
diindikasikan untuk menghambat atau menghentikan
proses infeksi
dapat berupa amputasi atau debridemen jaringan
nekrotik.
Tindakan amputasi
dilakukan bila dijumpai adanya:
gas gangren
jaringan terinfeksi
menghentikan perluasan infeksi
mengangkat bagian kaki yang mengalami ulkus
berulang.
Luka diabetik
 Perawatan memerlukan manajemen secara
sistemik dan lokal
 Pengontrolan diabetik
 penting untuk penyembuhan luka
 meminimalisasi rekurensi
 Manajemen faktor sistemik yang mempengaruhi
 Hipertensi
 Hiperlipidemia
 atherosclerotic heart disease
 Obesitas
Manajemen insufisiensi arterial
Penanganan infeksi (antibiotik tepat)
Offloading area ulkus
Wound care
Manajemen ulkus diabetik
memerlukan perawatan luka dengan
menggunakan Saline atau dressing lain yang
sesuai untuk menjaga kelembaban luka
debridement jika perlu
antibiotik jika terjadi osteomielitis atau
selulitis
Kontrol gula darah
Perbaiki insufisiensi arteri perferal
Gunakan alas kaki yang sesuai
Manajemen pembedahan dilakukan untuk
 Debridement jaringan nonviable dan terinfeksi
 Membuang tulang ostomyelitis
 Skin grafting
 Revaskularisasi
Medikasi
Prinsip dasar pemberian obat topikal adalah
untuk melembabkan luka, tetapi tidak basah.

Penutupan luka optimal memerlukan:


 dressing lembab
 Support autolitik debridement
 Menyerap eksudat
 Melindungi kulit sehat sekitarnya
Ulkus Dekubitus
Nekrosis/ulserasi akibat tekanan yang lama,
biasanya terjadi pada pasien yang mengalami
imobilisasi
Etiologi
Tekanan Malnutrisi
Regangan Gangguan saraf
Gesekan sensoris (cedera daerah
Kelambaban vertebra
Infeksi pada luka
Usia
Imobilisasi
Penyakit sistemik (DM,
merokok, penyakit
pembuluh darah)
Manajemen
Pencegahan
Mengatasi faktor risiko utama
 Hilangkan tekanan
 Minimalkan kelembaban
 Minimalkan regangan
 Minimalkan gesekan
Mengatasi faktor risiko sekunder
 Obati infeksi
 Perbaiki nutrisi, usahakan optimal
 Hentikan rokok
 Kendalikan gula darah pada pasien DM
 Obati penyakit vaskuler yang mungkin ada
Penanganan ulkus dekubitus
Ubah posisi secara berkala tiap 2 jam
Atasi semua etiologi
Debridemen
Penutupan luka lembab-basah
Antibiotik jika infeksi
Penutupan oklusif untuk luka pasca-
debridement
Graft atau flap
Penanganan luka pada gawat
darurat

Penanganan

 Lakukan penekanan pada luka yang berdarah.


Jangan gunakan tournniquet karena dapat
merusak viabilitas jaringan
 Bersihkan luka dari kontaminan, devitalisasi
jaringan, dan benda asing.
 Lepaskan cincin atau perhiasan lain dari bagian
tubuh yang luka
Bersihkan sekitar luka dengan sabun dan air
yang steril atau cairan yang tersedia.
Berikan anestesia dan analgetik
Irigasi luka dengan cairan salin menggunakan
jarum dengan lubang yang besar dan spuit.
Jika tidak ada bisa digunakan botol
Luka terkontaminasi, luka gigitan, dan
tusukan biarkan terbuka  potensial infeksi
 delayed primery closure
Tutup luka dengan dressing kering
Luka yang dalam memerlukan packing
dengan saline
Beri kasa lembab dan tutup dengan dressing
kering yang tebal
Berikan tetanus profilaksis sesuai guidlines
Hal lain yang perlu diperhatikan
Waspada terhadap adanya luka lain
Pastikan
Pastikan rujukan yang memadai, tindak
lanjut, dan bila memungkinkan reevaluasi
Air kotor, tanah dan pasir dapat menyebabkan
infeksi
Luka tusuk dapat menyebabkan clot dan debris ke
dalam luka dan menyebabkan infeksi
Crush injury lebih beresiko terhadap infeksi daripada
luka robekan
Modern Dressing
Jenis-jenis pembalut Moist wound
healing
Hydrocolloids
Gauze/kassa
Film Dressings
Foam Dressings
Calcium Alginates
Hydrogels
Hydroactive dressings
Hydrofibers
Silver dressings
Hidrocoloid
 Topical therapy yang berfungsi
untuk mempertahankan luka
dalam keadaan lembab,
melindungi luka dari trauma
dan menghindari resiko infeksi,
mampu menyerap eksudate
minimal.

 Baik digunakan untuk luka yang


berwarna merah, abses atau luka
yang terinfeksi.

 Bentuknya ada yang berupa


lembaran tebal dan tipis serta
pasta.
Kasa

Secondary dressing /
balutan penutup
Alat membersihkan
Transparan film

Waterproof dan gas


permeable
Secondary dressing
Support autolysis
debridement
Mengurangi nyeri
Hidrogel
Topical therapy yang
dapat membantu proses
peluruhan jaringan
nekrotik oleh tubuh
sendiri (support
autolisis debridement ).
Partial or full thickness
wounds, minor burns
(radiasi / ekspose
panas )
Conformtable
Calcium Alginate
 Berasal dari rumput laut,
berubah menjadi gel jika
bercampur dengan cairan luka,

 Jenis balutan yang dapat


menyerap jumlah cairan luka
yang berlebihan dan
menstimulasi proses pembekuan
darah jika terjadi perdarahan
minor

 Digunakan pada warna luka


merah, eksudat, mudah
berdarah.
Hidrocelulosa
 Jenis topical therapy yang
terbuat dari selulosa
dengan daya serap amat
tinggi melebihi
kemampuan daya serap
calcium alginate.

 Keuntungannya adalah
tidak mudah koyak/larut,
sehingga amat mudah
dalam melepasnya
 Tidak meningalkan residu
 Absorban dgn kemampuan
serap lebih tinggi, nyaman
digunakan
 Aman digunakan pada luka
infeksi
 Kontrol hipergranulasi
Hidrofobik
DACC
(Dialkylcarbamoil
chloride)
• Non absorben, non
adhesif
• Untuk luka bereksudat
sedang banyak.
• Luka terinfeksi
• Perlu balutan sekunder
Silver Dressing

Efektif pada kasus infeksi


mencegah luka kontak
dengan bakteri, jamur,
ragi
Negative Pressure Wound Therapy
Terima

Anda mungkin juga menyukai