Anda di halaman 1dari 13

UPAYA HUKUM

1. VERZET
2. UPAYA HUKUM BIASA:
1. BANDING
2. KASASI

3. UPAYA HUKUM LUAR BIASA:


1. KASASI DEMI KEPENTINGAN HUKUM
2. PENINJAUAN KEMBALI
• Upaya hukum adalah hak dari terdakwa atau penuntut umum untuk
tidak menerima putusan pengadilan yang berupa perlawanan atau
banding atau kasasi atau hak terpidana untuk mengajukan
permohonan peninjauan kembali dalam hal serta menurut cara yang
diatur dalam KUHAP (Pasal 1 butir (12) KUHAP)

• Perbedaan pokok antara upaya hukum biasa dengan upaya


hukum luar biasa.
– Yang dapat diupaya hukum luar biasakan adalah putusan hakim yang
telah berkekuatan hukum tetap. Sedangkan upaya hukum biasa karena
status putusan hakim belum punya kekuatan hukum tang tetap.
– Upaya hukum luar biasa diajukan kepada MA untuk yang pertama dan
yang terakhir kali (Pasal 259 ayat (1) KUHAP), sedangkan upaya
hukum biasa dapat diajukan dalam beberapa jenjang (banding dan
kasasi).

• Suatu keputusan dikatakan berkekuatan hukum tetap apabila ;


– sudah dilakukan semua upaya hukum terhadap putusan itu;
– pihak-pihak yang terlibat menyatakan menerima putusan itu.
BANDING (Pasal 233 – 243
KUHAP)
• Upaya hukum banding merupakan hak terpidana atau jaksa
penuntut umum untuk meminta pemeriksaan ulangan kepada
pengadilan yang lebih tinggi karena tidak puas atas putusan
pengadilan negeri. (Pasal 67 jo Pasal 233 KUHAP)

• 3 (tiga) jenis putusan yang tidak dapat dibanding yaitu:


– putusan bebas
– putusan lepas dari segala tuntutan hukum karena kurang tepatnya
penerapan hukum
– putusan pengadilan dalam acara pemeriksaan cepat (*
khususnya pidana denda)

• Putusan yang dapat dibanding yakni: putusan pemidanaan /


perampasan kemerdekaan dalam acara pemeriksaan biasa,
singkat, dan cepat.
• Alasan untuk mengajukan pemeriksaan tingkat banding, tidak
diatur secara liminatif dalam KUHAP. Namun secara pasti
wewenang Tingkat Banding adalah:
– meliputi seluruh pemeriksaan dan putusan pengadilan tingkat
pertama,
– meninjau segala segi pemeriksaan dan putusan dengan memberikan
penilaian baru (judicium novum).

• Prosedur Pemeriksaan tingkat banding :


• Tenggang waktu untuk mengajukan permohonan banding 7 hari, lewat
tenggang waktu permohonan akan ditolak(Pasal 233 KUHAP). Penolakan
dari PT akan dibuat secara tertulis berupa akta penolakan permohonan
banding.
• Pemohon berhak mengajukan memori banding, berisi tanggapan atas
putusan PN, mengungkapkan fakta-fakta baru yang mungkin terlewatkan
pada pemeriksaan di pengdilan negeri. Sedangkan pihak satunya juga
berhak mengajukan kontra memori banding.
» Pemeriksaan banding akan dilakukan oleh hakim majelis yang terdiri dari
3 orang hakim. Pemeriksaan yang dilakukan oleh PT berupa:
• Pemeriksaan berkas perkara, atau
• Pemeriksaan tambahan dengan mendengar langsung yang dilakukan di
PT atau dilimpahkan ke PN untuk melakukan pemeriksaan tersebut.
• Putusan PT :
1. Menguatkan putusan PN yang telah
dijatuhkan dengan atau tanpa tambahan
pertimbangan tertentu.
2. Mengubah atau memperbaiki amar putusan
PN.
Amar putusan :isi putusan yang dijatuhkan
mengenai tindak pidana dan hukumnya.
3. Membatalkan putusan PN, yang berarti PT
membuat putusan tersendiri berbeda
dengan putusan PN.
KASASI
• Merupakan upaya hukum biasa yang dapat ditempuh
oleh terpidana atau penuntut umum untuk mengajukan
permintaan pemeriksaan kepada MA terhadap putusan
perkara pidana yang diberikan pada tingkat terakhir oleh
pengadilan lain. (pasal 10 ayat 3 UU No. 14/1985
tentang Mahkamah Agung jo Pasal 30 UU No. 5 /2004
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 14
Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung jo Pasal 244
KUHAP)

• Tujuan kasasi:
1. melakukan koreksi terhadap putusan pengadilan bawahnya
2. menciptakan dan membentuk hukum baru
• Putusan yang tidak dapat dikasasi:
– putusan MA sendiri
– Putusan Bebas(Pasal: 244 KUHAP)
• Terhadap putusan bebas ternyata dapat diajukan kasasi
berdasarkan Keputusan Men. Keh. No. 14.PW 07.03/1983 tentang
Tambahan Pedoman Pelaksanaan KUHAP bahwa dengan alasan
karena situasi, kondisi, dan hukum, keadilan serta kebenaran.
• Prosedur pemeriksaan kasasi:
– tenggang waktu untuk mengajukan permohonan kasasi 14 hari
(Pasal 245 ayat 1 KUHAP);
– wajib ada Memori Kasasi dari pihak terpidana/ penasehat
hukumnya yang disertakan bersamaan dengan permintaan
pemeriksaaan kasasi, sementara pihak lainnya (penuntut
umum) berhak mengajukan Kontra Memori Kasasi.
– Pemeriksaan dilakukan oleh 3 orang hakim yang berupa
• pemeriksaan berkas perkara, atau
– pemeriksaan tambahan yang dilakukan dengan menetapkan
putusan sela dan pemeriksaan tambahan dilimpahkan ke
Pengadilan Negeri untuk melakukannya (pasal 253 ayat (2)
KUHAP).
• 3 alasan pengajuan permohonan kasasi:
– Apakah benar suatu peraturan hukum tidak diterapkan atau
diterapkan tidak sebagaimana mestinya;
– Apakah benar cara mengadili tidak sesuai dengan UU;
– Apakah benar pengadialan telah melampaui batas
wewenangnya.
• Macam-macam putusan MA terhadap permohonan
kasasi (Pasal 255 KUHAP):
– Menyatakan Kasasi tidak dapat diterima.
– tidak dipenuhinya syarat yang ditentukan Pasal 244, 245, dan
248 KUHAP
– Putusan yang menolak permohonan Kasasi, apabila alasan
permohonan tidak memenuhi ketentuan pasal 253 ayat 1
KUHAP
– Mengabulkan permohonan kasasi, karena alasan pengajuan
telah sesuai dengan pasal 253 ayat 1. Selanjutnya MA dapat
menguatkan putusan sebelumnya atau membatalkan putusan
sebelumnya dan membuat putusan baru.
KASASI DEMI KEPENTINGAN
HUKUM
• Diajukan pada MA dan hanya dapat dilakukan satu kali oleh Jaksa Agung (Pasal 259
ayat (1) KUHAP). Informasi pengajuan upaya hukum ini diperoleh dari jaksa penuntut
umum.

• Tidak boleh merugikan pihak-pihak yang terlibat dalam perkara tersebut karena
tujuan dari upaya hukum ini adalah untuk menjaga kepentingan terpidana.

• Permohonan kasasi demi kepentingan hukum disampaikan secara tertulis oleh


Jaksa agung kepada MA melalui panitera pengadilan yang telah memutus perkara
dalam tingkat pertama dan disertai risalah (memori) yang memuat alas an
permohonan itu. Salinan risalah, oleh panitera dikirimkan pada pihak yang
berkepentingan. Selanjutnya Ketua PN yang bersangkutan meneruskan
permohonan itu kepada MA, serta salinan risalah permohonan kasasi demi
kepentingan hukum disampaikan pada pihak yang berkepentingan (Pasal 260
KUHAP).

• Hukuman yang dijatuhkan tidak boleh lebih berat dari hukuman semula yang telah
mempunyai kekuatan hukum yang tetap. Hal ini dimaksudkan semata-mata
membuka kemungkinan bagi perubahan atas putusan pengadilan di bawah
Mahkamah Agung yang dirasakan kurang tepat oleh Jaksa Agung.
PENINJAUAN KEMBALI (HERZIENING)
• Herziening adalah PK terhadap putusan pengadilan yang telah
berkekuatan hukum tetap di semua tingkat pengadilan. Tetapi atas
putusan bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum tidak dapat
diajukan PK (Pasal 263 ayat (1) KUHAP).
• Permohonan PK ditujukan pada MA melalui panitera pengadilan negeri
yang memutus perkara dalam tingkat pertama. Permohonan PK tidak
menangguhkan maupum menghentikan pelaksanaan putusan(Pasal
268 ayat (1) KUHAP). PK hanya dapat diajukan satu kali (Pasal 268
ayat (3) KUHAP).
• Alasan PK (Pasal 263 ayat (2) KUHAP) :
– Apabila terdapat keadaan baru yang menimbulkan dugaan kuat, bahwa jika
keadaan itu sudah diketahui pada waktu sidang berlangsung hasilnya akan
berupa putusan bebas atau putusan lepas dari segala tuntutan hukum atau
tuntutan dari penuntut umum tidak dapat diterima atau terhadap perkara itu
ditetapkan ketentuan pidana yang lebih ringan (novum);
– Apabila dalam pelbagai keputusan terdapat pernyataan bahwa sesuatu
telah terbukti, akan tetapi hal atau keadaan sebagai dasar atau alas an
putusan dinyatakan telah terbukti itu ternyata telah bertentangn satu dengan
yang lain;
– Apabila putusan itu dengan jelas memperlihatkan suatu kekhilafan hakim
atau kekeliruan yang nyata
• Menurut Pasal 263 ayat (3) KUHAP, atas dasar yang sama
sebagaimana disebutkan dalam Pasal 263 ayat (2), terhadap suatu
putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap
dapat diajukan permintaan PK, apabila dalam putusan suatu
perbuatan yang didakwakan telah dinyatakan terbukti, akan tetapi
tidak diikuti oleh suatu pemidanaan.
• Cara mengajukan PK :
– PK diajukan pada panitera pengadilan yang telah memutus perkara
pada tingkat pertama dengan menyebut alasannya secara jelas.
Permintaan PK ditulis oleh panitera dalam surat keterangan yang
ditandatangani oleh panitera, pemohon dan dicatat dealam daftar yang
dilampirkan dalam berkas perkara (Pasal 264 KUHAP).
– Dilakukan pemeriksaan mengenai apakah PK itu sesuai dengan
ketentuan Pasal 263 ayat (2) KUHAP oleh seorang hakim yang ditunjuk
oleh Ketua PN. Hakim yang ditunjuk adalah hakim yang semula tidak
ikut memeriksa perkara tersebut. Pemohon dan dan penuntut umum
ikut hadir dalam pemeriksaan tersebut dan diperkenankan
menyampaikan pendapatnya. Selanjutnya dubiatkan berita acara
pendapat yang ditandatangani oleh hakim dan panitera.
– Permohonan PK dikirimkan ke MA dengan dilampiri berkas perkara.
• Macam-macam Putusan PK:
– Menolak permohonan PK karena tidak memenuhi ketentuan
Pasal 263 ayat (2) KUHAP, sehingga MA menyatakan
permohonan PK tidak dapat diterima dengan disertai
alasannya (Pasal 266 ayat (1) KUHAP).
– Menerima permohonan PK untuk diperiksa, dan selanjutnya
berlaku ketentuan:
– MA tidak membenarkan alasan pemohon, sehingga MA
menolak permintaan PK dengan menetapkan putusan yang
dimintakan PK tetap nerlaku disertai dasar pertimbangannya;
• MA membenarkan alasan pemohon, sehingga MA membatalkan
putusan yang dimintakan PK itu dan menjatuhkan putusan
berupa ;
– Putusan bebas;
– Putusan lepas dari segala tuntutan hukum;
– Putusan tidak dapat menerima tuntutan penuntut umum;
– Putusan dengan menetapkan ketentuan pidana yang lebih ringan
(Pasal 266 ayat (2) KUHAP).
• Bila MA merubah ketentuan pidana dalam
putusan PK, maka pidana yang dijatuhkan
tidak boleh melebihi pidana yang telah
dijatuhkan dalam putusan semula (Pasal
266 ayat (3) KUHAP).
• Salinan putusan PK berserta berkas
perkaranya dikirim pada pengadilan yang
melanjutkan permohonan PK dalam waktu
7 hari setelah putusan dijatuhkan (Pasal
267 ayat (1) KUHAP).

Anda mungkin juga menyukai