Anda di halaman 1dari 13

INTERPRETASI

HASIL
PEMERIKSAAN FISIK
Karina Pricilia Driva 10100119189
Primia Fauzia 10100119109
Level of Consciousness

LOC : Tingkat kesadaran seseorang terhadap lingkungan sekitarnya.


• Conscious (Compos Mentis),  yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua
pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya dan dapat merespon berbagai stimulus dengan baik.
• Somnolen (letargi), yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor yang lambat, mudah tertidur,
namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi,
mampu memberi jawaban verbal.
• Obtundation, sensitivitas berkurang dan pasien sulit dibangunkan, dan saat dibangunkan pasien
akan berada dalam kondisi linglung.
• Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap nyeri.
• Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap rangsangan apapun
(tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap
cahaya.
Gait

• Antalgic gait : Cenderung menggunakan satu kaki untuk mencegah memberi beban pada kaki yang cedera dan
menghindari rasa nyeri.
• Hemiplegic gait : kaki yang cedera akan tertahan dalam posisi ekstensi dan rotasi internal, kaki (foot) inversi
dan plantar fleksi, leg bergerak dalam arah melingkar.
• Paraplegic gait: Jalan lambat dan kaku, kaki menyilangi satu sama lain.
• Cerebellar ataxic gait : Berjalan terhuyung-huyung seperti sedang mabuk.
• Steppage gait : Ketidakmampuan untuk melakukan dorsifleksi kaki, seringkali akibat lesi pada saraf fibular,
yang menyebabkan eleasi berlebih pada panggul dan lutut sehingga kaki seperti diseret.
• Dystrophic gait : Berjalan tidak seimbang akibat otot pelvis lemah.
• Parkinson gait : Postur tubuh fleksi, berjalan lambat dan Langkah kecil, ada arm swing yang tereduksi.
• Choreic gait : Gaya berjalannya tersentak-sentak dan tidak seimbang, namun jarang jatuh
• Apraxic gait : Pasien kesulitan untuk melangkah dan kakinya terlihat menempel ke lantai. Sekalinya berjalan,
langkahnya lambat dan menyeret kaki.
Genu varum (bow-leg) dan Genu Valgus (Knock-
knee)

• Genu varum : Normal hingga usia 3 tahun. Varus pada


orang usia >3 tahun biasanya disebabkan oleh Blount
disease, gangguan pada medial proximal tibial growth
plate, membutuhkan Tindakan bedah.
• Genu Valgus : Normal pada usia 4-8 tahun, tidak
memerlukan treatment
1. Inspeksi

• Memeriksa cara berjalan pasien, posisi lutut pada bidang medial dan lateral
(valgus/varus), periksa ROM.
• Periksa sendi untuk mencari tanda efusi atau diskolorasi.
• Memeriksa atropi otot/ fasciculasi. Otot atrofi  membandungkan lingkar
paha/betis kaki yang cedera dengan yang tidak cedera.
• Periksa kulit untuk mencari luka bekas operasi.
• Bengkak, ecchymosis, dan nyeri merupakan tanda adanya cedera lutut. Biasanya
diiringi dengan efusi sendi, keterbatasan ROM, dan ketidakstabilan otot. 
arthrocentesis.
2. Palpasi
Meniscal tears :
• Front line tenderness : Rasa nyeri disekitar sendi bagian medial atau lateral menandakan
adanya meniscus yang sobek
• McMurray test : Pasien diletakkan supinasi kemudian diminta untuk fleksi maksimal
kakidengan melakukan rotasi eksternal/internal. Sambil menahan rotasi, pasien membawa
lutut ke full ekstensi. Tes positif mengindikasikan adanya suara yang diiringi rasa sakit di
sekitar sendi medial atau lateral.
Sprain :
• First-degree sprain : nyeri ringan, hemorrhage sedang, pembengkakkan, eritema
• Second-degree : sobekan partial pada ligament dan menyebabkan kelemahan sendi, nyeri
local, dan bengkak.
• Third-degree : memproduksi rupture ligament, menyebabkan sendi tidak stabil. Terasa
lunak, tidak stabil, hilangnya definite end point, dan ecchymosis parah
ROM

• ROM harus mencapai 135 derajat (fleksi) dan 0 derajat (ekstensi), 10 derajat
(rotasi).
• Hilangnya ROM dapat terjadi akibat trauma/degenerasi.
• Periksa ROM aktif dan pasif
• Selama ekstensi, perhatikan patella untuk memastikan posisinya (pada trochlear
groof)
• Hilangnya fleksi terminal dan ekstensi  gejala efusi
Neurologis
• Mencakup pemeriksaan otot manual, sensasi, dan reflex.
Kemungkinan penyebab dari rasa sakit
dengan gerakan sendiri
• Terjadi karena trauma fisik berulang (disebabkan oleh osteoarthritis)
• Akibatnya menyebabkan:
cairan synovial masuk kedalam tulang
Kerusakan pembuluh subchondral
Fraktur subchondral

• Selanjutnya menstimulasi nociceptor (saraf) di tulang subchondral


• Terasa nyeri saat sendi digerakkan.
Hubungan BMI dengan keluhan
• Semakin besar BMI (obesitas), maka beban yang ditopang oleh sendi, khususnya
knee joint semakin besar. Ini meningkatkan risiko OA karena terjadi trauma fisik
berulang (repeated physical joint trauma)
• Mengutip jurnal ncbi, dilakukan penelitian menunjukkan orang yang mengalami
obesitas 2,5-4,6 kali lebih berisiko terjangkit knee OA. Lebih lanjut risiko knee OA
meningkat 35% setiap 5 kg/m2 peningkatan BMI.
• Obesitas menjadi indikasi independent knee OA, tanpa menghiraukan faktor
negara, ras, gender, dan medikasi.

Anda mungkin juga menyukai