Anda di halaman 1dari 26

Farmakokinetika

Pengaturan Dosis Ganda

Nur Illiyyin Akib, S.Si., M.Si., Apt.


ABSORBSI
Obat  Oral

Tidak terionisasi atau Terionisasi atau Hidrofilik: berikatan


lipofilik terabsorbsi dan dengan protein plasma dalam
terdistribusi dalam seluruh sistem vaskular: kesetimbangan O-P
kompartemen cairan tubuh dengan O

Memberikan efek O-P Tidak memberikan efek


farmakologis farmakologis
Jalur pemberian obat:
• Oral: kecuali yang dirusak oleh enzim GI
• Suntikan iv: efek cepat (furosemid: udema
paru), pemberian kontinyu (larutan infus),
volume besar, merusak jaringan lokal
(sitotoksik).
• Suntikan im dan sc: obat dalam aquaeous
cepat diabsorbsi, ester lambat.
• Jalur lain: inhalasi, topikal, transdermal,
sublingual, bukal, rektal, dll
DISTRIBUSI
Sirkulasi Jaringan
Obat Sistemik

Efek
Farmakologis
Waktu Paro (t1/2 )
• t1/2 = waktu yang dibutuhkan sehingga konsentrasi
obat dalam darah berubah menjadi setengahnya.
• t1/2 memungkinkan untuk mengukur konstanta
kecepatan eliminasi (Kel)
Kel = 0,693/ t1/2
• Kel = fraksi obat yang terdapat dalam suatu waktu yang
tereliminasi dalam suatu satuan waktu.
Misal Kel = 0,05/menit artinya 5% dari obat dieliminasi
dalam waktu 1 menit.
Kurva Eksponensial • Kurva eksponensial
konsentrasi plasma
(Cp) terhadap
waktu (t):
Cp = Cp0 e-Kt
• Kurva eksponensial
dapat dibuat
menjadi garis lurus
menggunakan
logaritma, sehingga
Cp0 dan t1/2 dapat
ditentukan
Volume Distribusi (Vd)
• Volume yang menunjukkan distribusi obat.
Vd = dosis/Cp0
• Jika O-P besar atau obat dalam kompartemen
vaskular: Cp0 tinggi dan Vd rendah
• Tiap obat Vd-nya konstan. Kecuali patologis:
udema: cairan ekstravaskuler meningkat: Vd
obat hidrofilik akan meningkat
• Vd digunakan untuk menghitung klirens
Klirens (Cl)
• Klirens/bersihan adalah volume darah atau plasma
yang dibersihkan dari obat dalam suatu satuan
waktu.
Cl = Vd . Kel  klirens total
• Klirens menunjukkan kemampuan hati dan ginjal
untuk mengeliminasi obat.
Clt= Clm + Clr
• Klirens bisa individual: dikalikan dengan BB pasien
• Nilai klirens dapat digunakan untuk menentukan
regimen dosis.
Dosis Obat (X0)
• Konsntrasi plasma stabil (steady-state plasma
concentration = Cpss)  pemberian obat ideal.
• steady-state artinya kecepatan obat memasuki
sirkulasi = kecepatan obat keluar tubuh.
Multiple Dosing:
 Dosis ganda  memperpanjang aksi terapetik
 Cp dipertahankan dalam batas sempit  mencapai
efektivitas klinik dan tidak toksik
 Antibiotika  kadar efektif minimum  IMC
 Obat2 indeks terapi sempit  kardiotonik,
antikonvulsan, hormon.
 Kadar plasma  menentukan efek terapetika
 Parameter pengembangan aturan dosis  ukuran
dosis obat dan frekuensi pemberian obat (jarak
waktu antar dosis)
illustrates a typical plasma concentration versus time profile
following the administration of a single intravenous bolus dose of a
drug that follows first-order elimination and one-compartment
distribution.
Important definitions in multiple
dosing

• Dosage regimen.
The systematized dosage schedule for a drug therapy,
or the optimized dose (X0) and dosing interval (t) for
a specific drug.
• Drug accumulation (R).
The build up of drug in the blood/body through
sequential dosing.
Important definitions in multiple dosing
• Steady-state condition.
Steady state is achieved at a time when, under a given dosage
regimen, the mass (amount) of drug administered (for
intravenous) or absorbed (for extravascular route), is equal
to the mass (amount) of drug eliminated over a dosing
interval.
• Loading dose (DL).
A single intravenous bolus dose administered in order to
reach steady-state condition instantly.
• Maintenance dose (Dm).
The dose administered every dosing interval to maintain the
steady-state condition.
Akumulasi Obat
• Apakah dosis obat sebelumnya berpengaruh pada dosis
sebelumnya.
• Prinsip superposisi  dosis obat seblumnya tidak
mempengaruhi farmakokinetika dosis berikutnya
• Cp setelah dosis ke-2, ke-3, ke-n akan overlay pada Cp
setelah dosis ke-n
• Prinsip superposisi  memperhitungkan kurva Cp-waktu
suatu obat setelah pemberian suatu dosis tunggal  obat
tereliminasi dengan kinetika order pertama 
farmakokinetika setelah pemberian dosis tunggal tidak
berubah setelah pemakaian dosis ganda
Akumulasi Obat
• Prinsip superposisi  memperkirakan konsentrasi
obat setelah pemberian dosis ganda.
• Prinsip superposisi  tidak digunakan jika terjadi
perubhan farmakokinetika akibat perubahan
fisiologis, penjenuhan sistem pembawa, dan
induksi/inhibisi enzim
• Pemberian obat: dosis dan interval dosis yg tetap 
Cp dalam tubuh akan menaik lalu menetap pada Cp
rata-rata yang lebih tinggi daripada Cp pada dosis
awalnya.
Multiple Dosing
• Bila dosis yang sama diberikan berulang
dengan frekuensi konstan  kurva kadar Cp-t
yang plateu dan tunak.
• Keadaan tunak  Cp fluktiatif C∞maks dan C∞min
Akumulasi Obat
• Jika dosis ke-2 diberikan dalam jarak waktu
yang lebih pendek daripada waktu yg
dibutuhkan untuk mengeliminasi dosis ke-1 
obat terakumulasi.
• Jika dosis ke-2 diberikan dalam jarak waktu
yang lebih panjang daripada waktu yg
dibutuhkan untuk untuk mengeliminasi dosis
ke-1  obat tidak terakumulasi.
• Menurut Leon Shargel : Waktu yang diperlukan
untuk mencapai 90% keadaan tunak  3,3 kali
t1/2
• Sedangkan 99% konsentrasi tunak  6,6 kali t1/2
• Jarak pemberian obat yang pendek 
memperbaiki keadaan tunak.
Injeksi Intravena Berulang
• Jumlah maksimum obat dalam tubuh = Dosis
obat  D = D0 e-Kt
• τ = interval waktu pemberian (waktu antara
dosis pertama dengan dosis selanjutnya)
• Jumlah obat yang tertinggal di dalam tubuh
D = D0 e-Kτ
• Fraksi (f) dosis yang tertinggal di dalam tubuh
 f = D/D0 = e-Kτ
Contoh: Inveksi IV berulang
• Seorang pasien diberikan injeksi iv setiap 6
jam sejumlah 1.000 mg antibiotik, yang
diketahui t1/2 = 3 jam. Vd = 20 L.
1. Tentukan jumlah obat maksimum dan
minimum
2. Tentukan konsentrasi plasma obat maksimum
dan minimum
Penyelesaian
• f = e-Kτ
• K = 0,693/t1/2 = 0,693/3 = 0.231 jam-1
• f = e-(0.231)(6) = 0,25
1.000 mg diberikan sebagai D0. Pada akhir
jarak pemberian (sebelum dosis ke-2
diberikan) jumlah obat tertinggal adalah 25%
dari jumlah obat yang diberikan
• Maka dilihat dari tabel jumlah minimum adalah 333
mg dan jumlah maksimum 1.333 mg.
D0 = Dmaks – Dmin
• Dmaks = D0/1-f
• Cp pada 3 jm setelah dosis ke-2:
• Cp∞ pada 3 jam setelah dosis terakhir

Anda mungkin juga menyukai