SCLEROSOS MULTIPLE
DAN
HIPERSENTIVITAS
/infeksi virus)
Kelainan pada unsur pokok lipid mielin.
Racun yang beredar dalam CCS
Infeksi virus pada SSP (morbili, destemper anjing)
D. MANIFESTASI KLINIK
Tergantung pada area sistem saraf pusat mana yang terjadi
demielinasi :
Gejala sensorik : paralise ekstremitas dan wajah, parestesia,
• Terapi
Obat
Seraca medis tidak ada yang menyembuhkan
multiple sclerosis 100 %. Obat-obatan yang ada
hanyalah menghambat interval serangan,
sedikit mengurangi tingkat keparahan
serangan, memperlambat progresivtas atau
perburukan MS.
Bed Rest
Penderita MS membutuhkan banyak istirahat
terutama setelah mengalami serangan baik
serangan kecil maupun serangan hebat. Lamanya
istirhat tergantung kondisi penderita
Asuhan keperawtan Pengkajian
Identitas
Pada umumnya terjadi pada orang-orang yang hidup
di daerah utara dengan temperatur tinggi, terutama
pada dewasa muda (20-40thn)
Keluhan utama
beberapa obat.
Urutan kejadian reaksi tipe 1
A. Fase sensitasi
B. Fase aktivasi
C. Fase Efektor
Reaksi tipe II
Terjadi sewaktu antibodi IgG atau IgM menyerang
antigen-antigen jaringan. Reaksi tipe II terjadi
akibat hilangnya toleransi diri dan dianggap suati
reaksi otoimun. Pada reaksi tipe II , pengikatan
antibodi-antigen menyebabkan pengaktifan
komplemen, degranulasi sel mast, edema,
kerusakan jaringan, dan lisis sel. Reaksi tipe II
menyebabkan fagositosis sel-sel penjamu oleh
makrofag. Cth penyakit akibat reaksi tipe II ini
yaitu, penyakit Grave, anemia otoimun, reaksi
transfusi, & purpura trombositopenik otoimun.
Reaksi tipe III
Hal ini terjadi sewaktu kompleks antigen –antibodi
yang bersirkulasi dalam darah atau jaringan hilir.
Reaksi tipe II mengaktifkan komplemen dan
degranulasi sel mast sehingga terjadi kerusakan
jaringan atau kapiler ditempat terjadinya reaksi
tersebut. Neutrofil menuju ke kerusakan tersebut
kemudian memfagositosi sel-sel yang rusak sehingga
terjadi pelepesan enzim-enzim serta penimbunan
sisa sel yang menyebabkan siklus peradangan
berlanjut. Cth penyakit reaksi tipe III yaitu, penyakit
serum, Glomerulonefritis, Lupus eritematosus
sistemik.
Reaksi hipersensitivitas tipe IV
Pada reaksi yang diperantarai oleh sel T ini,
terjadi pengaktivan sel T penghasil limfokinatau
sitotoksik oleh suatu antigen sehingga
terjadipenghancuran sel-sel yang
bersangkutan. Reaksi yang diperantarai oleh sel
ini bersifat lambat (delayed), memerlukan waktu
24 -72 jam untuk terbentuknya. Cth penyakit
pada reaksi ini yaitu, tiroiditis outoimun
(Hashimoto).
ASKEP
1. Data Demografi
a. Data Dasar (identitas pasien, identitas
penanggung jawab).
b. Riwayat Keperawatan
1. Riwayat kesehatan (mengkaji data subjektif
yaitu data yang di dapatkan dari klien meliputi :
Alasan masuk rumah sakit
Keluhan Utama.
2. Riwayat kesehatan masa lalu
3. Riwayat kesehatan keluarga
4. Riwayat Psikososial dan spritual
ANALISA DATA
Data Subjektif
Sesak nafas
Mual, muntah
Meringis, gelisah
Terdapat nyeri pada bagian perut
Gatal – gatal
Batuk
Data objektif
Penggunaan O2
Adanya kemerahan pada kulit
Terlihat pucat
Pembengkakan pada bibir
Demam ( suhu tubuh diatas 37,50C)
Diagnosa keperawatan
◦ Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan
terpajan allergen
◦ Hipertermi berhubungan dengan proses
inflamasi
◦ Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
infalamasi dermal, intrademal sekunder
◦ Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera
biologi (allergen, ex: makanan)
Intervensi keperawatan
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan
terpajan allergen
Tujuan : Setelah diberikan askep selama 1.x15
napas
Berikan humidifikasi tambahan, mis: nebulizer ultrasonic
Rasional: Memberikan kelembaban pada membran mukosa dan
pigmentasi
Rasional : Kulit berisiko karena gangguan sirkulasi perifer
Hindari obat intramaskular
Rasional : Edema interstisial dan gangguan sirkulasi
nyerinya hilang
Wajah tidak meringis
Skala nyeri 0
Intervensi :
Ukur TTV
Rasional : untuk mengetahui kondisi umum pasien
Kaji tingkat nyeri (PQRST)
Rasional : Untuk mengetahui faktor pencetus nyeri
Berikan posisi yang nyaman sesuai dengan kebutuhan
Rasional : memberikan rasa nyaman kepada pasien
Ciptakan suasana yang tenang
Rasional : membantu pasien lebih relaks
Bantu pasien melakukan teknik relaksasi
Rasional : membantu dalam penurunan persepsi/respon
nyeri.
Observasi gejala-gejala yang berhubungan, seperti dyspnea,
mual muntah, palpitasi, keinginan berkemih.
Rasional : tanda-tanda tersebut menunjukkan gejala nyeri
yang dialami pasien.
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesic
Rasional : Analgesik dapat meredakan nyeri yang dirasakan
oleh pasien.
SUMBER
BUKU : PATOFIOLOGI
BUKU ASUHAN KEPERAWATAN