Anda di halaman 1dari 38

ASUHAN KEPERAWATAN

HIPOSPADIA DAN EPISPADIA

Disusun oleh :
1. Retni Nurbaity
2. An Nurdiya Yuliawati
3. Ristanti Nurul Istiana
DEFINISI

Hipospadia
 Hipospadia adalah suatu keadaan abnormal dari
perkembangan uretra anterior dimana meatus
uretra eksterna terletak di bagian ventral dan
letaknya lebih proksimal dari letak yang normal
dan disertai adanya firosis pada bagian distal MUE
yang menyebabkan bengkoknya penis (chordae). 
 Hipospadia adalah suatu keadaan dimana
terjadi hambatan penutupan uretra penis
pada kehamilan minggu ke 10 sampai ke 14
yang mengakibatkan orifisium uretra
tertinggal disuatu tempat dibagian ventral
penis antara skrotum dan glans penis.
Epispadia

 Epispadia adalah suatu anormali


kongenital yaitu meatus uretra
terletak pada permukaan dorsal
penis.

 Epispadia adalah suatu kelainan


bawaan pada bayi laki-laki, dimana
lubang uretra terdapat di bagian
punggung penis atau uretra tidak
berbentuk tabung, tetapi terbuka.
Epispadia merupakan kelainan kongenital
berupa tidak adanya dinding uretra bagian
atas. Kelainan ini terjadi  pada laki-laki
maupun perempuan, tetapi lebih sering
dialami oleh laki-laki. Ditandai dengan
adanya lubang uretra disuatu tempat pada
permukaan dorsum penis. (Kamus Saku
Kedokteran DORLAN, 2011)
ETIOLOGI
Menurut Basuki (2011), etiologi hipospadia dan epispadia yaitu :
1. Faktor Genetik
Terjadi karena gagalnya sintesis androgen. Hal ini biasanya
terjadi karena mutasi pada gen yang mengode sintesis androgen
tersebut sehingga ekspresi dari gen tersebut tidak terjadi.

2. Faktor Hormon
Hormone yang dimaksud di sini adalah hormone androgen
yang mengatur organogenesis kelamin (pria). Atau bisa juga
karena reseptor hormone androgennya sendiri di dalam tubuh
yang kurang atau tidak ada. Sehingga walaupun hormone
androgen sendiri telah terbentuk cukup akan tetapi apabila
reseptornya tidak ada tetap saja tidak akan memberikan suatu
efek yang semestinya.
3. Lingkungan
Biasanya faktor lingkungan yang menjadi penyebab adalah
polutan dan zat yang bersifat teratogenik yang dapat
mengakibatkan mutasi.

4. Embriologi
Secara embriologis hipospadia disebabkan oleh sebuah kondisi
dimana bagian ventral lekuk uretra gagal untuk menutup
dengan sempurna. Diferensiasi uretra bergantung pada
hormone androgen Dihidrotestosteron (DHT) dengan kata lain
hipospadia dapat disebabkan oleh defisiensi produk
testosterone, konversi testosterone menjadi DHT yang tidak
adequate, atau defisiensi local pada hormone androgen.
(Heffner, 2005)
PATOFISIOLOGI
Hipospadia merupakan cacat bawaan yang diperkirakan terjadi pada
masa embrio selama perkembangan uretra, dari kehamilan 8-20
minggu.  Hipospadia di mana lubang uretra terletak pada perbatasan
penis dan skortum, ini dapat berkaitan dengan chordee kongenital.
Paling umum pada hipospadia adalah lubang uretra bermuara pada
tempat frenum, frenumnya tidak berbentuk, tempat normalnya meatus
urinarius di tandai pada glans penis  sebagai celah buntuh. Penyebab
dari Hipospadia belum diketahui secara jelas dan dapat dihubungkan
dengan faktor genetik dan pengaruh Hormonal. Pada usia gestasi
Minggu ke VI kehamilan terjadi pembentukan genital, pada Minggu ke
VII terjadi agenesis pada mesoderm sehingga genital tubercel tidak
terbentuk, bila genital fold gagal bersatu diatas sinus urogenital maka
akan timbul Hipospadia.
Epispadia terjadi karena tidak lengkapnya perkembangan uretra
dalam utero. Pada anak laki-laki normal, meatus terletak di ujung
penis, namun anak laki-laki dengan epispadia, terletak di atas
penis. Dari posisi yang abnormal ke ujung, penis dibagi dan
dibuka, membentuk selokan. Epispadia digambarkan seolah-olah
pisau dimasukkan ke meatus normal dan kulit dilucuti di bagian
atas penis. Klasifikasi epispadias didasarkan pada lokasi meatus
pada penis. Hal ini dapat diposisikan pada kepala penis
(glanular), di sepanjang batang penis (penis) atau dekat tulang
kemaluan (penopubic). Posisi meatus penting dalam hal itu
memprediksi sejauh mana kandung kemih dapat menyimpan urin
(kontinensia). Semakin dekat meatus (dasar atas penis), semakin
besar kemungkinan kandung kemih tidak akan menahan kencing.
PATHWAYS
MANIFESTASI KLINIS
     Hipospadia
a.    Jika berkemih, anak harus duduk.
b.    Pembukaan uretra di lokasi selain ujung
penis
c.    Penis tampak seperti berbalut karena
adanya kelainan pada kulit depan penis
d.    Penis melengkung ke bawah
e.    Lubang penis tidak terdapat di ujung
penis,tetapi berada di bawah atau di dasar
penis
f.     Semprotan air seni yang keluar abnormal
 Epispadia
a. Lubang uretra terdapat di punggung

penis
b. Lubang uretra terdapat di sepanjang
punggung penis.
Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan diagnostik pada hipospadia lebih sering


dilakukan dan jelas terlihat pada pemeriksaan fisik.
Tidak ada tes rutin lainnya. Pemeriksan fisik pada bayi
baru lahir atau bayi. Pemeriksaan yang menyeluruh
serta pemeriksaan kromosom perlu dilakukan karena
kelainan lain dapat menyertai hipospadia dan
epispadia (Corwin, 2009).
 Hanya sedikit penderita hipospadia berat yang
mungkin mengalami abnormalitas pada genitalia.
Bagaimanapun, tes kromosom CT scan pada genitalia
dapat mempercepat penemuan dan mencegah
komplikasi jika sindrom lain sering dirasakan.
Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan adalah USG
pelvis, MRI, Sistogram mikturasi, kultur urin,
sistografi, dan BNO-IVP.
PENATALAKSANAAN MEDIS

Beberapa abnormalitas hipospadia sangat sedikit


sehingga tidak banyak hal yang dilakukan. Kebanyakan
penangan dari hipospadia adalah dengan pembedahan.
Pembedahan ini dilakukan dengan membuat lubang
kencing pada ujung penis dan melakukan sirkumsisi
pada saat itu juga. Tujuan utama dari penatalaksanaan
bedah hipospadia adalah merekomendasikan penis
menjadi lurus dengan eatus uretra di tempat yang normal
atau dekat dengan normal sehingga arah aliran urin ke
depan dan dapat melakukan koitus dengan normal.
Selain itu, penanganan yang tepat jika anak bebas dari
nyeri ketika penis ereksi. Berikut adalah tahap
pembedahan yang dilakukan pada hipospadia:
1.      Tahap 1
Pembedahan tahap pertama mencakup
pembuangan
jaringan ikat (chordee release), pembuatan lubang
kencing pada ujung kepala penis sesuai dengan
bentuk anatomi yang baik dan membuat saluran
kencing
baru (tunneling) di dalam kepala penis yang
dindingnya
dibentuk dari kulit tudung (preputium) kepala
2. Tahap 2
Pembedahan tahap kedua dilakukan setelah proses
penyembuhan pembedahan tahap pertama tuntas, paling dini
6 bulan setelah pembedahan pertama. Pembedahan tahap
kedua membentuk saluran kencing baru (urethroplasty) di
batang penis yang menghubungkan lubang kencing abnormal,
saluran kencing di dalam kepala penis, dan lubang kencing
baru di ujung penis.
Penatalaksanaan Keperawatan

1. Informasikan orang tua bahwa pengenalan lebih dini


adalah penting sehingga sirkumsisi dapat dihindari ; kulit
prepusium digunakan untuk bedah perbaikan.
2. Beri kesempatan orang tua untuk mengungkapkan
perasaannya tentang masalah struktural anak.
3. Persiapkan orang tua dan anak untuk menjalani prosedur
bedah yang diinginkan. Hal ini biasanya dilakukan antara
usia 6 dan 12 tahun dengan satu atau dua tahap perbaikan.
4.  Jelaskan hasil bedah kosmetik yang
diharapkan,orang tua dan anak dapat merasa sangat
kecewa dengan kecacatan fisik ini.
5.  Pantau asupan dan haluaran cairan dan pola urine,
anjurkan banyak minum, pertahankan kepatenan, dan
awasi tindakan pencegahan infeksi jika anak
dikateterisasi.
6.  Persiapkan orang tua dan anak untuk pengalihan
urine, jika perlu, sementara meatus baru dibuat.
7.  Ajarkan orang tua bagaimana merawat kateter
menetap, jika perlu. (Muscari, 2005)
KONSEP DASAR ASUHAN
KEPERAWATAN
Pengkajian
Genitouria
- Praoperasi  palpasi abdomen
Yang terinspeksi pada untuk melihat
Genitourinaria adalah : distensi bladder atau
 pemeriksaan pembesaran pada
genitalia ginjal.
 tidak ada kulit katan  Kaji fungsi
(foreksin) ventral perkemihan
 Melengkungnya  Adanya lekukan
penis ke bawah pada ujung penis
dengan atau tanpa  Glans penis
ereksi berbentuk sekop
 Terbukanya urethral
- Pascaoperasi
Yang terinspeksi pada Genitourinaria adalah :
1. Pembengkakan penis
2. Perdarahan pada sisi pembedahan
3. Disuria
  Neurologis
◦ Iritabilitas
◦ Gelisah
 Kaji riwayat kelahiran (adanya anomali konginetal, kondisi kesehatan)
 Head to toe
◦ Perhatikan adanya penis yang besar kemungkinan terjadi pubertas
yang terlalu dini
◦ Pada anak yang obesitas penis dapat ditutupi oleh bantalan lemak
di atas simpisis pubis
◦ Pada bayi, prepusium mengencang sampai usia 3 tahun dan tidak
boleh diretraksi
◦ Palpasi abdomen atau melihat distensi bladder atau pembesaran
pada ginjal
◦ Perhatikan lokasi pada permukaan dorsal atau ventral dari penis
kemungkinan tanda genetalia ganda
◦ Kaji fungsi perkemihan
◦ Kaji adanya lekukan pada ujung penis
◦ Jika mungkin, perhatikan kekuatan dan arah aliran
urin.
◦ Perhatikan skrotum yang kecil dekat perineum
dengan adanya derajat pemisahan garis tengah
◦ Rugae yang terbentuk baik menunjukkan turunya
testis.
◦ Kaji adanya nyeri urinasi, frekuensi, keraguan untuk
kencing, urgensi, urinaria, nokturia, poliuria, bau tidak
enak pada urine, kekuatan dan arah aliran, rabas,
perubahan ukuran skrotum
 Diskusikan pentingnya hygiene
 Kaji faktor yang mempengaruhi respon orang tua pada
penyakit anak dan keseriusan ancaman pada anak mereka
◦ Prosedur medis yang terlibat dalam diagnosis dan tindakan
◦ Ketersediaan sistem pendukung
◦ Kekuatan ego pribadi
◦ Kemampuan koping keluarga sebelumnya
◦ Stress tambahan pada sistem keluarga
◦ Keyakinan budaya dan agama
 Kaji pola komunikasi antaranggota keluarga
◦ Menurunnya komunikasi pada anak, ekspresi, dan kontrol
impuls dalam penyampaian penyaluran perasaan
◦ Anak dapat merasa terisolasi, bosan, gelisah, adanya
perasaan malu terhadap teman sebaya
◦ Dapat mengekspresikan marah dan agresif
Diagnosa Keperawatan
 Kurangnya pengetahuan orang tua berhubungan
dengan diagnosa, prosedur pembedahn dan
perawatan setelah operasi
 Resiko infeksi (traktus urinarius) berhubungan
dengan pemasangan kateter menetap
 Nyeri berhubungan dengan pembedahan
 Resiko injuri berhubungan dengan pemesangan
kateter atau pengangkatan kateter
 Kecemasan orang tua berhubungan dengan
penampilan penis anak setelah pembedahan
Intervensi
 Diagnosa 1
 Kaji tingkat pemahaman orang tua
 Gunakan gambar-gambar atau boneka untuk
menjelaskan prosedur, pemasangan kateter menetap,
mempertahan kan kateter dan perewatan kateter,
pengosongan kantong urin, keamanan kateter,
monitor urin; warna, kejernihan dan perdarahan
 Jelaskan tentang pengobatan yang di berikan: efek
samping dan dosis serta waktu pemberian
 Ajarkan untuk ekspresi perasaan dan perhatian
tentang kelainan pada penis
 Ajarkan orang tua untuk partisipasi dalam perawatan
sebelum dan sesudah operasi
 Diagnosa 2
 Pertahankan kantong drainase kateter di bawah
garis kandung kemih dan pastikan bahwa selang
tidak terdapat simpul dan kusut
 Gunakan tekhnik aseptik ketika mengosongkan
kantong kateter.
 Pantau urin anak untuk pendeteksian kekeruhan
atau sedimentasi.
 Anjurkan anak untuk minum sekurang-
kurangnya 60ml/jam
 Beri obat antibiotik profilaktik sesuai program,
untuk membantu mencegah infeksi
 Diagnosa 3
 Berikan analgesik sesuai program
 Perhatikan posisi kateter tepat atau tidak
 Monitor adanya ”kink-kink” (tekukan pada kateter) atau
kemacetan
 Atur posisi tidur anak
 Diagnosa 4
 Fiksasi kateter pada penis anak dengan memakai balutan
dan plester
 Gunakan restrain atau pengaman yang tepat pada saat
anak tidur atau gelisah
 Hindari alat-alat tenun atau yang lainnya yang dapat
mengkontaminasi kateter dan penis
 Diagnosa 5
 Anjurkan orang tua untuk mengekspresikan
perasaan dan kekhawatiran mereka tentang
ketidak sempurnaan fisik anak
 Bantu orang tua melalui proses berduka yang
normal
 Rujuk orang tua kepada kelompok pendukung
yang tepat, jika diperlukan
 Apabila memungkinkan, jelaskan perlunya
menjalani pembedahan multiple, dan jawab
setiap pertanyaan yang muncul dari orang tua
Implementasi
 Diagnosa 1
 Mengkaji tingkat pemahaman orang tua
 Menggunakan gambar-gambar atau boneka
untuk menjelaskan prosedur, pemasangan
kateter menetap, mempertahan kan kateter dan
perewatan kateter, pengosongan kantong urin,
keamanan kateter, monitor urin; warna,
kejernihan dan perdarahan
 Menjelaskan tentang pengobatan yang di
berikan: efek samping dan dosis serta waktu
pemberian
 Mengajarkan untuk ekspresi perasaan dan
perhatian tentang kelainan pada penis
 Mengajarkan orang tua untuk partisipasi dalam
perawatan sebelum dan sesudah operasi
 Diagnosa 2
 Mempertahankan kantong drainase kateter di
bawah garis kandung kemih dan pastikan
bahwa selang tidak terdapat simpul dan kusut
 Menggunakan tekhnik aseptik ketika
mengosongkan kantong kateter.
 Memantau urin anak untuk pendeteksian
kekeruhan atau sedimentasi.
 Menganjurkan anak untuk minum sekurang-
kurangnya 60ml/jam
 Memberi obat antibiotik profilaktik sesuai
program, untuk membantu mencegah infeksi
 Diagnosa 3
 Memberikan analgesik sesuai program
 Memperhatikan posisi kateter tepat atau tidak
 Memonitor adanya ”kink-kink” (tekukan pada
kateter) atau kemacetan
 Mengatur posisi tidur anak

 Diagnosa 4
 Memfiksasi kateter pada penis anak dengan
memakai balutan dan plester
 Menggunakan restrain atau pengaman yang
tepat pada saat anak tidur atau gelisah
 Menghindari alat-alat tenun atau yang lainnya
yang dapat mengkontaminasi kateter dan penis
 Diagnosa 5
 Menganjurkan orang tua untuk
mengekspresikan perasaan dan kekhawatiran
mereka tentang ketidak sempurnaan fisik anak
 Membantu orang tua melalui proses berduka
yang normal
 Merujuk orang tua kepada kelompok
pendukung yang tepat, jika diperlukan
 Apabila memungkinkan, Menjelaskan perlunya
menjalani pembedahan multiple, dan jawab
setiap pertanyaan yang muncul dari orang tua
Evaluasi
 Orang tua memahami tentang hipospadi
dan alasan pembedahn, serta orang tua
akan aktif dalam perwatatn setelah operasi
 Anak tidak mengalami infeksi yang di tandai

oleh hasil urinalisis normal dan suhu tubuh


kurang dari 37,8 ◦c
 Anak akan memperlihatkan peningkatan

rasa nyaman yang di tandai dengan tidak


ada tangisan, kegelisahan dan tidak ada
ekspresi nyeri
 Anak tidak mengalami injuri yang di tandai oleh
anak dapat mempertahankan penempatan kateter
urin yang benar sampai di angkat oleh perawat
atau dokter
 Rasa cemas orang tua menurun yang di tandai
dengan pengungkapan perasaan mereka tentang
adanya kecacatan pada genitalia anak
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai