Efek
Farmakologis
Waktu Paro (t1/2 )
• t1/2 = waktu yang dibutuhkan sehingga konsentrasi
obat dalam darah berubah menjadi setengahnya.
• t1/2 memungkinkan untuk mengukur konstanta
kecepatan eliminasi (Kel)
Kel = 0,693/ t1/2
• Kel = fraksi obat yang terdapat dalam suatu waktu yang
tereliminasi dalam suatu satuan waktu.
Misal Kel = 0,05/menit artinya 5% dari obat dieliminasi
dalam waktu 1 menit.
Kurva Eksponensial • Kurva eksponensial
konsentrasi plasma
(Cp) terhadap
waktu (t):
Cp = Cp0 e-Kt
• Kurva eksponensial
dapat dibuat
menjadi garis lurus
menggunakan
logaritma, sehingga
Cp0 dan t1/2 dapat
ditentukan
Volume Distribusi (Vd)
• Volume yang menunjukkan distribusi obat.
Vd = dosis/Cp0
• Jika O-P besar atau obat dalam kompartemen
vaskular: Cp0 tinggi dan Vd rendah
• Tiap obat Vd-nya konstan. Kecuali patologis:
udema: cairan ekstravaskuler meningkat: Vd
obat hidrofilik akan meningkat
• Vd digunakan untuk menghitung klirens
Klirens (Cl)
• Klirens/bersihan adalah volume darah atau plasma
yang dibersihkan dari obat dalam suatu satuan
waktu.
Cl = Vd . Kel klirens total
• Klirens menunjukkan kemampuan hati dan ginjal
untuk mengeliminasi obat.
Clt= Clm + Clr
• Klirens bisa individual: dikalikan dengan BB pasien
• Nilai klirens dapat digunakan untuk menentukan
regimen dosis.
Dosis Obat (X0)
• Konsntrasi plasma stabil (steady-state plasma
concentration = Cpss) pemberian obat ideal.
• steady-state artinya kecepatan obat memasuki
sirkulasi = kecepatan obat keluar tubuh.
Multiple Dosing:
Dosis ganda memperpanjang aksi terapetik
Cp dipertahankan dalam batas sempit mencapai
efektivitas klinik dan tidak toksik
Antibiotika kadar efektif minimum IMC
Obat2 indeks terapi sempit kardiotonik,
antikonvulsan, hormon.
Kadar plasma menentukan efek terapetika
Parameter pengembangan aturan dosis ukuran
dosis obat dan frekuensi pemberian obat (jarak
waktu antar dosis)
illustrates a typical plasma concentration versus time profile
following the administration of a single intravenous bolus dose of a
drug that follows first-order elimination and one-compartment
distribution.
Important definitions in multiple
dosing
• Dosage regimen.
The systematized dosage schedule for a drug therapy,
or the optimized dose (X0) and dosing interval (t) for
a specific drug.
• Drug accumulation (R).
The build up of drug in the blood/body through
sequential dosing.
Important definitions in multiple dosing
• Steady-state condition.
Steady state is achieved at a time when, under a given dosage
regimen, the mass (amount) of drug administered (for
intravenous) or absorbed (for extravascular route), is equal
to the mass (amount) of drug eliminated over a dosing
interval.
• Loading dose (DL).
A single intravenous bolus dose administered in order to
reach steady-state condition instantly.
• Maintenance dose (Dm).
The dose administered every dosing interval to maintain the
steady-state condition.
Akumulasi Obat
• Apakah dosis obat sebelumnya berpengaruh pada dosis
sebelumnya.
• Prinsip superposisi dosis obat seblumnya tidak
mempengaruhi farmakokinetika dosis berikutnya
• Cp setelah dosis ke-2, ke-3, ke-n akan overlay pada Cp
setelah dosis ke-n
• Prinsip superposisi memperhitungkan kurva Cp-waktu
suatu obat setelah pemberian suatu dosis tunggal obat
tereliminasi dengan kinetika order pertama
farmakokinetika setelah pemberian dosis tunggal tidak
berubah setelah pemakaian dosis ganda
Akumulasi Obat
• Prinsip superposisi memperkirakan konsentrasi
obat setelah pemberian dosis ganda.
• Prinsip superposisi tidak digunakan jika terjadi
perubhan farmakokinetika akibat perubahan
fisiologis, penjenuhan sistem pembawa, dan
induksi/inhibisi enzim
• Pemberian obat: dosis dan interval dosis yg tetap
Cp dalam tubuh akan menaik lalu menetap pada Cp
rata-rata yang lebih tinggi daripada Cp pada dosis
awalnya.
Multiple Dosing
• Bila dosis yang sama diberikan berulang
dengan frekuensi konstan kurva kadar Cp-t
yang plateu dan tunak.
• Keadaan tunak Cp fluktiatif C∞maks dan C∞min
Akumulasi Obat
• Jika dosis ke-2 diberikan dalam jarak waktu
yang lebih pendek daripada waktu yg
dibutuhkan untuk mengeliminasi dosis ke-1
obat terakumulasi.
• Jika dosis ke-2 diberikan dalam jarak waktu
yang lebih panjang daripada waktu yg
dibutuhkan untuk untuk mengeliminasi dosis
ke-1 obat tidak terakumulasi.
• Menurut Leon Shargel : Waktu yang diperlukan
untuk mencapai 90% keadaan tunak 3,3 kali
t1/2
• Sedangkan 99% konsentrasi tunak 6,6 kali t1/2
• Jarak pemberian obat yang pendek
memperbaiki keadaan tunak.
Injeksi Intravena Berulang
• Jumlah maksimum obat dalam tubuh = Dosis
obat D = D0 e-Kt
• τ = interval waktu pemberian (waktu antara
dosis pertama dengan dosis selanjutnya)
• Jumlah obat yang tertinggal di dalam tubuh
D = D0 e-Kτ
• Fraksi (f) dosis yang tertinggal di dalam tubuh
f = D/D0 = e-Kτ
Contoh: Inveksi IV berulang
• Seorang pasien diberikan injeksi iv setiap 6
jam sejumlah 1.000 mg antibiotik, yang
diketahui t1/2 = 3 jam. Vd = 20 L.
1. Tentukan jumlah obat maksimum dan
minimum
2. Tentukan konsentrasi plasma obat maksimum
dan minimum
Penyelesaian
• f = e-Kτ
• K = 0,693/t1/2 = 0,693/3 = 0.231 jam-1
• f = e-(0.231)(6) = 0,25
1.000 mg diberikan sebagai D0. Pada akhir
jarak pemberian (sebelum dosis ke-2
diberikan) jumlah obat tertinggal adalah 25%
dari jumlah obat yang diberikan
• Maka dilihat dari tabel jumlah minimum adalah 333
mg dan jumlah maksimum 1.333 mg.
D0 = Dmaks – Dmin
• Dmaks = D0/1-f
• Cp pada 3 jm setelah dosis ke-2:
• Cp∞ pada 3 jam setelah dosis terakhir