ٱ ٱ ٥٦ ونِ َو َما َخلَ ۡق ُت لۡ ِج َّن َو َنس اَّل ِل َي ۡع ُب ُد • “Dan aku tidak menciptakan ِإۡل ِإjin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” • Ibadah adalah sesuatu yang diperintahkan Allah SWT, bukan karena adanya keberlangsungan tradisi sebelumnya, juga bukan karena tuntutan logika, atau akal manusia. 1. Ibadah adalah tujuan hidup kita. 2. Hakikat ibadah itu adalah melaksanakan apa yang Allah cintai dan ridhai dengan penuh ketundukan dan kerendahan diri kepadaNya. 3. Ibadah akan terwujud dengan cara melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya 4. Cinta, maksudnya cinta kepada Allah dan Rasul-Nya yang mengandung makna mendahulukan kehendak Allah dan Rasul-Nya atas yang lainnya. Adapun tanda-tandanya: mengikuti sunah Rasulullah saw. 5. Jihad di jalan Allah (berusaha sekuat tenaga untuk meraih segalasesuatu yang dicintai Allah). 6. Takut, maksudnya tidak merasakan sedikitpun ketakutan kepada segala bentuk dan jenis makhluk melebihi ketakutannya kepada Allah SWT. Ibadah Mahdhah dan Ghairu Mahdhah • Ibadah mahdhah (Khas) ibadah terkait penghambaan yang murni hanya merupakan hubungan antara hamba dengan Allah secara langsung • Ibadah ghairu mahdhah (‘Am) ibadah yang di samping sebagai hubungan hamba dengan Allah juga merupakan hubungan atau interaksi antara hamba dengan makhluk lainnya. Prinsip Ibadah Mahdhah
1. Keberadaannya harus berdasarkan
adanya dalil perintah, baik dari al-Qur’an maupun as- Sunnah tidak boleh ditetapkan oleh akal atau logika keberadaannya. 2. Tata caranya harus berpola kepada contoh Rasul SAW 3. Bersifat supra rasional (di atas jangkauan akal) ibadah bentuk ini bukan ukuran logika, karena bukan wilayah akal, melainkan wilayah wahyu, akal hanya berfungsi memahami rahasia dibaliknya yang disebut hikmah. 4. Azasnya “taat”, yang dituntut dalam melaksanakan ibadah ini adalah kepatuhan atau ketaatan. Prinsip Ibadah Ghairu Mahdhah 1. Keberadaannya didasarkan atas tidak adanya dalil yang melarang. Selama Allah dan Rasul-Nya tidak melarang maka ibadah bentuk ini boleh diselenggarakan. 2. Tatalaksananya tidak perlu berpola kepada contoh Rasul, karenanya dalam ibadah bentuk umum ini tidak dikenal istilah “bid’ah”. 3. Bersifat rasional, ibadah bentuk ini baik- buruknya, atau untung-ruginya, manfaat atau madharatnya, dapat ditentukan oleh akal atau logika. Sehingga jika menurut logika sehat, buruk, merugikan, dan madharat, maka tidak boleh dilaksanakan. 4. Azasnya “Manfaat”, selama itu bermanfaat, maka selama itu boleh dilakukan. Fungsi Ibadah
1. Mewujudkan hubungan antara hamba
dengan Tuhannya. 2. Mendidik mental dan menjadikan manusia ingat akan kewajibannya. 3. Melatih diri untuk berdisiplin Hubungan Aqidah dan Ibadah 1. Ibadah adalah hasil daripada aqidah yaitu keimanan terhadap Allah sebenarnya yang telah membawa manusia untuk beribadat kepada Allah SWT. 2. Aqidah adalah asas penerimaan ibadah yaitu tanpa aqidah perbuatan seseorang manusia bagaimana baik pun tidak akan diterima oleh Allah SWT. 3. Aqidah merupakan tenaga penggerak yang mendorong manusia melakukan ibadat serta menghadapi segala cabaran dan rintangan.