Anda di halaman 1dari 35

Otitis

Media
Supuratif
Kronik
INGGID LINGGAR

20194010091
SKENARIO KASUS
IDENTITAS KELUHAN

•Nama : Ny. N Keluar cairan dari telinga kiri

•Usia : 35 tahun
•Alamat : Bantul
•Pekerjaan : wiraswasta
•Status : menikah
•Pendidikan : SMA
ANAMNESIS
KELUHAN UTAMA
Keluar cairan dari telinga kiri
Riwayat penyakit sekarang:
Pasien datang di fasilitas pelayanan kesehatan primer dengan keluhan utama muncul cairan dari telinga
kiri sejak 1 minggu yang lalu. Cairan berwarna kuning, kental, dan berbau, namun tidak menyengat.
Keluhan dirasakan berulang setidaknya 2 kali dalam 3 bulan terakhir. Sebelumnya 10 hari yang lalu pasien
mengalami demam, batuk, pilek, dan nyeri telan, pasien juga sering merasa telinga berdengung dan nyeri
serta pendengaran berkurang selama keluhan ini muncul. Pasien belum melakukan pengobatan sebelumnya.
Pasien menyangkal riwayat kemasukan benda asing, trauma, maupun kebiasaan mengorek telinga.
ANAMNESIS
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengalami hal serupa beberapa minggu yang lalu dalam 2 bulan terakhir. Riwayat ISPA (+), Riwayat
alergi, asma, dan hipertensi disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga tidak ada yang mengalami sakit serupa, riwayat ISPA, alergi, asma, dan hipertensi disangkal.
Riwayat Sosial Ekonomi
Seorang wiraswasta tinggal bersama anak dan suami dengan kesan ekonomi cukup, suami dan os tidak
merokok
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Umum Kepala dan Leher
Keadaan Umum: baik, tampak sakit ringan Kepala: normocephal
Kesadaran : compos mentis Wajah: simetris
Berat badan: 64 kg Leher anterior: KGB tidak tampak dan tidak teraba membesar
Tanda-tanda vital Leher posterior: KGB tidak tampak dan tidak teraba membesar
• TD: 120/80
• Nadi: 98x/m regular
• RR: 20x/m
• Suhu: 36.5 C
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Khusus Telinga
Dextra Sinistra
Aurikula Normal, nyeri tekan(-), benjolan(-), lesi kulit (-) Normal, nyeri tekan(-), benjokan(-), lesi
kulit(-)
Preaurikula Tragus pain(-), hiperemis(-), abses(-) Tragus pain(-), hiperemis(-), abses(-)
Retroaurikula Nyeri tekan(-), hiperemis(-), edema(-) Nyeri tekan(-), hiperemis(-), edema(-)
Mastoid Nyeri tekan(-) Nyeri tekan(-)
CEA Discharge(-), serumen(-), hiperemis(-), Discharge(+) warna kuning kental
edema(-), corpus alienum(-) berbau tapi tidak menyengat, serumen(-),
hiperemis(-), edema(-), corpus alienum(-)
Membran Timpani
- Perforasi intak (+) sentral, bulat, tepi rata, dan menebal
- Cone of Light (+) arah jarum jam 5 (-)
- Warna Putih keabuan Doff
- Bentuk Cekung (-)
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Khusus Telinga

Test Garpu Tala


- Test Rinne: AS(bone conduction > air conduction), AD(air conduction > bone conduction)
- Test Webber: Lateralisasi ke Auricula Sinistra
- Test Schwabach: AS memanjang, AD sama dengan pemeriksa

KESAN: Conductive Hearing Loss Auricula Sinistra


PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Khusus Hidung

Test aplikasi Efedrin 1%


Positif konka inferior sinistra dan dekstra tidak mengecil
Kesan terdapat hipertrofi konka inferior bilateral
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Khusus Orofaring
Tonsil
Oral: dapat membuka mulut dengan baik
Mucosa buccal: warna merah muda
Ginggiva: warna merah muda
Lidah 2/3 anterior: warna merah muda
Pallatum durum: warna merah muda
Pallatum mole: warna merah muda
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium darah rutin
2. Audiometri
3. X-ray Mastoid
4. Kultur sensitifitas test bila perlu
Diagnosis Banding
1. Otitis Media Supuratif Kronik tipe Benigna
2. Otitis Media Supuratif Kronik tipe Maligna
3. Otitis Media Akut dengan Perforasi
4. Otitis Eksterna

Diagnosis: Otitis Media Supuratif Kronik tipe Benigna


Tatalaksana
Konservatif
Aural Toilet, pembersihan liang telinga dan kavum timpani
- Aural toilet secara kering dengan kapas lidi steril hingga telinga kering
- Aural toilet secara basah dengan menggunakan spuit NaCl 0.9% kemudian dengan kapas lidi steril

Medikamentosa
- ciprofloxacin 2dd gtt II auricula sinistra setelah dicuci
- amoxiclav 625 mg / 8 jam, selama 7 hari

Edukasi
Pasien di edukasi untuk menjaga kebersihan lingkungan dan tubuh terutama telinga. Lingkungan yang kotor
dan lembab dapat menjadi faktor risiko. Makan makanan bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
Otitis
Media
Supuratif
Kronik
Anatomi telinga
Definisi
Otitis media supuratif kronik adalah peradangan kronik telinga tengah
dengan perforasi membran timpani dan riwayat keluarnya sekret dari telinga
lebih dari dua bulan, baik terus-menerus maupun hilang timbul.
OMSK dibedakan menurut lokasi perforasi membran timpani menjadi
OMSK benigna dan OMSK maligna. Pada OMSK benigna perforasi terjadi
pada bagian sentral membran timpani dan pada OMSK maligna perforasi terjadi
pada bagian attic/pars tensa.
Epidemiologi
Prevalensi otitis media supuratif kronis (OMSK) di seluruh dunia yaitu sekitar 65-330 juta
orang, terutama di negara berkembang, dimana 39-200 juta orang (60%) menderita penurunan
fungsi pendengaran secara signifikan.
Prevalensi OMSK pada daerah pedesaan adalah 27/1000 atau 2.7% dan pada daerah
perkotaan prevalensinya lebih rendah yaitu 7/1000 anak atau 0.7%. Prevalensi otitis media
kronis tertinggi di Indonesia adalah Bali dan Bandung dibandingkan dengan daerah lainnya di
Indonesia. Otitis media kronis aktif tertinggi ditemukan pada pedesaan Bali usia 10-12 tahun
sebanyak 23.5 per 1000 anak. 
Etiologi
1. Infeksi, tersering dikarenakan bakteri: (Pseudomonas aeruginosa 43.2%, S.aureus 39.2%,
Streptococcus pyogenes, Proteus mirabilis, Klebsiella species) maupun bersifat anaerob
(Bacteriocides, Peptostreptococcus, Propionibacterium).

2. Faktor lingkungan, prevalensi OMSK pada beberapa negara dipengaruhi oleh kondisi sosial,
ekonomi, tempat tinggal yang padat, dan kebersihan yang buruk.

3. Riwayat otitis sebelumnya, merupakan kelanjutan dari otitis media akut / otitis media dengan
perforasi yang gagal mengalami fase resolusi akibat dari tidak diberi penanganan yang baik.

4. Riwayat Infeksi Saluran Pernapasan Atas


Gejala Klinik
1. otorea: umumnya otore bersifat purulen (kental, putih) atau mukoid (encer). Sekret yang mukoid di
hasilkan oleh aktifitas kelenjar di telinga tengah dan mastoid.

2. gangguan pendengaran, sering terjadi tuli kondusif ataupun tuli campur, diakibarkan karena besar
dan letak perforasi pada membran timpani

3. otalgia atau nyeri telinga, Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya drainase pus.
Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret, terpaparnya
durameter atau dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan abses otak.
Patofisiologi
OMSK ditandai dengan keadaan patologis yaitu inflamasi yang ireversibel di telinga tengah dan mastoid.
Disfungsi tuba Eustachius memegang peranan penting pada otitis media akut dan otitis media kronis.
Kontraksi muskulus veli palatini menyebabkan tuba Eustachius membuka selama proses menelan dan pada
kondisi fisiologik tertentu, mengalirkan sekret dari telinga tengah ke nasofaring, mencegah sekret dari
nasofaring refluks ke telinga tengah dan menyeimbangkan tekanan antara telinga tengah dengan lingkungan
luar (Chole & Nason 2009).
Bila bakteri memasuki telinga tengah melalui nasofaring atau defek membran timpani, terjadi replikasi
bakteri di dalam efusi serosa. Hal ini diikuti oleh pelepasan mediator inflamasi dan imun ke dalam ruang
telinga tengah. Hiperemia dan leukosit polimorfonuklear yang mendominasi fase inflamasi akut memberi jalan
pada fase kronis, ditandai dengan mononuklear selular mediator (makrofag, sel plasma, limfosit), edema
persisten dan jaringan granulasi.
Patofisiologi
Selanjutnya dapat terjadi metaplasia epitel telinga tengah, dimana terjadi perubahan epitel
kuboidal menjadi epitel kolumnar pseudostratified (kolesteatom) yang mampu meningkatkan
sekret mukoid. Jaringan granulasi menjadi lebih fibrotik, kadang-kadang membentuk adhesi terhadap
struktur penting di telinga tengah. Hal ini akan mengganggu aerasi antrum dan mastoid dengan
mengurangi ruang antara osikel dan mukosa yang memisahkan telinga tengah dari antrum. Obstruksi
kronis menyebabkan perubahan ireversibel di dalam tulang dan mukosa.
Conductive Hearing Loss
Conductive hearing loss (CHL) atau gangguan pendengaran konduktif terjadi akibat adanya
gangguan mekanis transmisi suara telinga eksternal dan telinga tengah. Penyebab tersering gangguan
pendengaran jenis ini adalah otitis media dan disfungsi tuba eustachius yang disebabkan oleh otitis
media sekretori. Hal ini karena adanya blockade dari kanal eksternal oleh pus dan terjadinya perforasi
dari membran timpani.
Klasifikasi
1. OMSK benigna (Tubotimpani) ialah proses peradangan yang terbatas pada mukosa,
tidak mengenai tulang. Perforasi letak di sentral. Umumnya OMSK tipe benigna
jarang menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Pada OMSK tipe benigna ini tidak
terdapat kolesteatom (suatu kista epitel yang dilapisi oleh stratified squamosa
epithelium yang berisi deskuamasi epitel (keratin) yang terperangkap dalam rongga
timpanomastoid).
2. OMSK maligna (Atticoantral) ialah peradangan yang disertai kolesteatom yang
menyebabkan erosi pada tulang dan perforasi membran timpani yang biasanya terletak
di marginal atau atik di kuadran posterosuperior pars tensa. Pada banyak kasus
terdapat granulasi dan osteitis.
Klasifikasi
Gambar A : Perforasi kecil pada kuadran anterosuperior.

Gambar B : Perforasi sentral berbentuk seperti ginjal berukuran sedang.

Gambar C : Perforasi sentral subtotal.

Gambar D : Perforasi total dengan annulus fibrosus mengalami destruksi.

Gambar E : Perforasi atik pars flaccida.

Gambar F : Perforasi marginal di regio posterosuperior.

Perforasi pada gambar A,B,C terdapat pada OMSK tipe benigna atau tubotimpani, sedangkan
gambar perforasi D,E,F terjadi pada OMSK dengan kolesteatom
Px Fisik
1. Inspeksi Telinga
Px Fisik
1. Gangguan Pendengaran
Px Penunjang
1. AUDIO METRI, adalah alat ukur yang umumnya digunakan untuk mengukur
sensitivitas pendengaran. Sinyal dihantarkan melalui udara dan tulang. Nada murni
adalah nada yang ditimbulkan oleh sebuah alat elektoakustik yang menghasilkan
energi akustik yang bervariasi sebagai fungsi dari siklus per detik (HZ). Tes yang
tergolong subjektif dan non-invansive ini menghasilkan grafik rekaman tingkat
pendengaran secara kuantitatif maupun kualitatif. Nada yang dihasilkan oleh
audiometri memiliki intensitas yang dapat dinaikkan atau diturunkan 5 dB.
2. XRAY MASTOID, OMSK yang disertai dengan kholesteatom pada foto polos
memberikan gambaran soft tissue mass (densitas berkurang) di daerah
epitimpanum atau mesotimpanum, dan gambaran sklerotik serta gambaran
destruksi tulang mastoid. Biasanya menggunakan posisi Schuller
3. PEMERIKSAAN LAB DARAH
Tatalaksana
1. Konservatif, membersihkan liang telinga dan cavum timphani
• Dry mopping
• Syringing
• Suction Toilet

2. Medikametosa
◦ Antibiotik Topikal
1. Polimiksin B atau Polimiksin E, bersifat bakterisid terhadap gram negatif (Pseudomonas, E.colli, Klebsiella, Enterobacter) namun
resisten terhadap gram positif (Proteus, B.Fragilis)
2. Neomisin, bakterisid terhadap gram positif dan gram negatif, misal Staphylococcus Aureus dan Proteus,
namun toksik terhadap ginjal dan telinga, tidak dianjurkan pemberian lebih dari 7 hari.
3. Kloramfenikol, bakterisid terhadap gram positif dan gram negatif kecuali Pseudomonas Aeruginosa.

◦ Antibiotik Sistemik
1. Golongan Kuinolon (Spirofloksasin atau Ofloksasin) untuk bakteri aerob
2. Golongan Sefalosporin generasi III (sefotaksim, seftazidin, seftriaxone) untuk bakteri aerob
3. Metronidazole untuk bakteri golongan anaerob
Tatalaksana OMSK Maligna
1. Pembedahan, Pembedahan adalah satu-satunya pengobatan yang efektif pada OMSK dengan
kolesteatoma. Granulasi dan inflamasi mukosa sementara dapat diatasi dengan obat topikal dan aural
toilet untuk mengurangi otorea sambil menunggu operasi. Terdapat berbagai macam teknik operasi untuk
menangani kolesteatoma, yang secara umum dapat dibagi atas open cavity (canal wall down) dan closed
cavity (intact canal wall) mastoidektomi.
• Canal wall down, prosedur ini mengeluarkan dan mengangkat semua kolesteatoma, termasuk dinding posterior
liang telinga, sehingga kavum mastoid berhubungan langsung dengan liang telinga luar
• Intact canall wall, anatomi normal dinding posterior liang telinga dapat dipertahankan tanpa perlu membuang dan
merekonstruksi skutum. Prosedur ini sering dilakukan pada kasus bila kolesteatoma terdapat di atik dan antrum.
Dilakukan complete cortical mastoidectomy dan antrum mastoid dapat dilihat. Diseksi matriks kolesteatoma harus
dilakukan dengan hati-hati. Rekurensi dapat terjadi bila fragmen kecil dari epitel berkeratinisasi tertinggal.
Komplikasi
Intra-temporal
- Matoiditis
- Labirinitis
- Abses retroaurikuler

Intra-kranial
- Meningitis
- Abses otak
Prognosis
- Ad Vitam: dubia ad bonam

- Ad Sanationam: dubia ad malam (apabila bakteri telah resisten terhadap berbagai antibiotika,
sehingga diperlukan antibiotik dengan dosis yang lebih tinggi)

- Ad Functionam: dubia ad malam (dapat terjadi penurunan fungsi pendengaran)


Daftar Pustaka
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Panduan praktik klinis bagi dokter di fasilitaspelayanan
kesehatan primer. Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2014.

Dickson G. Acute otitis media. Prim Care. 2014; 41(1):11-8.

Djafaar ZA, Helmi, Restuti RD. Kelainan Telinga Tengah. In: Soepardi SA, Iskandar N, Bashiruddin J,
Restuti RD; editors. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. 6th
ed. Jakarta: Balai Penerbit FK UI; 2007. p-74.

Helmi, Djaafar Z, Restuti R. Komplikasi Otisis Media Supuratif. In: Soepardi E, Iskandar N,
Bashiruddin J, Restuti R, editors. Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT. ketujuh. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2015. p. 78– 86.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai