Teori Belajar Kognitif

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 25

TEORI

BELAJAR
KOGNITIF
KELOMPOK 2
• Maharani Rindiantika (5101419003)
• Annisa Noor Rahmawati (5101419013)
• Fany Agustina (5101419025)
• Dwiki Krisdiantoro (5101419037)
• Alyfia Muhashoha (7101419215)
• Ismi Saffanatul Mufidah (7101419316)
A. PANDANGAN
TENTANG BELAJAR
• Pengkajian terhadap teori belajar kognitif memerlukan penggambaran
tentang perhatian, memori, elaborasi, rehearsa, pelacakan kembali dan
pembuatan informasi yang bermakna.

• Psikologi kognitif menyatakan bahwa perilaku manusia tidak ditentukan oleh


stimulus yang berada di luar dirinya, melainkan factor yang ada dalam dirinya.
Factor internalnya antara lain kemampuan untuk mengenal dunia luar, maka
dari itu manusia mampu memberikan respon terhadap stimulus.
• Aktivitas belajar pada diri manusia ditekankan pada diri pada proses berpikir
yaitu proses pengolahan informasi. Kegiatan pengolahan informasi yang
berlangsung didalam kognisi itu akan menentukan perubahan perilaku
seseorang. Bukan sebailknya, jumlah informasi atau stimulus yang mengubah
prilaku.

• Teori belajar konstruktivistik menyatakan bahwa pendidik tidak dapat


memberikan pengetahuan kepada peserta didik, sebaliknya peserta didik harus
mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri.
Peran pendidik :

• Menyampaikan informasi secara bermakna dan relevan


dengan peserta didik
• Memberi kesempatan peserta didik mengungkapkan
gagasannya
• Membimbing peserta didik untuk menggunakan strategi
belajarnya sendiri
Jadi, fungsi utama pendidik yaitu menyediakan
tangga pemahaman dan peserta didik harus
menaiki tangga tersebut.
B. TEORI BELAJAR
PENGOLAHAN
INFORMASI
• Berbagai informasi yang memasuki pikiran setiap orang adalah
melalui alat-alat pendengaran, seperti melihat, mendengar,
atau merasakan.
Model Pengolahan Informasi
(Gage dan Berliner, 1984)

• Gambar tersebut menunjukkan titik awal


dan akhir dari peristiwa pengolahan
informasi. Garis putus-putus
mencerminkan batas antara peristiwa
kognitif internal dan dunia eksternal.
• Dalam model tersebut tampak bahwa stimulus fisik seperti cahaya, panas,
tekanan udara, ataupun suara ditangkap oleh seseorang dan disimpan secara
cepat dalam system penampungan penginderaan jangka pendek (STSS).
Apabila informasi itu diperhatikan, maka informasi itu disampaikan ke memori
jangka pendek (STM) dan system penampungan memori kerja (WM). Informasi
dalam STM atau WM, jika diulang-ulang ataupun disandikan (encoding), maka
dapat dimasukkan kedalam memori jangka Panjang (LTM).
1. Penampungan Kesan-kesan
Penginderaan Jangka Pendek (STSS)
• Komponen pertama system memori yang berfungsi menerima informasi baru adalah
pusat penampungan kesan-kesan penginderaan atau disebut juga memori inderawi.
• Kapasitas penampungan dalam STSS tidak terbatas
• Komponen ini berfungsi menerima dan menahan informasi dalam waktu yang sangat
singkat.
• Pusat penampungan kesan-kesan penginderaan menerima informasi dalam jumlah
yang sangat banyak dan menahannya dalam waktu yang singkat yaitu dua detik.
Apabila informasi itu tidak diperhatikan, maka informasi itu akan segera hilang.
• Keberadaan SSTS memiliki implikasi penting dalam proses pembelajaran.
1. Peserta didik harus memperhatikan informasi yang akan diingat.
2. Proses membawa informasi kedalam alam sadar memerlukan waktu
oleh karena itu, apabila peserta didik diberikan banyak informasi dan tidak
ditunjukkan aspek mana yang harus diperhatikan, mereka akan kesulitan dalam
mempelajarinya. Demikian pula, apabila mereka tidak diberi waktu untuk
mengingat informasi yang baru saja diterima maka mereka akan mengalami
kesulitan dalam menguasainya.
2. Informasi • Kapasitas penampungan ini terbatas.
• STM adalah memori kesadaran, yakni
Jangka Pendek seseorang menyadari adanya informasi.

(STM) • Memori Kerja (WM) memiliki karakteristik


seperti STM.
dan • Informasi yang diamati dan diperhatikan oleh
Memori Kerja seseorang akan masuk ke dalam STM atau
WM melalui STSS.
(WM) • Salah satu cara untuk menyimpan informasi
ke dalam STM adalah memikirkan atau
mengucapkannya secara terus menerus.
• Keterbatasan kapasitas yang dimiliki STM memiliki implikasi
penting dalam pembelajaran. Pendidik tidak boleh menyajikan
terlalu banyak gagasan dalam sekali pembelajaran kecuali
kalau gagasan itu diorganisir dengan baik dan dihubungkan
dengan informasi yang telah ada di dalam LTM peserta didik,
sehingga STM mereka-dengan bantuan LTM-dapat
mengakomodasi seluruh gagasan tersebut.
3. Memori • LTM adalah bagian dari system memori di
mana seseorang menyimpan informasi untuk
Jangka periode waktu yang lama.

Panjang • LTM memiliki kapasitas tidak terbatas dalam


penyampaian informasi
(LTM) • Para pakar teori belajar menyatakan bahwa
setiap orang tidak pernah melupakan
informasi yang ada di LTM
Para teorisi belajar kognitif membagi LTM menjadi 3 bagian:

1. Memori Episodik adalah memori tentang pengalaman personal yakni


semacam gambaran mental mengenai sesuatu yang telah dilihat atau
didengar.
2. Memori Semantik adalah berisi tentang fakta dan informasi tergeneralisasi
yang telah diketahui sebelumnya.
3. Memori Prosedural menunjuk pada pengetahuan tentang cara
mengerjakan sesuatu, terutama dalam tugas-tugas fisik.
C. TEORI BELAJAR
KONSTRUKTIVISME
PANDANGAN TENTANG BELAJAR

Menurut pandangan teori rekonstrivistik, belajar berarti


mengonstruksi makna atas informasi dan masukan-masukan
yang masuk ke dalam otak. Belajar yang bersifat konstruktif ini
sering digunakan untuk menggambarkan jenis belajar yang
terjadi selama penemuan ilmiah, invention, diplomasi, dan
pemecahan masalah kreatif di dalam kehidupan sehari-hari.
Belajar yang bersifat konstruktif ini seperti halnya aktivitas
belajar yang dilakukan oleh para ilmuwan.
ASUMSI TENTANG BELAJAR
Pengetahuan secara fisik dikonstruksikan oleh peserta didik
yang terlibat dalam belajar aktif.

Pengetahuan secara simbolik dikonstruksikan oleh peserta


didik yang membuat representasi atas kegiatannya sendiri.

Pengetahuan secara social dikonstruksikan oleh peserta


didik yang menyampaikan maknanya kepada orang lain.

Pengetahuan secara teoritik dikonstruksikan oleh peserta


didik yang mencoba menjelaskan objek yang tidak benar-
benar dipahaminya.
STRATEGI BELAJAR
Penentuan strategi belajar umumnya tidak seluruhnya efektif
bagi setiap orang. Oleh karena itu, Thomas dan Rohwer (Slavin,
1994) menyajikan beberapa prinsip belajar yang efektif sebagai
berikut:

Pemantauan yang
Spesifikasi
efektif (Effective
(spesification)
Monitoring)

Pembuatan Kemujaraban personal


(Generativity) (Personal Efficacy)
Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut, Slavin (1994)
menyarankan tiga strategi belajar untuk belajar efektif, yaitu:

Membuat Belajar
catatan kelompok

Metode PQ4R
(Preview, Question,
Read, Reflect, dan
Review)
D. LUPA & INGAT
Salah satu alasan penting orang mengalami lupa adalah
karena faktor interferensi. Interferensi terjadi apabila informasi
bercampur dengan atau tergeser oleh informasi lain.
Interferensi itu terjadi dalam dua bentuk, yaitu :

• Interferensi retroaktif atau • Interferensi proaktif atau


inhibis retroaktif. inhibis proaktif.

Interferensi retroaktif terjadi Interferensi proaktif terjadi


apabila informasi yang telah apabila informasi yang baru
dipelajari menganggu peserta dipelajari menganggu
didik dalam mempelajari seseorang dalam mengingat
informasi berikutnya. informasi yang telah
dipelajarinya.
Meskipun seseorang dalam belajar mengalami peristiwa interferensi sehingga
mengalami penghambatan dalam belajar, namun ada faktor lain yang dapat
membangkitkan menjadi ingat akan informasi yang telah didapatnya

Ada dua bentuk pelancaran dalam membangkitkan ingatan, yaitu :

• Pelancaran proaktif
– Pelancaran proaktif yaitu seseorang akan mengingat informasi sebelumnya
apabila informasi yang baru dipelajari memiliki karakteristik yang sama.
• Pelancaran retroaktif
– Pelancaran retroaktif yaitu seseorang yang mempelajari informasi baru akan
memantapkaan ingatan informasi yang telah dipelajari.
Ada beberapa cara untuk mengurangi lupa dalam dunia psikologi :

Menggunakan metode
Membuat
Konsep yang sama atau pembelajaran yang berbeda dalam Mnemonic
memiliki karakteristik mengajarkan konsep yang sama daftar
yang sama hendaknya Atau
kegiatan. Device
tidak diajarkan dalam menggunakan metode
waktu yg berdekatan. pembelajaran bervariasi dalam
mengajarkan konsep yang sama.

– Atau yang dikenal dengan mnemonic yang menjadi kiat khusus untuk dijadikan sebagai “alat pengait”
untuk bisa memasukkan berbagai macam informasi ke dalam sistem akal seseorang. Cara mnemonic ini
pun ada banyak ragamnya, seperti di bawah ini:
• Singkatan, terdiri dari huruf-huruf awal atau istilah yang digunakan seseorang untuk mengingat sesuatu.
Pembuatan singkatan ini nantinya akan menarik dan menimbulkan kesan tersendiri.

Anda mungkin juga menyukai