Anda di halaman 1dari 47

Fluid Therapy

Fisiologi Cairan Tubuh


Total Body Fluid
50-55%

Total Body Fluid


55-60%
Cairan Intraseluler
40%
Cairan Tubuh Cairan Interstitial
60% 15%
Cairan
Ekstraseluler 20%
Plasma 5%
• Input
• Output  urin,
pernapasan,
evaporasi kulit,
keringat, dan
feses
Keseimbanga
n Cairan
Tujuan Pemberian Cairan

 Menjaga perfusi jaringan yang baik


 Menjaga distribusi oksigen yang adekuat
 Konsentrasi elektrolit yang normal
 Normoglikemia dan pH
FLUID THERAPY

Resuscitation Maintenance

Electrolyte
Crystalloid Colloid Nutrition
s

1. Replace normal
1. Replace acute loss
loss (IWL + urine
(hemorrhage, GI + faecal)
loss, 3rd space, etc) 2. Nutrition support
Kristaloid

Hipotonis Isotonis Hipertonis Balanced


Crystalloids and colloids
Crystalloid Colloid
Intravascular persistance Poor Good
Haemodynamic stabilisation Transient Prolonged
Required infusion volume Large Moderate
Risk of tissue oedema Obvious Insignificant
Enhancement of capillary perfusion Poor Good
Risk of anaphylaxis Nil Low to moderate

Plasma colloid osmotic pressure Reduced Maintained


Cost Inexpensive Expensive
Kristaloid
Cairan Hipotonis : Infus dengan tekanan osmotik lebih rendah dari cairan tubuh
(osmolaritas dibawah 250 mOsm/L). Contoh : Aquadest, larutan 2,5% dextrose in
water

◘ Cairan Isotonik : Infus dengan tekanan yang sama seperti cairan tubuh. Cairan
ini menetap dalam cairan ekstraselluler (osmolaritas 290-310 mOsm/L). Contoh :
Normal Saline (NaCL 0,9 %), Ringer Laktat (RL), Ringer Asetat, Ringerfundin,
Glucose 5%

◘ Cairan Hipertonik : Infus dengan tekanan osmotik lebih tinggi dari plasma
darah dimana air keluar dari Intraselluler dan masuk ke dalam plasma
(osmolaritas diatas 375 mOsm/L). Contoh : NaCl 3 %, Glucose 10%, Dextrose 50
%
Koloid
Cairan yang Tinggal dalam
mengandung intravaskuler cukup
albumin dalam lama (waktu tinggal
plasma 3-6 jam )

memiliki sifat
volume yang
protein plasma
diberikan sama
sehingga cenderung
dengan volume
tidak keluar dari
darah
membran
Strategi Cairan Perioperative

 Routine Maintenance Fluid  4-2-1 rule


Strategi Cairan Perioperative

 Routine Intraoperative Fluid

Rate of fluid = CVE + Deficit + Maintenance administration


+ Loss + Third space
Analisa gas darah
Analisa Gas Darah

mengetahui kadar
perubahan gas darah
yang berkaitan
dengan fungsi
respirasi, metabolik,
dan ginjal
pH normal
7.35 – pH
35 7.45 Al >
7. i a ka 7
< em le .4
pH cid m 5
A ia
Base Excess (BE)
Jumlah asam atau basa yang
harus ditambahkan ke dalam
darah agar pHnya kembali
menjadi 7,4 dan PaCO2 BE < 0  asidosis metabolik
menjadi 40 mmHh pada
keadaan saturasi O2
maksimal dan suhu 370C

BE > 0  alkalosis metabolik


buffer

Fisiologi
asam-
basa
Renal
response ventilasi
 Buffer Bikarbonat

 Hemoglobin
Ventilasi
Anterior
Central Perubahan ion
surface of
chemoreceptor H+ di CSF
medulla

Percabangan
Perubahan
Perifer arteri karotis
PaO2, PaCO2,
kemoreseptor komunis dan
pH
arkus aorta
Reabsorbsi
HCO3-

Rena
l
Ekskresi
Produksi asam yang
Amonisa dapat
ditritrasi
Reabsorbsi HCO3
Gangguan Asam-Basa
Asidosis Respiratori

 Peningkatan PCO2 dan


penurunan pH
Buffer Hb

extracellular H + for Na
Akut + and K + from bone
and intracellular fluid

Asidosis Respiratorik Renal

Kronis Full renal compensation


Tatalaksana Asidosis Respiratorik
Pemberian natrium bikarbonat  pH < 7.1

Terapi oksigen  untuk hipoksemia, tapi harus hati-hati 


menekan usaha napas  hiperkapnia

Obat untuk meningkatkan ventilasi alveolar  bronchodilator,


reversal of narcosis, or improving lung compliance(diuresis).

Asidosis berat (pH <7.20), CO 2 narcosis, dan kelelahan otot


pernapasan  indikasi untuk untuk ventilasi mekanik
Alkalosis Respiratorik

 Penurunan PaCO2 dan


peningkatan HCO3- 
peningkatan pH
Tatalaksana Alkalosis Respiratorik

 Atasi etiologi yang mendasari.


 Dikompensasi dengan menurunkan reabsorpsi ion
bikarbonat dari ginjal dan peningkartan ekskresi
bikarbonat di urin
Alkalosis Metabolik

 Peningkatan pH, HCO3- ,


dan PaCO2
Penumpukan
HCO3--

Hipovolemi 
retensi Na dan
Inisiasi ekskresi K++ 

hipoK
Kompensas H-K
 efluks K dan
Alkalosis
influks H
Metabolik
intraselular  ↑
pH

Gagal ekskresi
Rumatan
HCO3--
Tatalaksana Alkalosis Metabolik

Status Cairan
Hipovolemia Hipervolmia

Larutan HCl dalam NaCl


Larutan NaCL isotonik IV Asetazolamide PO 250-
0,9%  0.5 x bb x
(+) KCL 375 mg 1-2x/hari
(HCO3- plasma) -24 jam
Asidosis Metabolik

 Penurunan pH akibat
produksi asam endogen
(laktat dan asam keton)
dan kehilangan HCO3-
 Asidosis metabolik
dengan anion gap
meningkat dan normal
Mekanisme

Dilusi cepat antara


Terbuangnya kompartemen
Konsumsi HCO3 -
bikarbonat melalui ekstraseluler dengan
renal atau GIT bicarbonate-free
fluid.
Anion Gap

 Anion Gap = kation terukur – anion terukur


AG = Na+ - (Cl- + HCO3-)
 Normal 8-12 mmol/L
Anion Gap Meningkat

 Disebabkan oleh peningkatan anion yang tidak terukur


atau penurunan kation yang tidak terukur (Ca, Mg, K)
 Etiologi : asidosis laktat, ketoasidosis, intoksikasi, gagal
ginjal akut atau kronis
Anion Gap Normal

 Kehilangan alkali dari GIT atau renal


 Terjadi peningkatan Cl dan dikompensasi dengan
penurunan HCO3-
Tatalaksana Asidosis Metabolik

 Peningkatan ventilasi alveolar dan sekresi ion H+ di urin


 Bila anion gap normal  berikan bikarbonat
 Pemberian bikarbonat IV bila pH > 7.1
 Ruang bikarbonat = (0,4 + (2,6 : HCO3 meq/L)) x bb (kg)
 Kebutuhan bikarbonat = rerata ru-bikar x bb x D (HCO3 -)
 Bila anion gap meningkat  diagnosis dan mengobati
penyebab mendasar untuk membuang nonvolatil acid di
sirkulasi  oxygen, resusitasi cairan, dan sirkulasi
Thank you

Anda mungkin juga menyukai