Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DIBIMBING OLEH :
DR. DEDY AFANDI CAHYO NUGROHO, M.SC., SP.A
DIPRESENTASIKAN OLEH :
ENDRIS EDYA TAMBOTO (42180234)
NADIA EKA DAMAYANTI (42180236)
Pendahuluan (Background)
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular kronis dan masalah
kesehatan masyarakat.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan TB sebagai keadaan
darurat global karena saat ini tingkat penyakit dan resistensi obat
meningkat.
Dua juta orang meninggal setiap tahun karena TB. Anak-anak adalah
salah satu kelompok tertinggi berisiko terkena infeksi TB.
Upaya untuk mendefinisikan faktor risiko diperlukan untuk intervensi
yang efektif.
.
TBC paru adalah infeksi kronis penyakit yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis.
Bakteri ini telah menyebabkan lebih banyak penyakit dalam beberapa
dekade terakhir, dan telah diklasifikasikan sebagai re-emerging disease.
WHO memperkirakan bahwa 1,3 juta kasus baru TB telah muncul
pada anak-anak di seluruh dunia dan 450.000 anak-anak di bawah 15
tahun meninggal setiap tahun
Di negara berkembang, risiko infeksi TB di Indonesia pada anak adalah
2-5% dan TB menyebabkan angka kematian 8-20% pada anak.
.
Tuberculin skin test (TST) adalah tes diagnostik yang berguna untuk TB,
dengan sensitivitas dan spesifisitas ≥ 90%.
Berdasarkan hasil tes kulit tuberkulin, dapat dirumuskan indeks tuberkulin
sebagai panduan memahami sejauh mana infeksi TB untuk mengukur
prevalensi infeksi tuberkulosis dan ArTI (risiko tahunan Tuberkulosis Infeksi)
pada anak.
Survei Indonesia pada tahun 2004 menunjukkan bahwa positif acid fast
bakteri (AFB) adalah 104 / 100.000, sedangkan kejadian AFB positif adalah 96 /
100.000 dengan beberapa variasi regional.
Anak dengan tuberkulosis mungkin menunjukkan tes kulit tuberkulin positif
dengan / tanpa manifestasi klinis, radiografi, atau laboratorium yang nyata.
Diagnosis yang pasti dapat ditegakkan dengan menemukan Mycobacterium
tuberculosis dalam penilaian mikrobiologis
.
Di Semarang, tidak ada indeks TB yang tersedia pada anak.
Skrining tuberkulin pada anak sekolah dasar di Semarang pada tahun
2007 menunjukkan bahwa 74 (16,6%) dari 444 anak memiliki tes kulit
TB positif.
Penelitian 2007 ini adalah proyek kolaborasi antara kementerian
kesehatan Indonesia, WHO dan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan faktor risiko untuk tes
tuberkulin positif pada anak-anak.
Tujuan
Untuk mengidentifikasi faktor risiko untuk tes TB positif
pada anak-anak.
Metode Penelitian
Kontrol ini dilakukan pada anak sekolah dasar berusia 8-12 tahun di
daerah yang dilayani oleh 3 pusat kesehatan masyarakat di Semarang.
29 subjek adalah mantoux positif dan 29 lainnya berperan sebagai
kontrol.
Pengambilan sampel berturut-turut digunakan untuk semua hasil tes
mantoux negatif.
Tb paru didiagnosis menggunakan sistem skor TB, termasuk tes
mantoux.
Analisis statistik bivariat dan multivariat dilakukan.
Hasil
o Sejarah kontak TB rumah tangga sebagai faktor risiko untuk tes TB
positif pada anak-anak menghasilkan OR 3,76 (95% CI 1,059-1,1342), P
= 0,040.
o Riwayat penyakit pada saat pengujian menghasilkan OR 10,23 (95% CI
1,138 hingga 91,930), P = 0,038.
o Probabilitas tes tuberkulin positif adalah 90,7% jika kedua variabel ini
positif.
Kesimpulan
Sejarah kontak TB rumah tangga dan riwayat penyakit pada saat
pengujian adalah faktor risiko untuk tes TB positif pada anak-anak.
METODE
Penulis menggunakan penelitian yang dilakukan di Semarang pada
tahun 2007 untuk analisis, berjumlah 444 anak kelas 3-6 SD
◦ 370 anak negatif
◦ 74 anak positif pada TST
Penulis juga menggunakan data tahun 2009, 191 anak menjalani TST
kedua
◦ 161 anak negatif
◦ 30 anak positif
Data itu sebagai dasar bagi penulis untuk mereview riwayat kontak TB
pada anak dengan TST positif
29 anak dengan hasil TST positif diambil sebagai kelompok percobaan,
dan 29 lainnya sebagai kontrol, dengan total 58 subjek
Penulis menganggap bahwa TST positif artinya subjek terdiagnosis TB
HASIL
29 anak-anak dengan tes TB positif membentuk kelompok kasus,
sementara 29 anak yang tesnya negatif membentuk kelompok kontrol,
dengan total 58 subyek.
Dari 58 subjek, 31% memiliki riwayat kontak TB rumah tangga.