Anda di halaman 1dari 19

KELAINAN TELINGA LUAR

DAUN TELINGA
KELAINAN KONGENITAL
1. Fistula preaurikula
• Fistula preaurikel terjadi ketika pembentukan daun
telinga dalam masa embrio,terjadi bila terdapat
kegagalan penggabungan tuberkel ke satu dan ke dua.
• Merupakan kelainan herediter yang dominan.
• Fistel dapat ditemukan didepan tragus atau skitarnya,
dan sering terinfeksi.
• Pada keadaan tenang tampak muara fistel berbentuk
bulat atau lonjong, berukuran seujung pensil, dari
muara fistel sering keluar sekret yang berasal dari
kelenjar sebasea.
• Tata laksana: 
Bila tidak ada keluhan, operasi tidak perlu dilakukan.
Apabila terdapat abses berulang dan pembentukan
secret kronis ,pengangkatan fistel-fistel seluruhnya,
untuk mencegah kekambuhan.
2. Mikrotia dan Atresia Liang
Telinga
 Pada mikrotia, daun telinga bentuknya
lebih kecil dan tidak sempurna.
 Kelainan ini sering disertai dengn tidak
terbentuknya liang telinga dan kelainan
tulang pendengaran.
 Penyebab : belum jelas diduga ada
faktor genetik, infeksi virus, intoksikasi
bahan kimia dan obat teratogenik pada
kehamilan muda.
 Diagnosis :  melihat bentuk daun
telinga yang tidak sempurna dan tidak
terbentuknya liang telinga.
Pemeriksaan fungsi pendengaran dan
CT-Scan temporal dengan resolusi
tinggi diperlukan untuk menilai
keadaan telinga tengah dan telinga
dalam.
 Tata laksana : operasi ,untuk
memprebaiki pendengaran dan
kosmetik.
3. Telinga camplang (Bats
ear)
Daun telinga tampak lebih lebar
dan lebih menonjol. Fungsi
pendengaran tidak terganggu,
namun karena bentuknya yang
tidak enak dipandang maka sering
dilakukan operasi otoplasti.
KELAINAN YANG DIDAPAT
1. Hematoma
 Terdapat kumpulan darah di antara perikondrium
dan tulang rawan, biasanya disebabkan oleh
trauma.
 Manifestasi klinis :
 Pembengkakan (karena ada gumpalan darah).
 Perubahan bentuk telinga (deformitas).
 Ada/tidak ada rasa nyeri.
 Perubahan warna (tampak massa berwarna ungu).
 Ada rasa panas.
 Kemerahan.
 Benjolan di aurikula (daun telinga).
 Fluktuasi/ kenyal
 Hematom harus dikeluarkan secara steril untuk
mencegah infeksi
2. Perikondritis
 Radang pada tulang rawan yang menjadi kerangka daun
telinga.
 Etiologi
Stafilokokus, streptokokus, pseudomonas
 Perikondritis bisa terjadi akibat: 
- cedera 
- gigitan serangga 
- pemecahan bisul dengan sengaja. 
 Tatalaksana :

 Antibiotik : bila ringan, Kloksasilin oral 3 x 500


mg/hari. Bila berat, gentamisin IV 2
x 80 mg / hari atau aminoglikosida lain.
 Antiinflamasi/analgesik : as. mefenamat, piroksikam
atau diklofenak
 Insisi bila terjadi supurasi

 Eksisi bila terjadi nekrosis tulang rawan

 Komplikasi
Bila telah terjadi nekrosis dapat terjadi deformitas
permanen aurikel (Cauliflower ear)
3. Pseudokista
 Benjolan di daun telinga disebabkan
kumpulan cairan kekuningan di antara
lapisan perikondrium dan tulang rawan
telinga.
 Benjolan ini tidak nyeri dan tidak
diketahui penyebabnya.
 Kumpulan cairan ini harus dikeluarkan
secara steril untuk mencegah timbul
perikondritis balut tekan dengan
bantuan semen gips selama seminggu
supaya perikondrium melekat pada
tulang rawan kembali. Apabila
perlekatan tidak sempurna dapat
timbul kekekambuhan.
KELAINAN LIANG TELINGA
1. Serumen
 Serumen ialah hasil produksi kelenjar sebasea, kelenjar
seruminosa, epitel kulit yang terlepas dan partikel debu. 
 Normal ditemukan di sepertiga luar liang telinga
 Serumen dapat keluar sendiri akibat migrasi epitel kulit
yang bergerak dari arah membran timpani menuju keluar
serta dibantu oleh gerakan rahang sewaktu mengunyah.
 Memiliki efek proteksi.
 Terapi
Serumen lembek : kapas yang dililitkan pada pelilit
kapas.
Serumen : pengait atau kuret.
Apabila tetap sulit dikeluarkan : dilunakkan lebih dahulu
dengan tetesan karbol gliserin 10% selama 3 hari.
Serumen yang terlalu terdorong ke dalam liang telinga :
mengalirkan (irigasi) air hangat yang suhunya sesuai
dengan suhu tubuh dan pastikan tidak ada (riwayat)
perforasi pada membran timpani
2. Benda asing di liang telinga
 Benda asing (corpus alienum) yang berada dalam telinga bisa berupa
benda mati, benda hidup, binatang, komponen tumbuhan dan mineral.
 Terapi

 Mengeluarkan benda asing harus hati-hati. Anak harus dipegang


sedemikian rupa sehingga tubuh dan kepala tidak beregerak bebas.
 Bila masih hidup, binatang di liang telinga harus dimatikan lebih
dahulu dengan memasukkan tampon basah ke liang telinga lalu
meneteskan cairan (misalnya larutan rivanol atau obat anastesi lokal)
lebih kurang 10 menit. Setelah binatang mati, dikeluarkan dengan
pinset atau diirigasi dengan air bersih yang hangat.
3. Otitis eksterna
Definisi
Radang telinga akut maupun kronis yang disebabkan oleh
bakteri, jamur, virus dan alergi. 
factor-faktor predisposisi :
a. perubahan pH kulit kanalis yang biasanya asam menjadi basa
menjadikan proteksi terhadap infeksi menurun.
b. perubahan lingkungan terutama gabungan peningkatan suhu
dan kelembaban
c. suatu trauma ringan seringkali karena berenang atau
membersihkan telinga secara berlebihan.
Klasifikasi 
Otitis eksterna dibagi menjadi:
1. Otitis eksterna akut
a. otitis eksterna sirkumskripta (furunkel)
b. otitis eksterna difus
c. Otomikosis
d. otitis eksterna maligna
e. herpes zooster optikus
2. Otitis eksterna kronis
1. OTITIS EKSTERNA AKUT
a. Otitis eksterna sirkumskripta
 Radang pada 1/3 liang telinga yang terinfeksi pada
polisebaseus sehingga membentuk furunkel.
 Etiologi : bakteri staphylococcus aureus dan
staphylococcus albus
 Gejala: rasa nyeri yang hebat, nyeri saat membuka
mulut dan tidak sesuai dengan besar bisul/furunkel,
rasa nyeri timbul pada penekanan perikondrium.
Terjadi penurunan pendengaran karena furunkel yang
besar menyumbat telinga
 Terapi:

 Bila sudah abses  diaspirasi secara steril untuk


mengeluarkan nanahnya
 Lokal diberikan antibiotik  dalam bentuk salep
seperti polymixin b atau bacitracin atau antiseptik
(asam asetat 2-5% dalam alkohol 2%)
 Kalau dinding furunkel tebal  diinsisi kemudian
dipasang drain untuk mengalirkan nanah
 Diberikan obat simtomatik  analgesik dan
penenang
b. Otitis eksterna difus
 Radang pada 2/3 dalam liang telinga ,tampak
kulit liang telinga yang hiperemi dan edema,
disebut juga dengan ”swimmer’s ear”
 Etiologi : pseudomonas, stafilokokus albus,
e.coli dsb.Dapat juga terjadi sekunder pada
otitis media supuratif kronis
 Gejala: nyeri hebat, nyeri tekan tragus, kulit
liang telinga tampak hiperemis, edem dengan
tidak jelas batasnya, tidak terdapat furunkel,
terdapat sekret yang berbau dan tidak
mengandung lendir (musin) seperti sekret yang
keluar dari kavum timpani pada otitis media
 Terapi: memasukkan tampon yang
mengandung antibiotik ke liang telinga supaya
terdapat kontak yang baik antara obat dengan
kulit yang meradang. Kadang-kadang
diperlukan antibiotik sistemik.
c. Otomikosis
 Infeksi jamur di liang telinga yang
disebabkan oleh yang tersering
adalah jamur Aspergilus dan
Pityrosporum, serta sangat
dipengaruhi oleh kelembaban.
 Gejala: rasa gatal dan rasa penuh di
telinga tengah tetapi sering pula tanpa
keluhan
 Terapi: membersihkan telinga dengan
larutan asam asetat 2-5% dalam
alkohol diteteskan ke liangtelinga. 
d. Otitis eksterna maligna
 Suatu tipe khusus dari infeksi akut
yang difus di liang telinga luar. 
 Sering terjadi pada lansia dan
penderita DM
 Gejala: gatal disertai nyeri hebat
dengan sekret yang banyak dan
pembengkakan liang telinga
 Saraf fasial dapat terkena  parese
atau paralisis fasial.
 Kelainan patologik terpenting adalah
adanya osteomelitis yang disebabkan
akibat Pseudomonas aeroginosa
 Pengobatan : dosis tinggi antibiotik
dikombinasikan dengan
aminoglikosida melalui parenteral
selama 4-6 minggu. Serta dilakukan
e. Herpes zoster otikus
 Penyakit yang disebabkan oleh
infeksi virus varicella zoster.
 Dapat mengenai saraf trigeminus,
ganglion genikulatum dan radiks
servikalis.
 = sindroma Ramsay Hunt

 Gejala : tampak lesi kulit yang


vesikuler di daerah muka sekitar liang
telinga, terkadang disertai paralisis
otot wajah, infeksi berat
menyebabkan tuli sensori-neural.
 Terapi : sesuai tatalaksana Herpes
Zoster
2. OTITIS EKSTERNA KRONIS
 terjadi karena :
 infeksi atau radang yang terjadi secara akut tidak
diobati
 pengobatan yang kurang memadai

 trauma berulang

 adanya benda asing, atau

 otitis media yang terus-menerus mengeluarkan sekret.

 Akibatnya : terjadi stenosis / penyempitan liang telinga.


 Terapinya : mengidentifikasi dan
mengobati/mengeluarkan proses penyumbatan yang
terjadi. Memerlukan operasi rekonstruksi liang telinga
KERATOSIS OBLITERANS DAN
KOLESTEATOMA EKSTERNA
 Dua kondisi yaitu keratosis obliterans dan Kolesteatoma
eksterna liang telinga dapat bermanifestasi sebagai sumbat
keratin pada liang telinga.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai