Anda di halaman 1dari 63

Unit Sedimentasi

Ali Masduqi
masduqi@its.ac.id

Unit Operasi Teknik Lingkungan


Unit Operations in Environmental Engineering (RE141335)
Program S1 Teknik Lingkungan

ftslk fakultas teknik sipil, lingkungan, dan kebumian – ITS surabaya


http://www.ftsp.its.ac.id
1
Unit sedimentasi:
• grit chamber
• prasedimentasi
• sedimentasi/clarifier
• thickening

ftslk
2
Tujuan
• Sedimentasi: pemisahan solid-liquid
menggunakan pengendapan secara
gravitasi untuk menyisihkan suspended
solid

ftslk
Sedimentasi pada Pengolahan Air
• Prasedimentasi (sedimentasi I)
Teori sedimentasi yang dipergunakan dalam aplikasi pada bak
prasedimentasi adalah teori sedimentasi tipe I karena teori ini
mengemukakan bahwa pengendapan partikel berlangsung
secara individu (masing-masing partikel, diskret).
• Sedimentasi II
Teori sedimentasi yang dipergunakan dalam aplikasi pada bak
sedimentasi II adalah teori sedimentasi tipe II karena teori ini
mengemukakan bahwa pengendapan partikel berlangsung
akibat adanya interaksi antar partikel (flok hasil koagulasi-
flokulasi).
ftslk
4
Aplikasi Sedimentasi pada PAL
• pengendapan partikel diskret, kasar, grit yang
terbawa air limbah
• pengendapan lumpur biomassa yang
merupakan hasil proses biologis
• pengendapan presipitat pada penyisihan
fosfat dalam proses presipitasi
• pengendapan flok hasil koagulasi-flokulasi

ftslk
Bentuk tangki sedimentasi
• segi empat (rectangular)

• lingkaran (circular) - center feed

• lingkaran (circular) - periferal feed

ftslk
Typical Dimensions of Sedimentation Tanks

______________________________________________________
Description Dimensions
Range Typical
______________________________________________________
Rectangular
Depth, m 3‑5 3.5
Length, m 15‑90 25‑40
Width, m 3‑24 6‑10
Circular
Diameter, m 4‑60 12‑45
Depth, m 3‑5 4.5

Bottom Slope, mm/m 60‑160 80


ftslk
______________________________________________________
TIPE SEDIMENTASI ‫أنواع الترسيب‬
Settling tipe I: pengendapan partikel diskrit,partikel
mengendap secara individual dan tidak ada interaksi
antar-partikel
Settling tipe II: pengendapan partikel flokulen,
terjadi interaksi antar-partikel sehingga ukuran
meningkat dan kecepatan pengendapan bertambah
Settling tipe III: pengendapan pada proses biologis,
dimana gaya antar-partikel saling menahan partikel
lainnya untuk mengendap
ftslk
Settling tipe IV: terjadi pemampatan partikel yang
telah mengendap yang terjadi karena berat partikel
Classification of Suspended Particles‫تصنيف‬
‫الحبيبات العالقة بالماء‬
Suspended particles in water and wastewater have been
categorized into three general classes:
1 ‑ Discrete particles ‫ الحبيبات المنفردة‬: Particles that will not readily
flocculate, independent, settling rate is independent of
concentration, and flow rate is critical. Examples of discrete
particles are sand, gravel washing, and silt.
2 ‑ Flocculent particles ‫ الحبيبات المتلبدة‬: Particles with relatively low
concentration, possible aggloromation, and their settling is
highly affected by detention time and flow rate.
3 ‑ Hindered particles ‫ الحبيبات عالية التركيز أوالمضغوطة‬: Particles with
high suspended concentrations (as in sludge thickening), their
settling is affected by mixing and the duration of detention
time.

ftslk
Air jernih

Kedalaman
Partikel diskret

Partikel flokulen

Pertikel tertahan

Kompresi

Waktu
Panjang

Permukaan air

Zona pengendapan

H efektif
Kedalaman air, H

Vh Vh
Zona inlet

Vt

Zona outlet
Vi
Vh Vi<Vt
H efektif

Vi

Zona lumpur

16
Overflow Rate, Qovr = Q/A

Q
Area A

ftslk
Solids Loading Rate, SLR = (Q*C)/A

Q*C
Area A

ftslk
PENGENDAPAN TIPE I
GAYA YANG BEKERJA PADA PARTIKEL DI AIR
 
GAYA IMPELLING:
FI = FG - FB =mg - mw g = (S - ) g V
FI = gaya impelling
s = densitas massa partikel
 = densitas massa liquid
V = volume partikel
g = percepatan gravitasi

GAYA DRAG:
FD = CD Ac  (vs2/2)
FD = gaya drag
CD = koef. Drag

ftslk
Ac = luas potongan melintang partikel
Vs = kecepatan pengendapan
GAYA IMPELLING = GAYA DRAG
(S - ) g V = CD Ac  (vs2/2)

2 g  ρs  ρ  V
vs   
C D  ρ  Ac

bila V/Ac = (2/3) d, maka:


4g  ρs  ρ 
vs   d
3C D  ρ 
ftslk
Drag Coefficient:
Equations
4 g  s   
General Equation vs  d
3 CD 
vs d
N Re 

g
Laminar flow NRe < 1 CD 
24 vs   s   d 2
N Re 18

24 3
Transitional flow 1 < NRe < 10
4 CD   1/ 2
 0.34
N Re N Re

g  s   d
Fully turbulent flow NRe > 10
4 C D  0.4 vs 
0.3 
Graphical Solution to Settling Velocity
Contoh Soal
‫ت&&&دريبة‬

• Hitung kecepatan pengendapan partikel


berdiameter 0,05 cm dan specific gravity
2,65 pada air dengan temperatur 20oC.

ftslk
Penyelesaian
1. Asumsikan pola aliran laminer, gunakan persamaan Stoke’s
dengan  = 998,2 kg/m3 dan  = 1,002 10-3 N.detik/m2 pada
temperatur air 20oC.vs  9,81
(2650  998,2) * 0,00052  0,22 m/detik
18 *1,002x10 -3
998,2.0,0005.0,22
2. Cek bilangan Reynold: N Re  3
 112
1,002 x10
 transisi 24 3
CD   0 ,5
 0,34  0,84
3. Hitung nilai CD: 112 112

4. Hitung kecepatan pengendapan 4 * 9,81  2650  998,2 


vs   0,0005  0,11 m/detik
3 * 0,84  998,2 

5. Ulangi langkah 2, 3, dan 4 hingga diperoleh kecepatan


pengendapan yang relatif sama dengan perhitungan sebelumnya
(metoda iterasi).
ftslk
6. Hasil akhirnya adalah NRe = 55, CD = 1,18, dan vs = 0,10 m/detik.
COLUMN SETTLING TEST
• BESARNYA PARTIKEL YANG MENGENDAP DIUJI
DENGAN COLUMN SETTLING TEST
• Vo = H/t

ftslk
• Besarnya fraksi pengendapan partikel total
dihitung dengan:
  1
F o

RT  ( 1  Fo ) 
Vo  VdF
0

 (1-F
1 o
) = fraksi partikel dg. kecepatan > Vo
Fo

Vo  VdF
0
= fraksi partikel dg. kecepatan < Vo
ftslk
vl

vs<vo
h
vl
vl
vl
vs>vo
vs<vo vo=vs

l
Statement Penting !!
• Partikel yang mempunyai kecepatan
pengendapan lebih besar dari Vo, maka 100%
akan mengendap dalam waktu yang sama.
• Partikel yang mempunyai kecepatan
pengendapan lebih kecil dari Vo, maka tidak
semua akan mengendap dalam waktu yang
sama.

ftslk
Contoh Soal
• Suatu kolom pengendapan setinggi 150 cm dipakai
untuk mengendapkan partikel diskret. Pada kedalaman
120 cm terdapat titik sampling untuk mengambil
sampel pada waktu tertentu. Data tes yang diperoleh
adalah sebagai berikut:
Waktu (menit) 0,5 1,0 2,0 4,0 6,0 8,0
Kadar TSS (mg/L) 336 288 222 114 30 12

 TSS awal = 600 mg/L


• Berapakah % total removal / pemisahan partikel diskret
ftslk
pada over flow rate 0,025 m3/detik-m2 ?
Penyelesaian
1. Hitung kecepatan pengendapan tiap pengambilan sampel dengan rumus:
h/t
h = kedalaman titik sampling (120 cm)
t = waktu pengendapan (waktu pengambilan sampel)

Waktu (menit) 0,5 1,0 2,0 4,0 6,0 8,0


Kecepatan pengendapan
0,04 0,02 0,01 0,005 0,003 0,002
(m/detik)
Kadar TSS (mg/L) 336 288 222 114 30 12
Fraksi konsentrasi
0,56 0,48 0,37 0,19 0,05 0,02
partikel (TSS) tersisa

ftslk
2. Plot: Fraksi tersisa VS Kecepatan
Fraksi tersisa

1
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05

Kecepatan pengendapan (m/detik)

ftslk
3. Hitung total removal pada kecepatan
pengendapan 0,025 m/detik dengan persamaan:
F
1 o
R  (1 Fo )  
Vo 0
VdF
Vo = 0,025 m/detik
Fo = fraksi partikel pada Vo
Fo

 VdF = luasan di atas kurva antara 0 hingga Fo


0

a. Cari Fo dari Vo yang diketahui


ftslk
1
0,9
0,8
0,7 Fo = 0,51
Fraksi tersisa
0,6
0,5
0,4
0,3
Vo = 0,025
0,2
0,1
0
0 0,01 0,02 0,03 0,04 0,05
Kecepatan pengendapan (m/detik)

1
b. Cari luas daerah di atas kurva. 0,9
0,8
Kurva dibagi menjadi beberapa 0,7 Fo = 0,51

Fraksi tersisa
segmen dan dibuat dalam 0,6
0,5
bentuk segi empat 0,4
0,3
Vo = 0,025
0,2
0,1

ftslk 0
0 0,01 0,02 0,03 0,04 0,05
Kecepatan pengendapan (m/detik)
c. Hitung luas daerah di atas kurva sebagai berikut:
dF V V dF
0,04 0,002 0,00008
0,04 0,0025 0,0001
0,08 0,003 0,00024
0,08 0,005 0,0004
0,08 0,0075 0,0006
0,08 0,01 0,0008
0,06 0,014 0,00084
0,05 0,019 0,00095
 V dF = 0,00401

 V dF =  V dF = 0,00401
d. Jadi penyisihan total adalah:
ftslk
R = 0,6504 ~ 65%
SEDIMENTASI TIPE II

ftsp
39 06/20/2020
• Pengendapan tipe II adalah pengendapan
partikel flokulen dalam suspensi, di mana
selama pengendapan terjadi saling interaksi
antar partikel.
•  Kecepatan pengendapan partikel tidak bisa
ditentukan dengan pers. Stoke's karena
ukuran dan kecepatan pengendapan tidak
tetap.
ftslk
• Besarnya partikel yang mengendap diuji
dengan column settling test dengan multiple
withdrawal ports

Sampling point / port


H

ftslk
• Sampling dilakukan pada setiap port pada
interval waktu tertentu, dan data REMOVAL
(penyisihan) partikel diplot pada grafik

H Sampling point / port


H (kedalaman)

ftslk
Waktu
• Tentukan waktu untuk mencari total removal
Keterangan gambar:

H3 H1 : kedalaman di antara RB dan RC


H H2 : kedalaman di antara RC dan RD

H3 : kedalaman di antara RD dan RE


H2

RB

H1 RD
RE
RA
RC
ftslk
Waktu
Total Removal:

H1 H2 H3
RT  RB  ( RC  RB )  ( RD  RC )  ( RE  RD )
H H H

Tentukan waktu (yang lain) untuk mencari total removal


pada waktu tersebut (Ulangi langkah di atas dua kali)

Buat grafik hubungan total removal dengan waktu


pengendapan
 
ftslk
Buat grafik hubungan total removal dengan overflow rate
Contoh Soal
Uji laboratorium dilakukan terhadap air sungai (TSS 350 mg/l) dengan kolom
pengendapan berdiameter 20 cm dan tinggi 300 cm. Pada setiap 60 cm terdapat
port (sampling point). Hasil tes kolom adalah sebagai berikut:
Kedalaman Waktu (menit)
(cm) 10 20 30 45 60 90

60 240 170 125 100 50 40


120 270 195 165 150 110 60
180 275 250 215 160 135 90
240 285 240 225 190 155 125
300 >350 >350 >350 >350 >350 >350
• Keterangan: Hasil tes yang tercatat pada tabel tersebut adalah kadar SS dalam
mg/l
Tentukan :
• Waktu detensi dan surface loading agar diperoleh 65 % pengendapan
ftslk
• Bila hasil percobaan digunakan untuk disain bak dengan debit 7500 m3/hari,
hitung diameter dan kedalaman bak
Penyelesaian
• Ubah data laboratorium menjadi % removal:
SSawal  SSt
%removal 
SSawal

Kedalaman Waktu (menit)


(cm) 10 20 30 45 60 90

60 31 51 64 71 86 89
120 23 44 53 57 69 83
180 21 29 39 54 61 74
240 19 31 36 46 56 64
300 ~ ~ ~ ~ ~ ~

Keterangan: ~ pada kedalaman 300 cm, terjadi


ftslk
akumulasi lumpur.
• Plot tabel di atas sehingga membentuk grafik
isoremoval:

31 51 64 71 86 89

23 44 53 57 69 83

21 29 39 54 61 74

19 31 36 46 56 64

ftslk
• Ambil waktu tertentu dan hitung penyisihan total
pada waktu tersebut. Misal t = 16 menit
205 85 50 40 20
RT  20  (30  20 )  (40  30 )  (50  40 )  (60  50 )  (70  60 )
300 300 300 300 300
= 33,3 %

• Dengan cara yang sama , tentukan removal total


pada t (waktu) yang lain, misal: 25, 40, 55, dan 80
menit. Hasilnya adalah:
Waktu (menit) % RT
16 33,3
25 43,3

ftslk 40
55
51,2
61,0
80 67,7
• Plot hubungan % RT VS t
80
70
60
50
% RT

40
30
20
10
0
0 20 40 60 80 100
Waktu (menit)

Untuk mendapatkan 65% pengendapan, diperlukan


waktu 64 menit (lihat gambar di atas).
ftslk
• Hitung surface loading (overflow rate) pada
waktu-waktu di atas dengan rumus SL = H/t, di
mana SL adalah surface loading, H adalah tinggi
kolom, dan t adalah waktu yang dipilih.
Surface loading
Waktu (menit) % RT
(m3/hari-m2)
16 270 33,3
25 172,8 43,3
40 108 51,2
55 78,5 61,0
80 54 67,7

•ftslk
Plot hubungan % RT VS surface loading
• Plot hubungan % RT VS surface loading
80
70
60
50
% RT

40
30
20
10
0
0 50 100 150 200 250 300
Surface loading (m 3/hari-m 2)

• Surface loading yang diperlukan untuk


menghasilkan pengendapan 65% adalah 62
ftslk
m3/hari-m2.
• Berdasarkan pengolahan data dari hasil percobaan diperoleh:
– td = 64 menit
– Vo = 62 m3/hari-m2
• Untuk disain, nilai dari hasil percobaan dikalikan dengan faktor
scale up.
Jadi: td = 64 menit x 1,75 = 112 menit
Vo = 62 m3/hari-m2 x 0,65 = 40,3 m3/hari-m2
• Luas permukaan bak
AS = Q/Vo = (7500 m3/hari)/ 40,3 m3/hari-m2 = 186 m2
Bila bak berbentuk lingkaran, maka diameternya adalah 15,4 m
Kedalaman bak = Volume bak / luas permukaan
= td. Q / A
= (112 menit x 7500 m3/hari) / 186 m2 x 1hari/1440 menit
= 3,14 meter
ftslk
SEDIMENTASI TIPE III DAN IV

ftsp
53 06/20/2020
• Sedimentasi tipe III adalah pengendapan partikel
dengan konsentrasi yang lebih pekat, antar partikel
secara bersama-sama saling menahan pengendapan
partikel lain di sekitarnya (pengendapan terjadi
secara bersama-sama sebagai sebuah zona dengan
kecepatan yang konstan)
• Sedimentasi tipe IV merupakan kelanjutan dari
sedimentasi tipe III, terjadi pemampatan (kompresi)
massa partikel hingga diperoleh konsentrasi lumpur
ftslk
yang tinggi.
54
• Sebagai contoh sedimentasi tipe III dan IV ini
adalah pengendapan lumpur biomassa pada
final clarifier setelah proses lumpur aktif

ftslk
55
Percobaan Laboratorium

ftslk
56
Pengolahan Data
• Tentukan slope pada zona III (slope=kec. pengendapan, V o)
• Perpanjang garis lurus dari zona III dan zona IV
• Tentukan titik pertemuan garis dari zona III dan zona IV, tentukan titik
pusat lengkungan, dan buat garis singgung
• Dengan mengetahui konsentrasi lumpur awal (Co), tinggi lumpur awal
(Ho), dan konsentrasi disain underflow (Cu), tentukan tinggi lumpur
underflow Hu.
• Co Ho = Cu Hu
• Underflow adalah lumpur hasil akhir pengendapan yang siap
disirkulasikan ke reaktor lumpur aktif.
• Buat garis horisantal dari Hu hingga memotong garis singgung, maka

ftslk
diketahui tu (waktu yang diperlukan untuk mencapai konsentrasi Cu).

57
ftslk
58
Setelah pengolahan data tersebut, parameter yang diperoleh dapat
digunakan untuk mendisain bak pengendap lumpur biomassa, yaitu:
• Luas permukaan yang diperlukan untuk thickening, At dengan
menggunakan persamaan:
At = 1,5 (Q+QR) tu/Ho
• Luas permukaan yang diperlukan untuk klarifikasi (sedimentasi), Ac
dengan menggunakan persamaan:
Ac = 2,0 Q/Vo
di mana:
• Q = debit rata-rata harian sebelum resirkulasi, m3/detik
• QR = debit resirkulasi, m3/detik
ftslk
59
APLIKASI

ftsp
60 60 06/20/2020
Aplikasi Sedimentasi pada PAM
• pengendapan air permukaan untuk penyisihan
partikel diskret
• pengendapan flok hasil koagulasi-flokulasi,
khususnya sebelum disaring dengan filter pasir
cepat
• pengendapan lumpur hasil pembubuhan soda-
kapur pada proses penurunan kesadahan
• pengendapan presipitat pada penyisihan besi
dan mangan dengan oksidasi
ftslk
Sedimentasi pada Pengolahan Air Limbah
• Grit chamber
Teori sedimentasi yang dipergunakan dalam aplikasi pada grit
chamber adalah teori sedimentasi tipe I karena teori ini
mengemukakan bahwa pengendapan partikel berlangsung
secara individu (masing-masing partikel, diskret).
• Prasedimentasi
Teori sedimentasi yang dipergunakan dalam aplikasi pada bak
prasedimentasi adalah teori sedimentasi tipe II, karena
lumpur yang terdapat dalam air limbah tidak lagi bersifat
diskret (mengingat kandungan komponen lain dalam air
limbah, sehingga telah terjadi proses presipitasi).
• Final clarifier
Teori sedimentasi yang dipergunakan dalam aplikasi pada bak
ftslk
sedimentasi II adalah teori sedimentasi tipe III dan IV karena
pengendapan biomassa dalam jangka waktu yang lama akan
62 menyebabkan terjadinya pemampatan (kompresi).
Program S1 Teknik Lingkungan – ITS surabaya
http://enviro.its.ac.id

Anda mungkin juga menyukai