Anda di halaman 1dari 40

BAB 8

SISTEM EKSKRESI
Biologi SMA/MA Kelas XI
KOMPETENSI DASAR
 Menganalisis hubungan antara struktur jaringan
penyusun organ pada sistem ekskresi dan
mebgaitkannya dengan bioprosesnya sehingga
dapat menjelaskan proses pernapasan serta
gangguan fungsi yang mungkin terjadi pada
sistem ekskresi manusia melalui studi literatur,
pengamatan, percobaan, dan simulasi.
 Menyajikan hasil analisis tentang kelainan pada
struktur dan fungsi organ yang menyebabkan
gangguan sistem ekskresi manusia melalui
berbagai bentuk media presentasi.
TUJUAN PEMBELAJARAN
AFEKTIF
 Siswa dapat mengubah sikap untuk mengagumi keteraturan
dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang struktur, fungsi, dan
bioproses sistem ekskresi pada manusia.
 Siswa dapat menunjukkan sikap ilmiah, yaitu teliti, tekun,
jujur sesuai dengan data dan fakta, disiplin, tanggung jawab,
peduli lingkungan, gotong royong, serta bekerja sama dalam
melakukan observasi dan eksperiman tentang sistem ekskresi
pada manusia.
 Siswa dapat mengubah sikap untuk peduli terhadap
keselamatan diri dan lingkungan dengan menerapkan prinsip
keselamatan kerja saat melakukan kegiatan pengamatan dan
percobaan sistem ekskresi di laboratorium dan di lingkungan
sekitar.
TUJUAN PEMBELAJARAN
KOGNITIF
 Siswa dapat memerinci organ-organ penyusun sistem ekskresi.
 Siswa dapat menjelaskan fungsi sistem ekskresi pada manusia.
 Siswa dapat menunjukkan bagian-bagian ginjal dengan
menggunakan torso/gambar/organ ginjal sapi/kambing.
 Siswa dapat menjelaskan tahapan proses pembentukan urine.
 siswa dapat menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi
proses pembentukan urine.
 Siswa dapat menganalisis sifat fisik dan komposisi urine.
 Siswa dapat mengaitkan fungsi hati dalam sistem ekskresi.
TUJUAN PEMBELAJARAN
KOGNITIF (lanj.)
 Siswa dapat menunjukkan bagian-bagian hati dengan
menggunakan torso/gambar.
 Siswa dapat mengaitkan fungsi paru-paru sebagai alat
ekskresi.
 Siswa dapat menunjukkan lapisan dan kelenjar pada kulit
dengan menggunakan torso/gambar struktur kulit.
 Siswa dapat menganalisis fungsi kulit sebagai pengatur panas
(termoregulasi)
 Siswa dapat menjelaskan mekanisme kontrol hipotalamus
terhadap pengeluaran keringat.
 Siswa dapat memberikan contoh teknologi sistem ekskresi.
TUJUAN PEMBELAJARAN
PSIKOMOTORIK
 Siswa dapat melakukan percobaan untuk menguji
kandungan urine.
 Siswa dapat menyajikan hasil analisis kelainan dan
gangguan sistem ekskresi melalui presentasi.
 Siswa dapat melakukan pengamatan/kajian peristiwa
di masyarakat tentang penyakit diabetes mellitus.
Dapatkan Anda menyebutkan fungsi organ
penyusus sistem ekskresi pada gambar berikut?
 Proses pengeluaran zat :
Ekskresi : zat yang dikeluarkan sudah
tidak berguna lagi bagi tubuh
(sisa metabolisme)

Sekresi : zat yang dikeluarkan masih


digunakan lagi bagi tubuh
(enzim, hormon)

Defekasi: pengeluaran sisa proses pen


cernaan makanan melalui
anus.
LIMBAH HASIL METABOLISME

Beberapa zat sisa metabolisme yang bersifat racun (toksik) bagi


tubuh antara lain adalah limbah yang mengandung nitrogen.

1. Amonia
Jika amonia tertimbun dalam tubuh akan berakibat fatal. Oleh
kerena itu , amonia di dalam tubuh harus segera diubah dengan
cara memakainya dalam aminasi asam keto , aminasi asam
glutmat, serta pembentukan urea.

2. Urea
Urea berasal dari bahan organik tertentu seperti asam amino dan
purin. Pembentukan urea terjadi di hati. Urea sangat mudah larut
dalam air dan sifat racunya 100.000 kali lebih kecil darpada
amonia. Pembentukan urea berasal dari daur ornitin.
I. SISTEM EKSKRESI PADA
MANUSIA
Organ sistem ekskresi pada manusia: ginjal, hati, paru-
paru, dan kulit.
Fungsi sistem ekskresi:
 Menurunkan kadar zat produk metabolisme (metabolit)
dalam tubuh agar tidak menyebabkan akumulasi.
 Melindungi sel-sel tubuh dari zat-zat yang bersifat racun.
 Menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh
(homeostasis).
 Membantu mempertahankan suhu tubuh.
¨ Ginjal

6/22/20
A. Ginjal
1. Fungsi
 Mengeluarkan zat sisa organik dan racun.
 Mengatur keseimbangan konsentrasi ion-ion penting
dalam tubuh.
 Mengatur keseimbangan asam-basa.
 Menjaga tekanan darah.
 Mengatur produksi sel-sel darah merah di dalam
sumsum tulang (eritropoietin hormon)
 Mengendalikan konsentrasi nutrisi darah.
 Mengubah vitamin D yang inaktif menjadi aktif.
2. Struktur ginjal
 Bagian-bagian ginjal: lobus ginjal, hilus (hilum), sinus
ginjal, parenkim ginjal, dan pelvis renalis.
 Jaringan penyusun parenkim: korteks (bagian luar) dan
medula (bagian dalam).
 Korteks tersusun atas nefron, yaitu unit struktural dan
fungsional terkecil dari ginjal. Pada nefron terdapat
komponen pembuluh (arteri aferen, glomerulus, arteri
eferen, dan kapiler peritubuler) dan komponen tubuler
(kapsul Bowman, tubulus kontortus proksimal, lengkung
Henle, tubulus kontortus distal, dan tubulus kolektivus.
 Medula terdiri atas massa triangular yang disebut piramida
ginjal, yang akan berhubungan dengan saluran pengumpul
urine.
Struktur ginjal
Struktur nefron
Korpus renalis (glomerulus dan kapsul Bowman)
3. Proses pembentukan urine
a. Filtrasi glomerulus
 Yaitu proses penyaringan plasma bebas protein
melalui kapiler glomerulus ke dalam kapsul Bowman.
 Cairan yang difiltrasi akan melewati membran
glomerulus yang mampu menahan sel darah dan
protein plasma, serta melewatkan air dan molekul
berukuran kecil.
 Hasil filtrat glomerulus (urine primer): mengandung
air dan zat terlarut (glukosa,aa,urea, klorida, natrium,
dll), tanpa protein plasma dan elemen seluler.
b. Reabsorpsi
 Yaitu proses penyerapan kembali zat yang
dibutuhkan oleh tubuh.
 Terjadi di tubulus kontortus proksimal, lengkung
Henle, tubulus kontortus distal, dan tubulus
kolektivus.
 Zat yang diserap masuk ke kapiler peritubuler dan
dikembalikan ke sistem peredaran darah.
 Zat yang diabsorpsi: ion natrium, ion klorin,
glukosa, air, urea, dan ion anorganik.
 Hasil reabsorpsi disebut Filtrat Tubulus/ urine
sekunder.(air,garam,urea,pigmen empedu
c. Augmentasi
 Yaitu transpor aktif yang memindahkan zat-zat
tertentu dari darah ke dalam urine.
 Terjadi di kontortus proksimal, tubulus kontortus
distal, dan tubulus kolektivus.
 Zat yang dipindahkan:
• Ion hidrogen, amonia, kreatinin, asam hipurat,
obat-obatan tertentu, dan zat kimia asing, ion
kalium.
• Masih terjadi penyerapan ion Na dan Cl
 Terbentuk urine sesungguhnya
b. Proses Pembentukan Urin

Proses pembentukan urin dalam ginjal


Jalur pembentukan
urine
4. Penyimpanan sementara urine dan berkemih
 urine dari duktus kolektivus ke pelvis renalis, ke
ureter, kemudian ke vesika urinaria (kandung
kemih).
 Dinding kandung kemih berlipat-lipat sengan
struktur otot yang dapat meregang untuk
meningkatkan kapasitas penyimpanan urine.
 Keinginan buang air kecil disebabkan isi urine dalam
kandung kemih sudah mencapai 170 – 230 mL.
 Urine dari kandung kemih mengalir ke uretra
kemudian melalui lubang luar dibuang keluar tubuh
disebut mikturisi
 GINJAL DAN VESIKA URINARIA
Ginjal

Ureter

Vesika
urinaria

Uretra
5. Faktor-faktor yang memengaruhi proses
pembentukan urine.
 Faktor internal
• Hormon ADH: mengontrol pengeluaran urine.
• Hormon insulin: menurunkan kadar glukosa darah.
• Sistem renin-angiotensin-aldosteron/327.
• (renin  angiotensinogen  angiotensin.I.II
haus,tensi, ADH,aldosteron  sekresi ion K)
 Faktor eksternal
• Suhu lingkungan
• Jumlah air yang diminum
• Alkohol dapat menghambat pembebasan ADH
6. Karakteristik urine
 Sifat fisik urine: volume normal 800 – 2500
mL/hari, warna kuning pucat sampai kuning tua,
berat jenis 1,003 – 1,035 g/cm3, pH 4,7 – 8, bau
khas amonia.
 Komposisi urine: zat buangan nitrogen (urea, asam
urat, dan kreatinin), benda keton, asm hipurat,
toksin, zat kimia asing, pigmen, enzim, vitamin,
hormon, dan elektrolit.
 Urine tidak normal: albumin, glukosa, sel darah
merah, zat kapur, batu ginjal, dan badan keton
dengan jumlah berlebihan.
 HATI ( HEPAR )

 berat 1.5 – 2 kg
 terdiri 2 lobus (kanan 3 lobus, kiri 2 lbs)
 terbungkus oleh kapsula hepatika
 lobula hati terbungkus kapsula glison
 tersusun sel hepatosit, intrahepatik, histi
osit, sel-sel imun
Hati (hepar)
B. Hati (Hepar)
Fungsi:
 Sekresi empedu, cairan yang berasal dari
perombakan sel darah merah yang sudah tua dan
disimpan dalam kantung empedu atau dialirkan ke
duodenum. Berfungsi membantu pencernaan lemak,
mengaktikan lipase, membantu absorpsi lemak di
usus, dan mengubah zat yang tidak dapat larut di
dalam air menjadi larut.
 Menghasilkan hormon trombopoietin, albumin,
hormon angiotensinogen, enzim arginase, enzim
glutamat-oksaloasetat transferase, glutamat-piruvat
transferase, dan laktat dehidrogenase.
 Menyimpan glikogen, lemak, zat besi serta vitamin
A, D, dan B12.
 Mengaktifkan vitamin D.
 Fagosit bakteri oleh sel Kupffer.
 Degradasi hormon insulin dan hormon lain.
 Degradasi amonia menjadi urea (detoksifikasi
racun)
Metabolisme Protein
Protein → energi + CO2 + H2O + NH4OH + NH3
proses pembentukan urea:
NH3 + ornitin (AA1) + CO2 → sitrulin (AA2)
NH3 + sitrulin (AA2) → arginin (AA3)
Arginin (AA3) + enzim arginase → AA1 + urea

6/22/20
C. Paru-paru
 Berfungsi mengeluarkan zat sisa metabolisme
berupa CO2 dan H2O yang berbentuk uap air.
 Keduanya dihasilkan pada proses katabolisme
intraseluler di mitokondria untuk menghasilkan
energi berupa ATP.
 Zat sisa CO2 dan H2O diangkut oleh darah
menuju jantung, ke paru-paru, kemudian dibuang
keluar tubuh melalui saluran pernapasan.
D. Kulit
1. Fungsi
 Ekskresi, perlindungan, pengaturan suhu
badan(pemancaran,konveksi,konduksi,evaporasi), metabolisme,
dan komunikasi.
2. Struktur kulit
 Epidermis, terdiri atas stratum korneum, stratum lusidum (sel-sel
pipih), stratum granulosum (prekursor pembentukan keratin), stratum
spinosum, dan stratum basalis/germinativum (terdapat melanosit yang
menghasilkan pigmen melanin).
 Dermis, terdiri atas lapisan papilar (jaringan ikat areolar renggang)
dan lapisan retikuler (jaringan ikat ireguler).
 Hipodermis (subkutaneus),mengikat kulit dengan organ di bawahnya,
mengandung sel lemak, pembuluh darah, dan ujung saraf.
3. Kelenjar pada kulit
 Kelenjar keringat, di lapisan dermis.
• Ekrin, kelenjar sederhana, meluas ke seluruh
tubuh.
• Apokrin, kelenjar besar dan bercabang dengan
penyebaran terbatas pada bagian tubuh tertentu.
 Kelenjar sebaseus

Mengeluarkan sebum yang biasanya dialirkan ke


foliker rambut. Sebum adalah campuran lemak, zat
lilin, minyak, dan pecahan sel.
Diagram kulit
4. Kontrol pengeluaran keringat
 Pengeluaran keringat diatur oleh hipotalamus di otak
(enzim brandikinin).
 Jika darah yang melewati hipotalamus melebihi
batas normal (panas), rangsangan tersebut
diteruskan oleh saraf simpatis ke kulit.
 Pembuluh darah melebar, aliran darah di kulit
meningkat, terjadi konduksi panas, dan panas
terbuang.
 Pengeluaran keringan dipengaruhi oleh: lingkungan,
aktivitas tubuh, emosi, dan kondisi psikis.
II. GANGGUAN SISTEM
EKSKRESI
A. Gangguan Sistem urinaria
 Glukosuria, ekskresi glukosa ke dalam urine.
 Albuminuria, glomerulus gagal melakukan
penyaringan protein.
 Batu ginjal, adanya endapan senyawa kalsium dan
asam urat pada rongga ginjal atau kandung kemih.
 Diabetes mellitus, banyaknya glukosa dalam urine
karena kurangnya hormon insulin untuk mengubah
glukosa menjadi glikogen untuk disimpan di hati.
 Diabetes insipidus, produksi urine berlebihan dan
encer karena kekurangan hormon ADH.
 Poliuria, kelebihan produksi air seni akibat rasa
haus yang terus-menerus atau mengonsumsi cairan
yang bersifat diuretik.
 Gagal ginjal (anuria), ginjal gagal memproduksi
urine.
 Uremia, darah banyak mengandung urea karena
ginjal gagal membuang urea keluar dari tubuh.
 Nefritis, radang nefron karena infeksi bakteri
Streptococcus sp.
B. Gangguan Hati
 Penyakit hati (liver), disebabkan oleh infeksi virus,
Amoeba penyakit disentri, cacing, plasmodium, dan
Toxoplasma sp.
 Sirosis hati, berubahnya sel-sel hati menjadi
jaringan ikat fibrosa sehingga kehilangan fungsinya.
 Hemokromatosis, kelainan genetik yang
menyebabkan tubuh terlalu banyak menyerap zat
besi dari makanan sehingga banyak tersimpan di
dalam organ-organ tertentu.
C. Gangguan Kulit
 Eksem (dermatitis), radang kulit akibat faktor keturunan, emosi
dan stres, atau kontak dengan senyawa alergen.
 Kadas/kurap, bercak merah karena infeksi jamur.
 Kudis, gatal akibat infeksi tungau dan kutu air.
 Athlete’s foot, infeksi jamur di sela-sela jari kaki.
 Vitiligo, gangguan pigmentasi kulit.
 Jerawat, radang kulit atau pori-pori tersumbat akibat infeksi
bakteri, perubahan hormonal, atau kotoran.
 Pruvitus kutanea, gatal karena iritasi saraf sensoris perifer.
 Kalvus, penyakit mata ikan karena virus/bakteri dan gesekan
terus-menerus
III. TEKNOLOGI SISTEM
EKSKRESI
 Hemodialisis (cuci darah), proses pembersihan darah
dari zat-zat sisa metabolisme melalui proses
penyaringan di luar tubuh.
 Transplantasi ginjal, terapi penggantian ginjal pasien
dengan ginjal dari orang yang hidup atau yang sudah
meninggal.
 ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy),
penghancuran batu saluran kemih menggunakan
gelombang kejut yang ditransmisikan dari luar tubuh.
 Skin grafting, memindahkan sebagian atau seluruh
ketebalan kulit dari donor ke resipien yang
membutuhkan.

Anda mungkin juga menyukai