Anda di halaman 1dari 23

STIGMA SOSIAL PADA

PASIEN COVID -19 DAN KELUARGA


ADIANTI HANDAJANI
Konotasi negatif terhadap seseorang atau sekelompok
STIGMA
orang karena menyandang penyakit tertentu SOSIAL

Takut pd sesuatu yg belum


diketahui
Pandemi COVID-
19 – penyakit baru
Lebih mudah menghubungkan STIGMA SOSIAL +
rasa takut pd kelompok yang DISKRIMINASI (etnis, orang yg
berbeda dianggap mempunyai hub.dgn virus
COVID 19)

Terbentuk pikiran kolektif


krn ‘label negatif’
SIAPA SAJA YANG TERDAMPAK STIGMA SOSIAL?
PENYEBAB STIGMA SOSIAL

1. INFORMASI YANG BIAS


---- TIDAK SATU ARAH, TIDAK JELAS, TIDAK OTORITATIF  DIDAPAT DARI
BERBAGAI SUMBER YANG TIDAK SALING MENDUKUNG

2. KEPANIKAN MASSA
----- DIPICU OLEH INFORMASI TIDAK JELAS
----- TAKUT AKAN SESUATU INI, AKHIRNYA MEMUNCULKAN PERILAKU
PANIK
----- PERILAKU PANIK AKAN BERTAMBAH BILA PEMEGANG OTORITAS
TIDAK MENJELASKAN & TIDAK MAMPU MENGENDALIKAN MASALAH
 SHG MEMICU MUNCULNYA PENDAPAT-PENDAPAT YANG
MENGABURKAN INFORMASI
KEPANIKAN MASYARAKAT

1. Panic Buying
--- makanan, masker, sanitizer
Setelah ada korban, kepanikan diarahkan pada ;
* mereka yang merawat pasien
* meraka yang berhub.dengan daerah terdampak
* mereka yang meninggal karena virus COVID-19

2. Definisi kata yang tersampaikan di media sosial


--- social distance  jurang pemisah antara ‘kaya’ dan
‘miskin’
--- physical distance  penekanan pd ‘PASIEN’ adalah bukan
pembawa malapetaka
3. Nomenklatur pasien
---- korban no 1, dst  seharusnya penyebutan sama /
tunggal “PASIEN” (orang yang sakit dan membutuhkan
perawatan tenaga medis, shg masy.ikut peduli)
DAMPAK STIGMA SOSIAL

 1. Tidak berani melapor bila menderita gejala yang sama


---- takut didiskiminasi/ dikucilkan, diusir
*** MENYEMBUNYIKAN STATUS KESEHATAN
*** ENGGAN MEMERIKSAKAN DIRI
2. Mencegah niat seseorang melakukan perilaku sehat
3. Para penderita, menjadi potensial penyebar virus COVID-19
---- ketidakjujuran pasien saat pemeriksaan
*** pemerintah sulit dalam contact tracing
*** ORANG KABUR SAAT AKAN DIPERIKSA
4. “Jangan sampai jatuh korban-korban berikutnya”  KEPANIKAN
MASYARAKAT --- penolakan jenasah, kost, dll.
5. Dampak psikologis
PENCEGAHAN DAN CARA MENGATASI

1. Menggunakan nama yang benar Co (rona) Vi (rus) D (isease) (20) 19


Bukan virus Wuhan, virus China atau Flu Asia (pandangan negatif etnis)
2. Tidak menyebut orang yang terjangkit COVID-19, korban atau
penderita, tetapi PASIEN
3. Menghindari melabel orang, etnis atau daerah tertentu sebagai
‘penyebab’ atau ‘penyebar’ COVID-19
4. Memberi dukungan bagi yang terdampak (pasien, keluarga,
masyarakat sekitar)
5. Tidak mengulang, membagikan gosip tidak jelas, kabar bohong,
narasi siaran kebencian terhadap seseorang, kelompok, etnis,
daerah ttt.
6. Stigma, karena ketakutan. Ketakutan, karena ketidaktahuan. Lawan
dengan informasi tepat & sumber yang benar
7. Menyebarkan berita baik (kesembuhan, cara pencegahan praktis &
tepat, cara mengamankan diri & keluarga dari transmisi, kisah
perjuangan Nakes)
8. Membagikan fakta dan informasi akurat berdasarkan data instansi
resmi yang berwenang (contoh WHO, Kemenkes RI)
CARA MELAWAN STIGMA SOSIAL (individu)

 Bersikap tenang – sangat membantu upaya menghentikan penyebaran COVID-19


dan dapat mencegah kekacauan massal, paranoid, kerusuhan sosial
 Memahami COVID-19  adopsi langkah-langkah praktis dan efektif  bisa
menjaga diri sendiri dan menjaga orang yang dicintai tetap aman
 Membangun kepercayaan pada sarana yankes
 Empati pada mereka yang terdampak
 Menghilangkan mitos tentang Covid-19
*** Novel Corona Virus (2019-nCoV) dapat menular melalui buah impor
*** Virus dapat menular melalui udara di ruang terbuka
*** Virus tidak bisa menular di udara tropik
*** Video korban yang tiba-tiba jatuh pingsan di jalan karena tertular
virus corona
*** Virus bisa ditularkan melalui pandangan mata
*** Virus bisa ditularkan melalui sinyal telepon
*** Video orang yang menunjukkan orang tertular setelah minum sup
kelelawar
*** Minum alkohol bisa menyembuhkan infeksi virus corona
*** Virus tersebar akibat kebocoran laboratorium di Wuhan
TANDA – TANDA KECEMASAN

 Kecemasan dan stres >>>  mengganggu fungsi sehari-hari 


menimbulkan penderitaan  INDIKASI GANGGUAN CEMAS

 FISIK : jantung berdebar, napas pendek, sulit tidur atau menjaga


tidur, waktu tidur kurang atau berlebih, mual, kembung, diare,
kepala pusing atau terasa berat, kulit gatal, hingga otot tegang

 MENTAL : perasaan cemas, khawatir, panik berlebih, mudah marah,


tegang, pikiran kosong, ketakutan pada kematian, khawatir
kehilangan kontrol diri, atau takut tidak mendapat pertolongan saat
sakit

 PEMERIKSAAN PENUNJANG : DBN


CARA MENGURANGI KEPANIKAN (MANDIRI)

 Mengurangi menonton, membaca, atau mendengarkan berita


 Mencari informasi dari sumber terpercaya untuk mengambil langkah-langkah praktis dalam
mrencanakan perlindungan diri kita dan orang-orang tercinta
 Mencari pembaruan informasi hanya pada waktu tertentu di siang hari (1 – 2 kali kali saja
(situs website terpercaya)
 Mencari fakta dari sebuah informasi yang salah
 Mengikuti kisah orang yang telah sembuh atau perjuangan seseorang yang mendukung orang
lain (pasien Covid-19)
 Mengikuti kisah perjuangan petugas sebagai garda kesehatan terdepan
 Tetap produktif dan menjalankan rutinitas seperti biasa atau membuat rutinitas baru
 Melakukan HOBI yang MENYENANGKAN
 Olahraga penenangan pikiran (yoga, senam pernafasan), meditasi
 Makan makanan seimbang dan tidur tepat waktu
 Tetap berhubungan dengan keluarga & teman (medsos)
 Ada kedewasaan sebagai pengguna medsos
*** Mendekatkan diri pada TUHAN
TENAGA KESEHATAN

• Tetap menjaga diri dan berkomunikasi dengan orang terdekat, mengingat


tenaga kesehatan bisa mendapatkan stigma dari masyarakat karena paling
rentan terpapar COVID-19

• Dapat menjaga kondisi mental dengan pengendalian stres dan tidak malu
untuk merasa stres dan cemas
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai